Bab 39 Proker Ketiga

383 41 0
                                    

Setelah diskusi itu mereka kembali ke kamar masing-masing untuk beristirahat.

“Anjir geser dikit napah seseak nih.” Protes Gading.

“Aku juga sesak, kamu yang geser.” Kesal Awan.

“Kalian pikir kasur ini selebar pantai? Gimana gak sempit wong berempat tidur dempetan gini.” ucap Agus mempertahankan posisinya.

“Ah udahlah aku tidur lantai saja.” kata Fano berjalan pergi.

“Aku juga lah.” Susul Gading.

Pada akhirnya mereka semua tidur di lantai. Meninggalkan barang-barang bawaannya di atas kasur.

“Eh Fan,” panggil Awan.

“Ape?”

“Memang benar berita yang sempat gempar waktu itu di kampus? Kamu menghamili Anisha?” tanya Awan.

“Eh aku juga penasaran. Itu beneran, Fan? Aku kaget loh kita satu tim KKN ini.” Agus ikut menyambung.

Cukup lama Delfano diam menggantung pertanyaan temannya.

“Pihak kampus kan sudah klarifikasi berita itu bohong.” jawab Fano tenang.

“Tapi, bukannya aku suudzon, ya. Dua minggu ini aku liat Anisha itu sering mual-mual, pusing dan moodyan. Kadang-kadang baik, marah, sedih kek musim gitu.”

“Yaelah Wan, kamu tidak tau karakter cewek kayak gimana. Mereka kan emosinya kayak musim.” Gading bantu menjawab.

“Udah, udah. Gak baik curiga-curiga gitu. Mending turu ngisi energi.” ucap Agus melerai mereka.

Mereka masih ingat saja berita waktu itu

Besoknya semua mahasiswa berkumpul di depan rumah kepala desa untuk pembekalan sebelum menuju lokasi. Mereka diberitahukan sekali lagi larangan untuk tidak menyentuh langsung air terjun tersebut.

“Oiya karena di sana licin kalau bisa jangan pakai sepatu atau sendal.”

“Baik, Pak.” jawab mereka.

Tak lama kemudian, mereka sampai di tempat tersebut. Kedua kalinya mereka mengunjungi tempat indah itu. Gading yang hobi memotret langsung mengabadikan momen tersebut.

“Pak, kalau misalkan ada turis datang ke sini apakah mereka tetap tidak melanggar larang itu?” tanya Awan memerhatikan kolam air di depannya.

“Itu yang terkadang jadi permasalahan. Harus ada banyak pemandu untuk memerhatikan mereka.” jawabnya.

“Sayang banget, ya, gak bisa berenang di sini.” ucap Gading kecewa.

“Eh bisa. Kalau mau berenang ada tempatnya di bawah sana. Airnya juga mengalir dari air terjun sini, kok.” jawab Pak Ranu.

Mereka pun diantarkan ke tempat tersebut. Benar saja airnya tak kalah jernih dari yang diatas.

“Bila ingin berenang silahkan. Maaf, saya tidak bisa menemani lama karena ada urusan.” kata pak Ranu pamit.

Karena sudah diizinkan mereka pun langsung melompat ke dalam dan berenang.

“Nis, sini ikut gabung seru tau.”

“Tidak lah Lis, aku di sini saja.” jawabnya duduk di tepi kolam tersebut.

Tiba-tiba dari arah belakangan Sierra mendorong Anisha masuk ke air membuat gadis itu berteriak. Sierra mendorongnya dengan niat bercanda, tapi candaan itu malah mengakibatkan petaka.

“Eh Nisha mana?” tanya Elisa panik.

“Astaga!” semuanya ikutan panik.

Dengan cepat Elisa menyelamatkan sahabatnya itu dan membantunya naik ke tepi air.

Dalam Dekapan Luka Where stories live. Discover now