6. Album Baru

27 1 0
                                    

"Sekuat apapun kamu menghindar dari ketenaran, kalau Allah tak berkehendak, pasti Allah tak kabulkan. Semua sudah Allah gariskan dalam pena Lauh Mahfuz. Jika kau menyesal, maka sama saja tak terima dengan kehendak-Nya. Engkau hanya perlu menerima dengan lapang dada."

***

Setengah jam kemudian, sampailah mereka di Magelang. Kamelia terlambat lima belas menit. Dan hal tersebut membuat Pak Arman dan salah satu karyawan menunggu dirinya di depan gedung. Usai mengucap terima kasih kepada Arya, ia bergegas menemui pak Arman.

"Aduh, Kamelia! Tolong diusahakan jangan telat dong!"

Pak Arman itu orangnya sangat disiplin. Jadi, bisa dipastikan beliau akan berkata demikian. Tapi, Kamelia tidak merasa terganggu dengan itu. Justru ia merasa diperhatikan.

"Mohon maaf Pak. Tadi mobil ban lagi bocor di tengah jalan. Jadi, kesininya agak telat."

"Benar Pak. Tadi mobilnya Kamelia bocor di tengah jalan. Kebetulan aku sedang lewat dan anterin dia kesini."

Kamelia menoleh. Ia tersentak ketika mendapati Arya berdiri di belakang dan membela dirinya.

"Kamu siapanya Kamelia?" tanya pak Arman.

"Saya temannya di Kampus Pak," jawabnya sambil tersenyum.

"Perkenalkan, saya Pak Arman selaku produsernya Kamelia." Pak Arman balas tersenyum.

"Ya udah, ayo masuk Mel! Yang lain udah nunggu!"

"Iya Pak. Sekali lagi makasih ya Kak," ucapnya sopan.

"Iya. Aku pamit dulu. Assalamualaikum."

"Wa'alaikumussalam warahmatullah."

Kamelia bukanlah wanita yang mudah baper. Ia begitu cuek dengan laki-laki. Kehidupannya benar-benar kurang akan rasa cinta. Cinta yang seharusnya menjadi nutrisi jiwa, malah ia tak menuainya. Kehidupannya begitu hambar. Terkadang ia berfikir apakah dirinya ini memiliki perasaan? Apakah dirinya ini memiliki hati yang perlu dijaga?

Katanya pak Ustadz yang ceramah di Masjid, laki-laki tercipta dengan sembilan otak dan satu hati. Sedangkan wanita tercipta dengan sembilan hati dan satu otak. Sebab itulah kebanyakan wanita lebih mudah jatuh cinta daripada laki-laki. Sebab itulah seorang ibu sering tidak tega dengan anaknya. Karena hati wanita lebih dominan dibanding laki-laki.

Tapi, yang ia rasakan justru sebaliknya. Ia merasa sering menggunakan otak daripada hati dan perasaan. Sebab itulah terkadang pemikiran tersebut muncul di otak seorang Kamelia. Wanita populer yang menjadi gulita hidupnya sebab kekurangan perhatian dan sebab ketenaran.

Malam itu, ia rapat dengan produser dan para staff. Membahas perilisan album yang akan diluncurkan.

"Ok. Jadi, album kali ini kamu akan berduet, Mel!" jelas pak Arman.

"Duet? Dengan siapa?"

"Kalau itu kita bahas nanti. Kamu siap-siap aja, karena lagu yang akan kamu bawa berjudul Bidadari Surga yang dibawakan oleh almarhum Uje."

Mendengar judul lagu itu, Kamelia teringat akan album yang dibawa oleh seorang artis muda yang duet dengan putri almarhum Uje sendiri. Syakir Daulay dan Adiba Khanza. Sempat ia berfikir apakah dia akan berduet dengan Syakir Daulay? Ah, baginya itu sama saja. Kehidupannya yang sekarang benar-benar tak memiliki gairah sama sekali. Biasanya orang kalau bertemu artis akan senang bukan kepalang. Eh, malah ia tidak. Mungkin juga karena ia tidak mengidolakan seorang Syakir Daulay.

"Baik Pak. Akan saya usahakan yang terbaik."

"Oh ya. Satu lagi, ini penting banget," tegas pak Arman. Dan Kamelia mengernyitkan alis.

"Kamu telah masuk final dalam acara Indonesia Award kategori penyanyi religi. Sebab itulah aku ingin meriliskan album ini agar kamu bisa tambah penggemarnya dan menjadi juara." jelasnya.

"Apa?" Kamelia tersentak. Ia memasang wajah gembira, namun hatinya tidak. Ia tersenyum, namun sebenarnya hatinya pilu. Semua hanya sandiwara. Ia begitu aneh bagi orang awam yang berharap menjadi  populer dan menjadi artis. Namun, apalah daya dirinya. Semua sudah terlanjur. Semua sudah menjadi ketetapan Tuhan. Ia hanya berusaha saja menjalani yang terbaik.

"Acaranya sebulan lagi. Dan saya harap seminggu sebelum acara, album sudah rilis dan di upload di sosmed,"  sambungnya.

Berjam-jam rapat tersebut telah terlaksana hingga jam menunjukkan pukul dua dini hari. Semua persiapan sudah dibahas. Kamelia terlihat kantuk. Ia tak habis pikir akan selarut ini. Tak ada harapan kalau dirinya akan mengikuti pelajaran di kuliah. Untungnya pak Karman telah usai memperbaiki ban yang bocor. Segera ia pamit, setelah rapat. Karena tak kuasa menahan kantuk, ia pun tertidur di mobilnya.

"Kurasa Arya punya bakat deh Fi," ucap pak Arman kepada salah satu staffnya.

"Arya yang tadi itu Pak?" Fifi tak heran karena dirinya tadi juga melihat Kamelia diantar oleh Arya.

"Iya."

"Memangnya ya, Pak Produser jeli banget pandangannya. Punya ilmu apa sih Pak?" Fifi tersenyum. Ia tahu dari dulu kalau bosnya itu sangat berbakat dalam bidangnya.

"Makanya, sekolah yang bener!"

"Siap Pak."

Tanpa diminta, Fifi mengerti harus bertindak. Segera ia mencari kontak dengan Arya, tanpa sepengetahuan Kamelia.

Derita Asmara Tiga Hati (DATH) TERBIT✓ Onde as histórias ganham vida. Descobre agora