9. Protago

380 65 9
                                    

Parish membawa kaca mata bulat itu ke wajah Juni, membenarkan lagi penampilan Juni. Hanya di dalam kamar membuat Juni bosan, jadi meminta Parish untuk menemani nya keluar. Meski tampak cuacanya kurang bagus, mendung dan sedikit dingin, tak lupa menyelimuti kaki Juni.

"Jadi kamu mau Kakak bawa kemana?" Parish berjongkok di depan Juni, memasangkan sepatu.

"Bagaimana kalau ke taman rumah sakit, Kak Jimmy bilang disana ada air mancur dan ikan"

"Ok, jadi ayo pergi" Mendorong kursi roda itu dengan perlahan, sepanjang perjalanan menuju taman, Parish dihampiri banyaknya sapaan. Terkadang Parish membalasnya, terkadang juga hanya tersenyum dan membungkuk sedikit. Juni mendongak lucu, kakakku dikenal hampir sebagian orang di rumah sakit.

Juni tidak tau saja Parish di kenal dengan sebutan 'gadis itu kabur lagi', beberapa dari mereka tak tau situasinya. Parish juga tak akan cerita apapun, toh semuanya sudah terlewat kan.

Dari arah lain terlihat July dengan beberapa dokter residen yang mengekor di belakangnya, Parish tau wanita itu, beberapa kali pernah bertemu tapi tak pernah saling mengobrol.

Parish berhenti sejenak, Juni bingung mengapa mereka mendadak berhenti. Parish membungkuk memberi hormat, pergerakan yang tiba-tiba itu membuat July dan para residen terlihat canggung.

Mata bulat Juni bergerak bingung, terbata mengikuti Parish. Ini sangat canggung karena Parish tak mengucapkan sepatah kalimat.

"Selamat pagi Dokter—" Menyeret suaranya, mendongak kecil melihat nametag Dokter wanita itu. "July" Ini lucu, July dan Juni akhirnya bertemu.

"Selamat pagi Dokter" Suara Parish menginterupsi.

Antara gemas dan ini pertama kali mendengar Parish berbicara, terlebih pada gerak gerik Juni yang tampak bingung namun lucu disatu waktu.

"Pagi Parish, pagi juga?"

"Juni" Serunya senang, sepertinya Juni akan menyukai Dokter July karena Dokter itu kini meraih tangannya dan memberikan sebuah miniatur kucing pada Juni. Kebiasaan July membawa beberapa mainan untuk pasien anak anak yang ia jumpai, tapi ini Juni. Gadis berusia 14 tahun itu terlihat sangat mungil.

Parish segera pamit setelah itu, Juni mengucapkan terimakasih dan tak lupa melambai pada July.

"Wah jadi itu yang namanya Parish, indah sekali"
"Benar, mereka terlihat sangat mirip"
"Aku melihat dua hewan pada mereka"
"Aku juga"
"Rubah dan kucing, akh sangat serasi"

July masih melambai, dia merasa akan meleleh melihat anak bernama Juni itu. Terlalu menggemaskan, suaranya juga lucu. "Kacamatanya bulat, wajahnya pun bulat. Aku takut dia menggelinding"

Parish mengunci kursi roda itu, membiarkan Juni duduk di tepi kolam ikan itu. Memperhatikan tangan Juni yang memainkan air, dia ingat saat pertama kali ke taman ini. Seorang wanita tua mengajaknya bicara, Parish penasaran dimana Nenek itu sekarang.

"Kak, Juni ingin tanya sesuatu"

"Hmm, tanyakan saja"

Juni menggigit bibir bawahnya penuh kegusaran, tak berani menatap Parish. Kakaknya sudah terlalu sakit selama ini, melindunginya dengan secara tidak langsung. Juni merasa dirinya orang yang paling beruntung karena memiliki Parish yang lebih memedulikan adik seperti nya dibanding diri Parish sendiri.

"Apa Kakak setuju tinggal di rumah Ibu Sheon karena Juni?"

Parish kira pertanyaan yang keluar akan membuatnya tercekat. "Tentu saja, rumah kita sudah tidak layak. Kakak akan menjualnya"

Juni dengan agresif menoleh pada Parish. "Wae?"

Parish menghela, dia akan menjelaskan nya dengan bahasa yang mudah di pahami Juni. "Disana tempat kenangan buruk, dan Kakak tak ingin kamu terganggu dengan hal itu. Mungkin saat ini kamu tidak terima dengan pernyataan Kakak, tapi jika Kakak membawa mu kembali ke rumah itu barulah terasa apa yang Kakak bilang tadi"

Pathetic - SunsunWhere stories live. Discover now