"Gimana Fin? Nambah list cewek yang bakalan lo ghosting nanti?" tanya Kenzo.

"Anjing udah punya cowok." jawab Rifan berdecak kesal.

"Kasian haha! Sabar bro, waktu masih panjang tapi gatau kalo umur lo," celetuk Rafin.

"Banteng, Fin banteng!" sahut Rifan kesal.

"Anw, paketu mana? Tumben belum dateng?" sambung Rifan.

"Tadi dia chat gue, katanya lagi nganter Alna!" jawab Lingga memberitahu.

"Wahh di gas anjir!" pekik Rifan.

"Apaan di gas?"

Suara berat itu mampu membuat mereka berempat menoleh kearah asal suara itu. Disana, tampak Gavi berjalan kearah mereka dengan balutan kemeja kotak-kotak yang terbuka menampakkan kaos putih polos di dalamnya.

Tampak sekali gadis-gadis yang sedang berada di Moonlight caffe terpesona melihat kedatangan remaja cowok itu. Gavi yang berjalan dengan cool kearah keempat teman-temannya, mampu membuat atensi para gadis menatap kearahnya bahkan tanpa berkedip.

"Lah kok lo disini? Bukannya lagi nganterin Alna?" tanya Rafin bingung.

Gavi duduk disamping Kenzo, cowok itu menyeruput kopi yang berada di depannya tanpa menghiraukan pemiliknya yang kini menatap Gavi dengan tajam.

"Woi kocak! Kopi gue!" pekik Kenzo tak terima.

"Pelit banget lo jadi anjing, Ken!" sahut Gavi berdecak kesal.

"Gue manusia setengah dewa kalau lo lupa, Gav!" balas Kenzo memberitahu.

"Dih! Dewa macam apa lo? Nggak cocok jadi dewa lo!" ujar Lingga.

"Gue dewa dari segala dewa!" Kenzo mengambil kaca mata yang terpasang apik diwajah Rifan lalu beralih memakainya.

Teman-temannya menggelekan kepala melihat kelakuan Kenzo, benar-benar ajaib. Dari kelima inti Tyhrgang, Kenzolah yang paling absurd kelakuannya.

"Kembali ke topik tadi, lo kenapa bisa ada disini? Bukannya nganterin Alna?" tanya Rafin masih kepo.

"Siapa yang bilang gue ngaterin boncel itu?" tanya balik Gavi, mengingat gadis pendek itu membuat Gavi kesal.

"Lingga yang bilang." jawab Rafin menunjuk Lingga.

"Gue tinggal!"

"Hah? Apa Gav? Apa?" tanya Kenzo mendekatkan telinganya kearah Gavi, berharap ia salah mendengar.

"Alna gue tinggal! Ck, budek banget lo!" jawab Gavi berdecak kesal.

"HAH? LO GILA?!?"

-tyhrgang-

Alna, gadis mungil itu kini sedang celingukan, ia baru saja selesai membeli alat tulis, dan juga beberapa novel di gramedia.

"Kak Ano dimana?" gumam gadis itu panik.

Matanya kesana-kemari menjelajahi setiap parkiran berharap melihat keberadaan Gavi. Ya, Alna memanggil Gavi dengan sebutan 'kak Ano' katanya sih, biar gampang.

"Apa jangan-jangan aku ditinggal ya?" gumam gadis itu tembali. Lalu, membuka ponselnya yang ia pegang.

"Ihh lupa, 'kan aku nggak punya nomornya kak Ano," ujar Alna wajah gadis itu tampak ketakutan.

Bagaimana tidak? Dari sekian tahun baru kali ini gadis itu merasakan yang namanya ditinggalkan sendiri. Rasanya gadis itu ingin menangis saat ini juga tapi, mengingat ini tempat umum tentu saja gadis itu malu.

"Aaa mommy Alna takut!" gumam gadis itu, menahan sesak ingin sekali menangis.

"Telpon bunda Sherly aja ya?"

GAVIANO [hiatus]Where stories live. Discover now