15. KESEPAKATAN ELEN DAN ANDRA

283 109 2
                                    

"Lo jangan kesitu, bego!"

"Ya terus gue kemana, anjir?"

"Kesini lo tuh.. sama guee.."

"Otw otw!"

"Jangan kelamaan, tolol! Nanti keburu diserang, lo jalan lemot beettt kek kura kura!"

"Sabar, anjing! Gue juga lagi usaha!"

"Buruann!!"

"Eh gimana nih, kok gue di kepung musuh!!"

"Tuh kan, aahh.. lo mah! Cepetan ke gue cepetan!!"

"Kek mana, anying!!"

"Ni kalo kalah gue ceburin lo ke rawa rawa sumpah! Cepetan kesini!!"

"Lah.. laahh.. gue mati woi gue mati!!"

"Tuh kaaann.. aaahh bangsat!!"

"WOI BRISIK!!"

Dua orang yang tengah asik bermain game itu tersentak, lantas menoleh pada gadis yang sedang menatap mereka tajam.

Elen, gadis itu sedari tadi jengah mendengar ocehan kedua orang itu bermain game hingga membuatnya kehilangan fokus.

Melihat Elen yang seperti itu, Andra dan Devan, dua manusia pembuat keberisikan itu memasang wajah tanpa dosanya.

"Sorry.." ucap Andra kemudian segera menyimpan ponselnya kedalam saku celana.

"Ya elah, santai dong, El.." timpal Devan.

Bagaimana bisa santai, sedangkan saat ini Elen tengah mengerjakan soal dan fokusnya terganggu karena kedua manusia yang asik mabar itu.

"Suara lo berdua bikin sakit kuping tau nggak!" Tekan Elen.

Sekarang ini jam pelajaran pertama di kelas mereka memang kosong, guru pengampu mata pelajaran Biologi itu dikabarkan tengah sakit, dan tidak bisa datang hari ini, oleh karena itulah mereka diberikan tugas mengerjakan LKS.

"Calon pacar gak boleh marah-marah, nanti cantiknya ilang tau!" Goda Andra yang kini mengambil posisi duduk di samping kanan gadis itu.

Elen yang mendengar itu seketika merasa mual, ingin muntah dengan ucapan Andra.

"Dih! Najis!" Ungkapnya.

Sementara Kara yang duduk disebelah kiri Elen hanya menggelengkan kepalanya heran, ia tidak habis pikir dengan Andra yang selalu mengejar-ngejar Elen padahal sudah mendapat penolakan berkali kali.

Ia juga heran kepada Elen, sekeras apa hati gadis itu hingga Andra yang sudah lama berusaha membukanya tetap saja tidak bisa

"Kara.. bantuin gue buat buka hati Elen dong!" Andra mencoba mengajak Kara berbicara, meskipun ia tahu Kara tidak akan meresponnya dengan baik, seperti biasanya.

Mendengar itu, Elen menatap Andra tajam, kemudian menoleh pada teman sebangkunya.

"Enggak, Ra! Jangan mau, Nggak usah dengerin dia!" Bantah Elen tak terima.

Sementara Kara hanya tersenyum kecil, ia menatap Elen dan Andra bergantian.

"Duh, sorry, Ndra.. lo buka sendiri aja, yaa.. gue udah masuk di hati dia soalnya." Ucap Kara dengan kekehan kecilnya.

Andra dibuat cengo seketika, antara percaya dengan tidak percaya bahwa gadis yang baru saja berbicara itu adalah Kara, Kara yang tidak akan bicara kecuali itu penting, Kara yang cuek, dan Kara yang tidak pernah mengindahkan sebuah candaan.

"Lo kapan cair, Ra?" Kata kata Andra mengalir begitu saja, bahkan mata laki laki itu masih belum berkedip. Hal itu membuat Kara dan Elen menatapnya heran.

KARAMEL MOZARELATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang