46. ROMANSA PERPUSTAKAAN

186 74 30
                                    

Moza tidak pernah menyangka bahwa hari-harinya akan terlewati dengan begitu cepat. Satu minggu jadwal ujian, kini sudah tuntas terselesaikan. Sekarang tidak ada lagi kata pusing dengan soal dan tidak ada lagi riuh drama menyelesaikan essay dengan waktu yang tinggal 5 menit. Semua euforia itu telah selesai. Sekarang saatnya menunggu nilai dan menanti libur panjang yang sudah di depan mata.

Seperti sekolah-sekolah pada umumnya, SMARAPU juga menggelar class-meeting; suatu perlombaan antar kelas yang biasa diadakan setelah ujian semester. Dan hari ini, adalah hari ke tiga classmeet di gelar. Ada berbagai macam perlombaan, seperti; futsal, bola voli, basket, dan di hari terakhir nanti akan ada lomba flashmob.

Karena 11 IPA 1 hari ini tidak ada jadwal bertanding, semua warga kelas itu kini nampak santai. Sebenarnya sedikit bosan karena tidak ada kegiatan, tetapi kehadiran dalam absen mewajibkan mereka untuk tetap datang ke sekolah. Alhasil mereka hanya menjadi penonton pertandingan dari kelas lain, atau ada juga yang memilih menonton drama korea di dalam kelas, bersantai di kantin, dan sebagainya.

Moza yang tengah menyaksikan pertandingan futsal bersama teman-temannya itu kini mulai bosan, karena sedari tadi tidak ada perlawanan sengit dari kedua kubu yang bertanding. Jadi, pertandingan itu kurang seru menurutnya.

Laki-laki itu menghela nafas, kemudian beranjak dari tempatnya duduk.

"Kemana lo?" Interupsi dari Devan membuat langkahnya kembali terhenti.

Enggan menoleh, Moza menjawabnya hanya dengan satu kata, "Kantin,"

Setelah itu tidak ada sahutan lagi dari Devan, entah reaksi seperti apa yang laki-laki itu berikan untuk Moza, yang jelas Moza tidak perlu ambil pusing untuk hal itu.

Langkah laki-laki itu kembali terbuka, menapaki lantai putih di sepanjang koridor, melanjutkan niatnya menuju kantin. Mungkin membeli minuman dingin bisa membuat kesegarannya kembali. Sungguh, ia tidak pernah berpikir bahwa hari di sekolah tanpa pelajaran akan terasa membosankan juga.

Sampai di kantin, Moza segera menuju salah satu stand yang ada di sana, mengambil satu botol Pocari Sweat dari dalam lemari pendingin kemudian membayarnya.

Saat hendak kembali. Langkahnya mendadak tertahan, niatnya tercekal ketika mendapati presensi Kara yang berdiri cukup jauh darinya. Gadis berkardigan biru muda itu berhadapan dengan Melody dan Erika. Tetapi sorot mata Melody menatap Kara penuh bara emosi. Percikan api nampak mengkilat dari kedua matanya. Entah hal seperti apa yang membuat Melody nampak sesengit itu, tapi yang pasti bukan Kara yang bersalah. Gadis itu tidak mungkin memulai masalah duluan, Moza tau itu.

Moza menggeleng heran diiringi dengan hembusan nafas yang sedikit kasar, tak ada habis-habisnya gadis itu mengusik Kara. Moza berniat menghampiri mereka, namun belum sempat kakinya beranjak, iris matanya tiba-tiba membola ketika melihat pergerakan Melody yang begitu cepat mengambil wadah sambal di atas meja lantas menyiramkannya pada Kara.

Semua orang yang mengetahui hal itu terkejut, menutup mulutnya yang menganga dengan tangan. Berbeda dengan Melody yang nampak menyeringai puas atas aksinya.

Geram. Moza menggenggam lebih erat minuman yang tadi belum sempat ia buka, merematnya hingga botol itu nyaris meledak. Melody benar-benar keterlaluan. Lalu tanpa berlama-lama lagi, ia segera beranjak. Tak bisa mendiamkannya lebih lama.

"Gak ada habis-habisnya ya lo gangguin dia?!"

Suara tajam Moza cukup membuat Melody terkejut, lalu segera mengalihkan seluruh atensinya pada laki-laki itu. Melody membulatkan mata, nafasnya seakan terenggut dari paru-paru ketika bertemu dengan sorot tajam milik Moza. Tangannya mendadak kebas dengan keringat dingin yang mulai menyelimuti.

KARAMEL MOZARELATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang