5.

168 21 3
                                    

__________________________________________________

Nggak usah berharap lebih sama seseorang yang jelas-jelas udah nolak lo dari awal! lo cuma berkhayal dengan imajinasi lo doang! "
__________________________________________________

  

Happy Reading 🐣

    Hidup Atara begitu anarkis, bisa-bisannya ia harus berurusan dengan Bu Ambar si Guru Bk. Pagi-pagi buta pula, oh bisakah jam setengah 8 masih dianggap pagi?

Niat awalnya sih telat tapi jadi melipir mau sekalian bolos, ehh gak disangka malah keseret sama Tuh guru satu.

Gadis dengan mengenakan seragam semestinya ya walaupun tidak termasuk dengan sizenya sih. Kemarin ia baru saja mewarnai beberapa helai rambutnya yang menambah kesan cute, tapi sayang itu tidak berfungsi bagi penglihatan sang Guru.

Sudah jatuh tertimpa tangga pula!

Pepatah ini sangat cocok untuk menggambarkan nasib gadis bermata biru itu.

Ia kini disuruh berkumpul ditengah lapangan yang memang sudah ada beberapa orang disana. Entah kena razia atribut sekolahan, bolos atau semacamnya.

Ada enam orang yang juga sudah berdiri sambil hormat para bendera merah Putih. Dilihat dari penampilannya sih mereka seperti udah langganan. Iya langganan kena hukuman.

Namun saat ia melihat ke arah Orang-orang tersebut pandangannya jatuh beberapa saat dengan mata tajam orang yang ia hindari beberapa hari ini. Tapi sepertinya cowok itu sedang sibuk uring-uringan karena ketangkep razia Bu Ambar dan tak menghiraukan kehadirannya.

Sial!

Satu hal yang sangat dijauhi seorang Atara adalah menjadi pusat perhatian, menjadi sorotan publik, dan itu tak boleh terjadi cepat atau lambat!

   Kini berdirilah empat anak Laki-laki dan tiga perempuan ditengah lapangan. Masing-masing punya alasan sampai bisa berdiri di sana. Disaksikan seluruh penghuni SMA Bakti Jaya. Panas matahari yang menyengat jiwa raga, dan panas yang keluar dari mulut Bu Ambar yang menyayat hati. Itulah yang sedang dirasakan Atara.

"Mau jadi apa kalian ini! " Ucap Bu Ambar yang sedang memegang kayu panjang ditangannya.

"Bosen hari-hari selalu ada kalian di catatan Buku harian! " Tambahnya sambil sesekali memutari mereka.

"Ini juga! Hobi banget bikin saya Tambah darah! " Tegas sang Guru pada salah satu anak cowok yang hanya memasang wajah Watadosnya.

*Watados : Wajah Tanpa Dosa

"Minum paracetamol Bu, apa mau saya belikan di Apotek? " Sahutnya tak tau malu.

Satu Kata setelah Dirga mengucap itu.

GOBLOK! Umpat Teman Dirga disebelahnya,udah putus urat malunya nih orang.

"Ngejawab lagi! Berani kamu sama saya! " Ancam sang Guru kala Cowok berpenampilan urakan itu mulai menguji kesabaraannya.

"Berani lah! Orang sama-sama makan nasi kok takut! "

Untung suaranya tidak sampai terdengar di telinga sang Guru. Kan bisa berlipat-lipat hukumannya.

"Samudra, murid perdana kena hukuman! Bisa-bisannya kamu ikut Dirga!? " Ucap Bu Ambar dengan memegang pinggangnya, mengingat umurnya yang sudah tak lagi muda dan menghabiskan tenaga sebanyak ini memanglah cobaan yang nyata.

Dirgantara (REVISI) Where stories live. Discover now