3. Episkey

614 84 7
                                    

Parish kini memiringkan tubuhnya selagi pria tadi membenarkan jahitan pada sisi perutnya, pikirannya melambung jauh. Dia sangat ingin menanyakan apa maksud dari ucapan pria itu yang menyuruhnya tenang, apa dia mampu mengatasi masalah nya. Apa hanya dengan kalimat tenang itu dapat menyelesaikan masalah hidupnya, menyelamatkan adik dan ibunya.

Lagi pula Parish tak pernah mengenal dan melihat wajah asing itu, Jimmy-gadis itu masih terus berada di sampingnya. Menggenggam tangan Parish menyalurkan kenyamanan, rasanya percuma karena Parish masih ingin pulang.

"Bagaimana adikku?"

Shaka menoleh ketika gadis itu mengeluarkan suara, sedetik kemudian kembali fokus pada jahitan itu.

Jimmy tersenyum. "Kamu bisa beritahu dimana rumah mu, ceritakan apa saja yang kamu alami"

"Apa setelah aku menceritakannya, masalahnya akan selesai?"

Jimmy terdiam, sebagai Tim khusus rumah sakit dia memang selalu meminta pasien bercerita. Tapi sama sekali belum bertindak sejauh ini, tampaknya Parish ingin seseorang menyelesaikan masalahnya selagi dia tidak di perbolehkan keluar dari rumah sakit.

"Kami dapat mengirim seseorang untuk mengawasi rumah kamu" Jimmy terpaksa bilang begitu, mencampuri kehidupan orang lain sebenarnya bukan sepenuhnya urusan mereka. Harus melibatkan polisi juga beberapa orang demi keamanan.

"Sebenarnya siapa kamu, aku hanya ingin pulang" Parish yang masih ngotot meminta pulang itu membuat Jimmy tak dapat melakukan sesuatu.

Shaka melangkah ke sisi lain agar dapat melihat wajah gadis itu secara langsung. "Jangan banyak bergerak dulu, jahitannya masih basah" Terkesan cuek, Parish tak peduli.

Jimmy berdiri. "Parish, dia lah orang yang menolong kamu. Dia juga yang membawa kamu ke rumah sakit ini, Dokter Park Sunghoon, kamu bisa memanggilnya Dokter Shaka"

Shaka masih mengamati ekspresi datar gadis itu, jadi namanya Parish.

"Dokter Shaka, aku ingin pulang" Menyatukan dua tangannya di hadapan Shaka, sangat memohon.

Jimmy bangkit dan membiarkan Shaka duduk di depan Parish, juga menggantikan genggaman itu. Mata gadis itu mulai berembun, iris amber itu mengilat.

"Aku tidak akan berterimakasih atas upaya penyelamatan mu terhadap ku, tapi aku akan sangat berterimakasih jika kamu membawa ibu dan adikku kesini"

Shaka menghela napas. "Mereka pasti kesini"

"Mereka tidak tau bagaimana keadaan ku, mereka tidak mungkin kesini"

"Aku sudah menyuruh orang menghubungi keluarga mu dan memberitahu keadaan mu"

Benarkan, semua orang tak paham apa yang terjadi. Semua tak akan mengerti meski Parish mengungkapkan keadaannya, mereka bukan tak mengerti, hanya saja tak mau mengerti. Parish tak bisa bicara lagi, semuanya sudah terlanjur terjadi.

***

Juni mengintip dari celah pintu lemari, dia membekap mulutnya dengan satu tangan. Sedang tangan lainnya senantiasa memeluk sebuah buku yang sebelumnya dia ambil dari kamar Ibu, kini detak jantungnya berdetak sangat amat kencang. Dia sudah berada di dalam lemari dari 3 jam yang lalu, sejak kemarin rumah kacau.

Pathetic - SunsunWhere stories live. Discover now