Bab 59 Sebuah Cinta

936 39 13
                                    

"Dokter,"

"Tenang, Pak. Tidak usah panik." ucap dokter itu.

"Anisha..." panggilnya lembut.

"Hmm?" Sahutnya.

"Yaampun kamu membuatku khawatir saja." kata Fano mengelap sisa air mata di pipinya.

Setelah bayinya di bersihkan dari sisa-sisa lendir, dokter memberikannya pada Anisha untuk diberikan ASI pertamanya.

MashaAllah, nak. Dia benar-benar mirip dengan Fano

Dengan lembut ia mencium bayi kecilnya. Delfano yang melihatnya dibuat tertegun oleh putranya sendiri.

"Fan, kenapa diam saja? Kamu tidak mau menggendong putramu sendiri?"

"Boleh?" tanyanya.

"Kenapa tidak?"

Anisha pun memberikan bayi itu pada suaminya. Ia juga meminta untuk di azani di telinga bayinya. Dengan suara rendah dan lembut, ia mengumandangkan azan di telinga kanan dan iqamat di telinga kiri putranya.

Hatinya bergetar meliha kini seorang bayi mungil yang masih berwarna kemerahan ada di gendongannya.

"Dia mirip sekali denganmu," ucap Anisha.

"Iya, kamu benar." jawabnya.

Setelah cukup menemani istrinya di dalam, Delfano pun keluar dari ruangan dan langsung disambut tangis haru dari keluarganya.

"Anisha baik-baik saja, kan? Bagaimana dengan bayinya?" tanya mereka.

"Alhamdulillah keduanya baik-baik saja." Jawab Delfano tersenyum.

Ucap syukur mereka panjatkan pada Sang Pencipta. Bu Fiona langsung memeluk erat putranya. Kabar meluas dan sudah sampai ditelinga Farel dan kedua teman Anisha di pesantren.

Beberapa jam berlalu. Anisha sudah bisa di pindahkan ke ruang rawat. Semua keluarga, sodara dan sahabat datang menjenguknya.

"Anishaaaaa...!" Elisa berlari menghampiri sahabatnya dibanjiri tangisannya.

"Eh kenapa kamu nangis, Lis?" Heran Anisha.

"Aku khawatir sama kamu. Kamu baik-baik saja, kan?" kata Elisa mengelap sisa air mata nya.

Anisha mengangguk merespons pertanyaan sahabatnya. Ketika semua orang tengah fokus dengan bayinya, berbeda dengan Delfano yang fokus pada istrinya.

"Kamu bisa melewatinya. Terima kasih, ya, sayang. Ini hadiah terbaik dalam hidupku."

"Iya, Fan. Terima kasih sudah tetap ada di sampingku." ucap Anisha menatap suaminya.

"Aku akan selalu ada di sisimu." Balasnya.

"Nisha, kamu sudah memberi ASI pada bayimu?" tanya Bunda mendekat.

Gadis itu mengangguk pelan menjawabnya. Tak lama muncul satu pertanyaan yang menanyakan nama yang akan diberikan nya pada bayi kecil tersebut.

"Untuk nama aku serahkan pada Anisha. Aku tidak pandai dalam hal ini." jelas Delfano.

"Hahaha, aku sudah lama mempersiapkan namanya. Nama putraku adalah Izzan,"

"Izzan Arsyanendra." Tambah Delfano melengkapi kalimat istrinya.

"Nama yang indah. Iya kan yah?" ucap Bunda melirik suaminya.

"Iya." Jawab Pak Husen tersenyum.

Seminggu Anisha dirawat di rumah sakit untuk memantau kesehatannya. Setelah dilihat sehat, ia diperbolehkan pulang. Kini perasaan bahagia tengah menyelimuti nya. Sedari tadi ia terus menatap wajah putranya.

Dalam Dekapan Luka Where stories live. Discover now