2. Pertemuan

89 20 13
                                    

BYURR!!

Alana disiram dengan sengaja oleh salah satu kakak kelasnya menggunakan minuman sisa miliknya. Segera Alana menjambak rambut orang yang berani mengganggunya---Mayang.

"ARGHHH SAKIT SIALAN!"

Alana terus menjambak rambut Mayang tanpa ampun, bahkan Mayang kualahan untuk membalas. Orang yang melihat pun tidak berani melerai, karena takut terkena jambakkan juga.

Alana menjambak rambut Mayang sampai Mayang terjatuh bebas ke lantai. Ia meringis kesakitan, karena kulit kepalanya terasa perih. Alana berjongkok menyamakan posisinya dengan Mayang, "Cara lo norak kakak!" bisik Alana di depan muka Mayang. Ia meninggalkan Mayang yang terduduk dengan rambut berantakan.

"Tunggu balesan gue sialan!" Mayang berteriak memgancam Alana.

Gadis itu menoleh dan memperlihatkan ibu jarinya, tanda bahwa iya tidak takut dengan ancamannya. Lalu melanjutkan jalannya untuk pergi ke wc mengganti bajunya yg basah dengan baju yg ada di dalam loker miliknya.

Setelah mengambil baju ganti di loker, ia pergi kekamar mandi untuk mengganti pakaiannya. Di toilet Alana bertemu teman sekelasnya.

"Lo kalo sehari gak buat masalah keknya gabisa ya Al." Cibir gadis itu.

Alana tidak memperdulikannya, ia segera memasukki salah satu bilik untuk membersihkan diri. Alana mendesah prustasi, ia lelah terus terusan mengalami hal seperti ini. Hanya karena ia tertutup bukan bearti dia harus menerima semua ini kan?

🌵

Di kantin, Aiden bersama dua temannya Aska dan Vano. Mereka asik menikmati jam istirahat dengan makan di kantin dan melempar candaan satu sama lain. Aiden melihat kejadian yang barusan terjadi, diam diam ia memperhatikan gadis itu---Alana.

"Lo tau nama cewe yg tadi di siram gak?"

"Mayang?" celetuk Vano.

"Yg di siram bego!" sarkas Aska.

"Ohhhh." Vano ber-oh ria sembari mengedikkan bahu tanda bahwa ia tidak tau.

"Kenapa Den?" tanya Aksa.

"Gpp pengen tau aja."

Aiden tanpa sadar terus memikirkan siapa gadis itu, ia akan segera mencari tau nya, segera.

"Lo naksir ya den?" celetuk Vano bukannya mendapat jawaban yang ia inginkan, Vano malah dapat sentilan dari Aksa.

"Nanya bukan berarti naksir, siapa tau tu cewe punya utang sama Aiden." Ucap Aksa asal.

Aiden hanya diam sibuk memikirkan gadis itu tak niat menjawab teman-temannya. 'Naksir?' tanya Aiden dalam hati, tidak ini bukan perasaan naksir tapi ini perasaan 'kasihan?' atau 'kepo?' bukan karena ia berani melawan Mayang, tapi sorot mata gadis itu mengisaratkan lain, entah hanya Aiden saja yang melihat atau orang lain pun sama.

"Ayo ke kelas bentar lagi bel ni kayaknya!" Putus Aiden sembari memperhatikan jam yang melingkar di pergelangan tangannya.

"Duluan aja den gue sama Vano mau ke TU buat bayaran." Ucap Aksa, Aiden hanya mengangguk lalu pergi.

Aiden menyusuri koridor menuju kelas sembari membuka ponsel genggamnya, mengecek apakah ada yang menghubunginya.

BRUKK!

Ponsel yang Aiden genggam terjatuh karena barusan ia menabrak seorang gadis dan gadis itu sekarang terjatuh ke lantai.

"Eh sorry sorry!" Aiden berjongkok niat membantu.

"Jalan tu pake mata!" ketusnya, ia cepat cepat berdiri ingin segera pergi, tetapi kakinya sedikit sakit sepertinya sedikit terkilir.

Aiden terkejut, yang ia tabrak barusan adalah gadis yang ia pikirkan tadi. "Iya makanya gue bilang sorry kan?" tanpa menunggu jawaban gadis itu Aiden ingin membantu ia berdiri.

"Gak usah so baik, gue bisa sendiri!" Alana susah payah berdiri dan segera meninggalkan Aiden yang menatap gadis ini heran, pasalnya kaki gadis itu sekarang sedikit pincang karenanya.

"Gue bantu ke kelas ya?" tawar Aiden sekali lagi. Alana menatap Aiden sinis dan segera pergi.

Aiden melihat kepergian gadis itu, berjalan dengan pincang namun seperti tidak masalah baginya, tidak terdengar ringisan apa apa dari mulut gadis itu. Ia seperti terbiasa akan rasa sakit?

"11 ips 2." Aiden melihat Alana memasuki kelasnya dan ia segera pergi melanjutkan tujuannya ke kelas tak lupa mengambil ponselnya yang terjatuh tadi, 'retak tapi goaoaoa'

🌵

"Kenapa lagi lo?" tanya Sarah teman sekelas Alana, pertanyaan itu tidak terdengar seperti kepedulian tapi lebih terdengar seperti sindiran. Karena tiap kali Alana keluar istirahat pasti ia akan kembali dengan kondisi yang beragam, seperti sekarang rambut yang basah kaki yang pincang. Makanya teman sekelas Alana selalu bilang 'Alana si pembuat masalah'

Alana tidak menghiraukan pertanyaan Sarah, ia segera duduk di bangkunya yang tepat berada di belakang Sarah. Sarah sebenarnya ingin berteman dengan Alana tapi karena Alana yang tertutup Sarah jadi merasa tertolak. Ia tidak membenci Alana hanya saja ia muak melihat keadaan Alana yang selalu tidak baik tiap kali kembali ke kelas.

🌵

Jangan lupa vote dan komen

NAUFRAGA Where stories live. Discover now