Bab 15

265 52 6
                                    

Senja menghampiri Ayudia yang sibuk menonton siaran berita pagi diruang tamu. Dia sempat melirik kearah meja makan di dapur, disana kosong. Tidak ada Langit disana, biasanya Senja akan menemukan Langit yang sedang sarapan.

"Langit mana?" tanya Senja, ketika tiba dihadapan Ayudia.

Ayudia melirik sekilas pintu kamar Langit. "Langit sakit, dia izin ga masuk dulu."

Senja mengerutkan dahinya. "Sakit?" batinnya.

Matanya memicing kearah pintu kamar Langit.

"Nanti tolong kamu bilangin ke wali kelasnya Langit ya."

Senja menatap bingung pada Ayudia. "kan bisa mama chat atau telfon, kenapa harus aku?"

Ayudia berdecak. "Tolonglah Senja. Mama jarang loh minta tolong ke kamu."

"Hah...iya-iya. Nanti Senja bilangin."

Tin!

Senja melirik ke arah luar rumahnya, kemudian kembali menatap Ayudia.

"Senja, berangkat dulu," pamit Senja.

Ayudia mengangguk sekilas sebagai jawaban.

*
*
*

Seperti biasa, jika ada Senja pasti disampingnya terdapat Yubin. Seperti sekarang ini, mereka tampak berdiri di lorong sekolah.

Namun ada yang berbeda. Posisi mereka, satu tangan yang ditautkan ke telinga sendiri dan satu tangan lagi ditautkan ke telinga teman samping. Sedangkan satu kaki mereka angkat kebelakang.

Terlihat Senja terus menggerutu dan Yubin yang memasang wajah malasnya.

"Tangan lo jangan gerak-gerak, Ja. Kuping gue ketarik," ucap Yubin.

"Semua ini gara-gara lo!" seru Senja, menoleh pada Yubin.

"Kok gue sih?" balas Yubin, tidak terima.

"Emang siapa yang tadi ngebut sampe bablas nabrak gerbang?"

Yubin terdiam dan mengedipkan matanya. "Ya... gue kan gaada pilihan lain. Tadi gerbang udah mau ditutup, kalau gue ga ngebut, kita ga bakal bisa lewatin gerbang."

Senja hanya berdecak. Mereka dihukum karena insiden beberapa saat lalu, Yubin yang ingin menerobos disaat gerbang sekolah yang siap ditutup. Namun naas-nya, mereka tidak berhasil menerobos. Malah menabrak gerbang hingga menimbulkan kerusakan pada gerbang. Untung saja petugas yang menutup gerbang sempat menghindar. Jika tidak, mungkin Yubin dan Senja akan terkena masalah yang lebih besar.

Mungkin Yubin tidak perlu nekat menerobos jika motor yang mereka tumpangi tidak mogok dijalan sebelumnya, sehingga membuat mereka harus menunggu di bengkel dan berakhir datang terlambat ke sekolah. Dan sekarang mendapat hukuman berdiri di lorong sekolah hingga bel istirahat berbunyi.

"Motor lo pake mogok sih," lirih Senja.

Yubin menghela nafas. "Maaf. Nanti motornya gue servis deh."

"Keseringan lo ajak balapan tuh motor!"

Yubin mengelus tekuknya, canggung. Tapi setelah itu ekspresi wajahnya berubah seolah baru menyadari sesuatu, membuatnya langsung menoleh kembali pada Senja.

"Ja, nanti ada yang mau gue ceritain ke lo."

"Lagi gamau dengerin dongeng," ucap Senja cuek, tanpa menoleh pada Yubin.

"Gue serius, Ja. Ini penting."

Mendengarnya membuat Senja menoleh. Dia memperhatikan wajah Yubin yang tampak serius, membuat sebuah pertanyaan timbul dipikiran Senja.

SENJA DAN LANGIT Where stories live. Discover now