3. Sakit

71 22 9
                                    

KRINGGGG!!!!!!!

Bel berbunyi tanda kegiatan belajar mengajar telah usai dan waktunya pulang kerumah masing masing.

"Woi pulang." Sarah berusaha membangunkan Alana yang dari tadi tertidur, Alana terlihat lemas sejak tadi. Karena guru di jam terakhir tidak hadir jadi Alana bisa tidur tanpa gangguan.

"Emm." Alana melirik sarah dengan lesu, dan melirik jam yang ada pada dinding kelasnya dan sudah waktunya untuk pulang Alana langsung bergegas memasuki barangnya yang masih di atas meja ke dalam dan ingin segera pulang, badannya terasa sangat lemas saat ini.

Alana beranjak berdiri tanpa menghiraukan Sarah yang sejak tadi setia menunggunya, "eh eh lo kenapa?" Alana kembali duduk karena kepalanya yang pusing.

"Sakit ya lo?" Sarah meletakkan tangannya pada kening Alana mengecek apakah gadis ini sakit atau tidak.

"Ck pake sakit, nyusahin lo." Sarah merasa sial karena telah membantu gadis ini, 'udah gak tau terimakasih sekarang nyusahin' batin Sarah.

Alana kembali tidak mempedulikan Sarah, ia mencoba berdiri lagi ingin segera pulang.

"Apasi mau kemana?" Sarah menahan tangan Alana yang hendak berdiri.

"Pulang!"

"Gue anter, nanti lo mati di jalan gue yang disalahin." ketus Sarah dan membantu Alana untuk berdiri.

Karena lemas, Alana akhirnya menurut dan membiarkan Sarah membantunya.

"gue bisa sendiri." Setelah keluar dari
kelas dan merasa dirinya sudah seimbang untuk berjalan sendiri Alana meminta Sarah meninggalkannya.

"yakin lo?" Sarah bertanya pada Alana dan tentu saja tidak mendapat jawaban apapun, ia berjalan melewati Sarah tanpa mengucapkan makasih sedikitpun.

"minimal makasih."

Sarah mengepalkan tangan kesal, karena sudah membuatnya pulang terlambat bahkan dia meninggalkan Sarah begitu saja.

Sarah berjalan meninggalkan area sekolah dan menunggu jemputan, ia melihat Alana duduk diam di pos satpam. Setau Sarah, Alana biasanya pulang dengan menggunakan amgkutan umum, dan untuk apa dia menunggu disana.

"Ah biarin lah gak penting, aduh ini panas banget." Sarah berjalan ke pos satpam ditempat Alana berada, ia biasanya juga menunggu disana jika yang menjemputnya lama datang.

Sarah menyipitkan matanya melihat Alana hanya menatap ke depan, tatapannya kosong bahkan mungkin ia tidak sadar kalo Sarah berada disana.

'Sok misterius ew' batin Sarah.

DRRRRRRRRRTTTTT. (bunyi telpon gengss)

Lamunan Alana buyar karena ponsel miliknya bunyi, Alana sudah tau siapa yang menelponnya. Ia tidak mempunyai teman, tidak ada yang akan menghunginya kecuali Clara, Mamanya. Clara akan menelpon jika itu menguntungkan dia. Hampir tidak pernah bertegur sapa padahal tinggal di satu atap, jika penting Clara akan mengirimkan pesan ke ponsel milik Alana atau akan menelponnya seperti sekarang.

Alana mengabaikan panggilan itu, ia pikir itu pasti tidak akan menguntungkannya, pasti. Sarah menatap Alana bingung dan kepo.

'telpon dari siapa si' batin Sarah.

DRRRRRRTTTTTT.

"Ck." Alana akhirnya menekan tombol hijau dan segera menjawabnya. Alana menempelkan benda pipih itu ke telinganya dan menunggu apa yang akan di sampai kan sang penelpon.

"Dimana?" tanya Clara.

"Sekolah."

"Pulang!"

Alana memutar bola mata malas, ia tau jelas Clara menyuruhnya pulang karena untuk kepentingannya sendiri. Biasanya karena malas debat Alana akan menuruti saja apapun mau wanita itu, tapi sekarang Alana merasa sangat lemas jika harus mencari angkutan umum.

"Pulang?" Alana bertanya mengejek. "Sejak kapan saya kesana disebut pulang?" Alana menyeka air mata yang menetes tanpa izinnya, entahlah kenapa tiba tiba Alana merasa sedih padahal ia sudah terbiasa. Alana merasa sekarang sangat membutuhkan Clara.

Sarah terus memperthatikan Alana dengan bingung, pertama kali ia melihat Alana terlihat lemah bahkan menangis. Siapa yang di telponnya sehingga membuatnya begitu sedih, pulang? pulang kemana?

Alana mematikan sambungan telpon sepihak, setelah bertanya seperti itu Clara hanya diam tanpa menjawab. Sudah biasa, pikir Alana.

Alana melirik Sarah yang sedang memperhatikannya. "Ngapain liat liat?" ketus Alana.

"Lo gpp?" tanya Sarah peduli.

Alana mengangkat bahu tanda tidak tau, gpp? Alana terkekeh dalam hati. Ia rapuh, ia tidak sekeras keliatannya, Alana lelah.

"Hiks." Bahu Alana bergetar tanda sang empuh menahan isak tangis. Sarah yang melihat itu semakin bingung dan segera merengkuh tubuh Alana. Sarah memeluk erat Alana dan membiarkan gadis itu menangis dipelukkannya.

Sarah mengelus pelan punggung Alana upaya menenangkannya, ia pikir Alana pasti mempunyai masalah yang membuatnya sangat terluka.

🌵

"Lo yakin gue anter sampe sini aja?" Setelah kejadian tadi Sarah mengajak Alana untuk pulang bersamanya dan Alana tidak menolak, karena kondisi.

Alana meminta Sarah mengantarkan Alana di gang rumahnya saja, padahal rumahnya agak jauh dari gang itu. Tapi Alana tidak ingin Sarah tau lebih jauh.

Alana mengangguk tanda setuju, "Makasih ya!" ucap Alana sambil tersenyum tulus. Untuk pertama kalinya Alana bicara sopan pada Sarah bahkan tersenyum. Sarah membalas senyuman itu dengan senyum yang hangat, bahkan Alana merasakan kehangatannya.

"Yaudah lo hati hati ya! gue pulang dulu, besok kalo belom bisa sekolah nanti gue izinin ya" Ucap Sarah panjang lebar dan hanya di anggukki oleh Alana.

"Ish baru juga gue seneng gak di jutekkin! yaudah gue pulang ya." Sarah memasukki mobilnya dan melambaikan tangan pada Alana.

Sepeninggalan Sarah, Alana tersenyum lagi "Kok gue seneng ya? gini rasanya punya temen?" pikir Alana.

"Temen? gak Alana!" Alana kembali berpikir dan ia tidak ingin kembali kecewa, karena jika ia mulai mempercayai orang ia akan kembali kecewa.

Alana berjalan malas ke arah rumahnya, jika saja ada tempat lain untuk ia tempati Alana tidak akan kembali kerumah itu.

🌵


Vote dan komen jangan lupa^ ^

NAUFRAGA Hikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin