11. Hara

467 70 16
                                    

Kuki membawa paperbag yang lumayan besar itu kehadapan Parish, tersenyum sangat manis. "Ini untuk Noona cantik" Kecil-kecil modus.

Parish hanya diam, menerima paperbag itu sembari mengerjap lucu. Membungkuk berterimakasih, Kuki terkikik gemas. Merentangkan tangannya meminta di gendong, Kuki menusuk pipi Parish dengan telunjuk mungilnya. Berseru kaget saat telunjuknya bisa menekan sangat dalam di pipi berisi Parish, bolehkah Kuki menggigit benda kenyal itu.

"Dia anak mendiang Kakak, kini hidupnya bergantung padaku" Jelas Shaka pada Jimmy, akhirnya tak ada salah paham. Keduanya melihat interaksi menggemaskan itu, mereka kini tau Parish hanya akan diam saja dengan orang baru. Cara gadis itu mengekspresikan kecanggungannya adalah dengan diam saja, itu lucu di mata Shaka.

Wah apa dia kini sangat menggilai Parish, dia pernah bilang untuk melakukan apapun sebelum ajalnya tiba. Dan kini dipertemukan dengan Parish lewat hal yang tak disangka-sangka, Shaka tak heran mengapa dia bisa menyukai Parish, Shaka tanya- memang siapa yang tidak suka?.

Namun perasaannya kali ini tidak bisa hanya disebut sekedar suka, sesuatu menggelitik tiap ada di dekat gadis itu. Rasa ingin merengkuh dan melindungi, Shaka jatuh dengan sangat- dalam artian lain.

"Parish Noona"

"Eung?" Parish menoleh, Kuki masih sibuk dengan pesona gadis itu. Anak itu tadi bilang bahwa Parish mirip mendiang mamanya, Shaka rasa Kuki hanya berbicara tanpa alasan.

"Besok pagi-pagi sekali aku akan menjemput kalian berdua, Pak Direktur sedang dalam perjalanan ke suatu desa untuk mengadakan bakti sosial pengobatan gratis"

"Oke, baiklah" Sahut Parish.

Keempatnya masih terus mengobrol sembari berjalan menuju kamar yang di huni Parish dan Juni, obrolan itu hanya Shaka dan Jimmy yang mendominasi, Parish sibuk mengakrabkan diri dengan Kuki.

Shaka menoleh ke belakang. "Kuki turun ya, nanti Parish Noona kelelahan" Kuki langsung menurut dan minta di turunkan, meraih kelingking Parish untuk tangan mungilnya genggam.

"Jadi umur berapa anak ini?" Jimmy menoleh kebelakang, tak bisa menahan tawanya saat melihat Parish berusaha melangkah kecil dan cepat menyamai langkah si kecil. Perhatian Shaka pun sedikit teralihkan saat Kuki mengajak Parish noona-nya berjalan cepat menyalip Jimmy dan Shaka, Kuki terkikik geli disepanjang lompatan kakinya.

"4 tahun, September besok sudah 5. Aku baru akan mendaftarkan Kuki TK setelah umurnya yang ke-5"

Jimmy mengangguk setuju. "Ya ya, umur segitu tepat untuknya memulai belajar di lingkungan yang di penuhi anak-anak sebaya nya"

Juni sedikit terkejut saat kakaknya datang dengan anak kecil asing yang belum pernah dia lihat, di susul Dokter Shaka dan Jimmy. "Bagaimana keadaan mu, Juni?" Sapa Shaka menelisik pada beberapa selang yang masih terhubung ke tubuh gadis 14 tahun itu.

"Baik Dokter"

"Besok sudah bisa pulang ya, senang tidak?" Shaka baru menyadari adanya kemiripan antara Juni dan Parish, gerak-gerik keduanya mirip. Seperti saat membungkuk setiap kali mulai bicara, membawa helai rambut yang dia rasa mengganggu ke belakang bahu, dan masih banyak lagi.

Juni berani mengeluarkan ekspresi terbaiknya meski dengan orang yang ia kurang kenali. "Senang, Juni sudah tidak sabar untuk menghirup udara segar" Ungkapan itu terdengar seperti seorang yang telah lama di penjara, Parish menyembunyikan tawanya atas apa yang Juni katakan.

"Bosan pastinya, tapi selama di sini tak ada hal buruk yang terjadi 'kan?" Shaka hanya ingin memastikan.

Juni menggeleng. "Juni senang karena semua orang yang Juni temui disini begitu baik dan ramah, pada Juni maupun Kakak"

Pathetic - SunsunWhere stories live. Discover now