5 Satu-satunya Jalan

Mulai dari awal
                                    

"Oke, aku ambil tas dulu." balas Adifa semangat dan langsung bergegas mengambil perlengkapannya untuk kembali menelusuri hutan.

Mereka berdua akhirnya kembali menelusuri hutan tempat mereka tersesat kemarin. Mencari jalan yang mungkin bisa membawa mereka kembali ke dunia asal mereka. Memperhatikan apa-apa saja yang mungkin dapat mereka gunakan untuk kembali.

"Kemaren kita masuk hutan kan sekitar jam setengah 3. Apa mungkin kita harus masuk ke hutan di jam itu lagi biar kita bisa pulang?" tanya Adifa setelah mereka berjalan agak lama.

Zayn terdiam mendengarnya. Sepertinya apa yang dikatakan Adifa ada benarnya.

"Mungkin aja. Ini baru jam 10. Mending kita keluar dulu dan masuk lagi jam setengah 3." ujar Zayn mengiyakan ucapan Adifa.

Mereka berdua pun bergegas keluar hutan dan memilih menunggu di sungai sampai waktu menunjukkan pukul setengah 3 siang.

Adifa menatap hutan di depannya dengan banyak pikiran yang memenuhi kepalanya. Ia melirik Zayn yang tampak melakukan hal yang sama dengannya. Pembawaan Zayn yang tenang dan terorganisir membuatnya tetap terlihat bisa menguasai diri. Sedikit banyak itu berpengaruh terhadap kecemasan Adifa yang jauh berkurang berada di situasi yang sama dengan Zayn.

"Menurut kamu kita bisa dapatin jalan pulang dari sini?" tanya Adifa memecah keheningan.

"Kita nggak akan tau selama kita belum coba cari. Semoga kita dapat kabar baik di sana nanti." jawab Zayn.

"Kalo seandainya ternyata kita nggak dapat jalannya, menurut kamu kita harus gimana?" tanya Adifa lagi.

Zayn menoleh dan menatap Adifa.

"Punya anak sama kamu." jawab Zayn masih menatap Adifa. Kali ini dengan tatapan dalam.

Tatapan dan jawaban Zayn tentu membuat Adifa salah tingkah. Gadis itu langsung menundukkan pandangannya dan meremas-remas tangannya sendiri.

"Kamu bilang cara itu sama sekali nggak masuk akal." balas Adifa.

"Sejak kita masuk ke sini juga nggak ada satupun yang masuk akal." balas Zayn lagi.

"Tapi Zayn, aku sama sekali nggak siap buat punya anak." protes Adifa mengangkat kembali pandangannya.

"Aku tau." jawab Zayn.

Zayn mengalihkan pandangannya kembali ke hutan.

"Nggak ada yang siap di antara kita. Tapi kalo kita nggak dapat jalan di sini, itu artinya satu-satunya cara cuma punya anak." lanjut Zayn lagi.

"Kita bahkan masih SMA Zayn. Bentar lagi kita lulus. Apa kita harus punya anak dan memutus masa depan kita gitu aja? Kamu nggak mau kuliah dan dapatin kerjaan yang layak terus nikah sama orang yang kamu cintain?" ujar Adifa lagi.

Zayn kembali menoleh pada Adifa. Pemuda itu menghela napas sejenak sebelum memandangi Adifa lekat-lekat.

"Kalo kita tetep di sini dan nggak ngelakuin apa-apa juga nggak akan ada masa depan di dunia kita. Kita bakal tetep terjebak di sini selamanya. Nggak ada kuliah, nggak ada kerja, nggak ada nikah juga, dan yang paling sedihnya nggak ada keluarga kita." ucap Zayn serius.

Adifa terdiam mendengar perkataan Zayn. Tidak ada yang salah dengan perkataan Zayn. Semua benar adanya. Hanya saja untuk melakukannya begitu berat untuknya. Adifa menghela napas lelah sejenak.

Kedua mata Adifa sudah mengembun karena membendung cairan yang tiba-tiba menggenang di sana. Semua hal yang terjadi tiba-tiba ini begitu membuatnya syok dan kaget. Gadis itu mengalihkan pandangannya dari Zayn dan menatap sekeliling untuk menyembunyikan genangan di matanya.

Baby Project (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang