"Gimana mau naik? Rok gue pendek banget, lagian kenapa nggak bawa mobil sih?"

Alyne dan yang lain masih memperhatikan, jika dilihat dengan baik cowok itu memiliki tattoo di leher belakang dan di beberapa jari, tidak banyak namun terlihat sangat keren sekaligus menyeramkan.

"Tatto-nya gila!" Harel melirik Albar yang sedari tadi hanya diam, tangannya mengepal erat dengan pandangan lurus kearah Calista.

Cowok itu melepas jaket miliknya, menarik tangan Calista agar lebih dekat lalu memasangkannya pada pinggang gadis itu.

Calista menoleh seraya menjulurkan lidah kearah Alyne, mengejek. Setelahnya naik keatas motor sambil berpegangan pada pundak cowok itu.

"Udah?"

Mengangguk pelan, Calista sekali lagi melambai dan mengode tangan layaknya telepon yang di balas dengan acungan jempol oleh Alyne.

Alyne baru berbalik saat Calista hilang dari pandangan, tersenyum malu saat Rangga dan teman-temannya sudah manaiki motor masing-masing, menunggu dirinya.

"Kalian kan bisa pulang duluan," ujar Alyne menatap mereka.

"Kita mau pergi sama Rangga, jadi harus barengan," Varo menjawab, sudah bersiap melajukan motornya.

"Oh ya? Mau kemana?"

"Naik, Lyn," memegangi tangan gadis itu setelah memasangkan hoodie, as always. Persis seperti yang dilakukan cowok tadi pada Calista.

Act of service yang selalu Rangga berikan memang tidak pernah gagal untuk membuat Alyne blushing. Sikapnya yang manis selalu berhasil membuat gadis itu jatuh lebih dalam, tanpa tau bagaimana jalan untuk kembali.

Jika kalian pikir hanya itu saja, BIG NO! Rangga selalu memperlakukannya dengan sangat baik selama ini.

"Pegangan yang kuat." Menuntun kedua tangan Alyne untuk memeluknya, lantas ia segera melajukan motor menjauhi area sekolah, bergabung dengan pengendara lain di ramainya jalan raya sore ini.

Suara bising kendaraan tak lagi membuat Alyne terusik.bBersandar pada punggung Rangga dengan mata terpejam menikmati terpaan angin yang menerbangkan rambutnya juga elusan lembut pada punggung tangan.

Alyne selalu menyukai moment seperti saat ini, dimana ia merasa begitu bebas bersama Rangga sebagai pemanis kebahagaiannya.

"Mau mampir beli sesuatu?" Menggunakan waktu saat di lampu merah, Rangga sedikit menoleh kebelakang untuk melihat Alyne.

"Langsung pulang aja."

Motor kembali melaju saat lampu berganti warna. Tidak membutuhkan waktu lama kini mereka sudah sampai di depan gedung apartement. Rangga mengulurkan tangan sebagai pegangan untuk turun dari motor, Alyne melepas helm dan menyerahkannya pada Rangga.

"Hati-hati di jalan."

Tangan Rangga terulur untuk merapikan rambut gadis itu. "Bawa aja dulu," ujarnya saat Alyne hendak mengembalikan hoodie miliknya.

"No no..kamu harus pakai, angin malam nggak baik buat badan kamu."

"Masih sore," tersenyum geli, namun tak urung tangannya menerima dan bergegas memakainya.

"Tetep aja kamu harus pakai. Nah iya gitu."

"Besok bisa berangkat sendiri? Gue harus ke kantor papa pagi-pagi."

Alyne tersenyum. "Bisa! Nggak usah khawatir kayak gitu, aku kan jago bawa mobil."

Rangga mengangguk. "Gue pergi."

ALYNEWhere stories live. Discover now