10. Delight

411 80 11
                                    

Shaka mengharapkan kini sandwich isi daging nya bisa diterima lidah si Kuki, tadinya dia akan membuat sup ikan pedas kesukaan bocah itu. Tapi kalimat Kuki membuatnya langsung menyerah.

"Memang ayah bisa membuat sup ikan seperti yang mama buat?" Begitu kalimat yang menohok langsung ke ulu hati, tidak bisa sih, Shaka langsung tersadar bahwa dia secara tidak langsung mengingatkan kuki pada almarhum sang mama.

Shaka menyajikan sandwich itu dengan mustard racikannya, memanggil Kuki setelah semuanya tersaji di atas meja. Kuki merentangkan tangannya minta di bantu menaiki kursi. Kaki kecilnya bergerak lucu saat Shaka membawanya ke udara, duduk manis merapatkan kedua tangannya membaca doa sebelum mulai makan.

Shaka melihat hal itu, menarik minatnya untuk berdoa bersama.

"Berkati makanan hari ini, kenyangkan perut karet Kuki. Semoga rasa sandwick ayah tidak buruk" Shaka reflek menahan tawa, lama tidak bertemu Kuki membuat Shaka agak melupakan sifat konyol bocah itu yang di turunkan langsung dari sang mama.

"So be it, amen"

Kuki mendengung setelah gigitan pertama. "Apa ayah mengganti daun seladanya dengan red lettuce?"

"Bagaimana Kuki bisa tau nama sayuran itu?" Memang Shaka merubahnya karena hanya ada daun selada jenis itu di lemari es, dia masih belum sempat menggisi ulang isi kulkasnya. Yang menjadi pertanyaan, bagaimana Kuki bisa tau jenis makanan yang pada umumnya tak banyak anak di usianya tau.

"Kuki sering menemani mama memasak, jadi Kuki bisa tau daun ini. mama biasa menggunakannya saat membuat olahan salad untuk papa" Lagi-lagi Shaka tidak sengaja mengingatkan dua orang tadi pada Kuki.

Baiklah, sebaiknya mereka fokus makan kali ini.

***

Parish membawa handuk kecil itu kearah rambut Juni, merasa  bersalah dengan kejadian yang baru di lewatinya. Parish tak hirau lagi dengan kudapan yang tadinya dia ambil, di hadapannya Juni tengah meringis kedinginan, tubuhnya hampir basah semua. Jimmy juga ada di sana untuk membantu Riki mengeringkan rambutnya, ah dia baru sadar jika dua orang di depannya ini terlihat mirip. Sudah pasti saudara, mendengar gadis bernama Juni itu menggumam lucu melihat Parish yang panik.

"Masih merasa dingin?, atau kita kembali ke kamar untuk berganti baju"

Juni lagi-lagi menggeleng. "Juni sungguh tak apa, Kak" Dia malah senang karena sudah lama tak main hujan-hujanan. beralih pada sosok tinggi yang sudah bermurah hati menbagi payung nya untuk Juni tadi. "Terimakasih untuk yang tadi"

Parish membungkuk hormat serta mengucapkan kalimat terimakasih yang berulang, ini menarik, Riki menyukai suasana ini. Ada rasa yang telah lama tak dia rasakan dari keduanya, kekeluargaan.

Riki serta membungkuk. "Kalau begitu saya pergi dulu" Pamitnya, berjalan pergi dengan senyuman yang tak kunjung turun.

Parish merunduk untuk mensejajarkan pandangan Juni padanya. "Jadi, apa yang ingin Juni lakukan kali ini"

Juni meneleng sesaat berpikir cukup lama. "Kak Jimmy bilang kantin memiliki Tonkatsu, Juni mau coba"

***

Pusat Medis Hanmin.

Terlihat satu Dokter spesialis jantung dengan dua Dokter residen tahun kedua dan seorang kepala residen bedah saraf tengah menikmati kopi hangat mereka di kafetaria rumah sakit.

Key merasakan hangat pada tenggorokannya setelah air hitam pekat itu ia teguk beberapa kali. "Wah, senangnya dapat rehat sejenak. Kita jadi bisa menikmati kopi hangat ini dalam suasana hujan yang dingin"

Pathetic - SunsunWhere stories live. Discover now