16

257 53 4
                                    

Berkali-kali, Camery membatin, "Situasi apa ini? Situasi apa ini?" pada dirinya sendiri. Lagipula, mengapa keempat keluarga kerajaan berada di ruang tamunya?! Bukankah seharusnya keluarga kerajaan tidak akan mengunjungi kediaman bangsawan lain dengan begitu santai? Pasti ada alasan tersendiri di baliknya, 'kan?

Camery diam-diam mengembuskan napasnya dan melirik sosok yang Camery curigai sebagai tersangka dari segala permasalahan di kediaman Clairemont ini. Pria itu bahkan duduk dengan tegang sambil menunjukkan wajah kusut, seolah tak menyangka bahwa hal ini akan terjadi juga.

Kini, tidak hanya terasa ramai, suasana di ruang tamu pun terasa mencekik. Tidak heran karena orang-orang yang bertamu adalah penguasa kerajaan, menemui sebuah keluarga Baron rendahan.

"Yang Mulia Raja, saya merasa tersanjung karena Anda mengunjungi kediaman saya yang biasa-biasa saja ini." Mulailah Baron Clairemont, Nicholas Clairemont, untuk merendahkan dirinya sendiri di hadapan penguasa kerajaan, semata-mata untuk mendapat belas kasihnya.

"Saya merasa begitu terharu, Yang Mulia Raja dan Yang Mulia Ratu, beserta kedua bintang Kerajaan Embrose untuk mengunjungi kediaman rendahan kami." Bahkan Baroness, Thalitia Clairemont, turut merendah. Tidak hanya itu, dia menyeka sudut matanya dengan saputangan seakan benar-benar merasa terharu.

Russell dan Elara terkekeh kecil.

"Tidak perlu merendah, Nicholas," ujar Russell dengan senyuman bermartabat di bibir. "Menurutku, kediaman ini sudah cukup nyaman. Lagipula, Clairemont menjalankan beberapa bisnis menguntungkan yang membantu perekonomian kerajaan, sepertinya sebuah gelar Baron perlu ditanggalkan dan diganti dengan gelar baru seperti Count?"

Nicholas tersenyum. "Yang Mulia Raja tidak perlu repot-repot, saya sudah cukup puas dengan gelar saya saat ini."

"Apakah begitu? Yah, kita bisa lihat ini nanti."

Nicholas hanya tersenyum penuh arti. "Yang Mulia, maaf belum memperkenalkan anak-anak saya," ujarnya sambil melirik keempat anaknya yang juga turut merasa tegang, duduk di dua sofa yang berbeda.

Russell menganggukkan kepalanya, pertanda bahwa Nicholas bisa melanjutkan.

"Baiklah, Yang Mulia. Perkenalkan putri sulung saya, Victoria Clairemont, kini berusia 24 tahun dan telah bertunangan dengan putra kedua dari Count Mirele."

Victoria memberikan salam dengan anggun pada keluarga kerajaan, membuat wanita itu mendapatkan anggukan puas dari yang bersangkutan. Victoria kembali duduk di sofanya, sesekali menyelipkan anak rambutnya yang berwarna hitam ke balik telinga sebagai tingkah manisnya.

Putri kedua bernama Elisia Clairemont, 22 tahun, dan bertunangan dengan Baron Dietri di masa depan. Elisia memiliki wajah yang mirip dengan sang ayah, tetapi memiliki figur manis yang menurun dari sang ibu.

Sementara itu, hanya Camery saja yang benar-benar mengambil salinan dari Thalitia, yaitu helaian seputih salju serta manik emas. Putra bungsu mereka, Erick Clairemont juga memiliki helaian hitam legam milik sang ayah dengan bola mata hijau.

"Aku yakin kalian sudah mengenal kedua bintang kerajaan, sehingga aku bisa langsung memasuki topik utama." Suara Russell mengalun, membuat situasi menjadi tegang. Nada suara Russell begitu serius, hingga tak aneh apabila anggota keluarga Clairemont merasa gugup.

"Saya yakin Anda memiliki intensi tersendiri untuk mengunjungi kediaman kami ini, Yang Mulia," Nicholas mengulas senyum tipis.

Russell tertawa, membuat suasana sedikit mencair. "Tidak perlu tegang begitu, Nicholas. Aku yakin bahwa ini adalah berita membahagiakan bagi Clairemont."

"Benarkah itu, Yang Mulia?" tanya Thalitia dengan binaran di kedua maniknya.

Elara mengambil alih percakapan sembari tersenyum. "Benar, Baroness. Aku bahkan merasa sangat gembira atas keputusan ini."

END | Flor de MuertosWhere stories live. Discover now