Bab 27 Ketakutan Anisha

447 46 1
                                    

Beberapa menit kemudian. Perlahan matanya terbuka melihat ruangan yang tak asing baginya.

“Fano?” Anisha cukup terkejut melihat laki-laki itu duduk di sampingnya.

“Anisha... Syukurlah kamu sudah sadar.” ucap lelaki memperlihatkan senyuman manisnya.

Melihat kehadiran Fano membuat hatinya sedikit tenang. Air matanya kembali jatuh melihat wajah laki-laki itu.

“Kamu tau gosip itu benar-benar membuat hatiku pedih teriris! Kenapa aku harus... mengalami ini?” ucapnya sesenggukan. Gadis itu mengadu keluh kesahnya pada Delfano.

Dengan suara rendah dan lembut, lelaki itu menjawabnya. “Tenangkan dirimu, kasihan baby nya. Aku janji akan menghapus gosip itu dan mencari tau siapa dalangnya.”

“Heh Delfano, bukan sohibmu yang menyebarkan berita itu?” tanya Elisa berdiri di belakang Fano.

“Bukan. Tapi sepertinya aku tau siapa dalangnya.” Jawab Fano.

“Siapa?” tanya Elisa penasaran.

Lelaki itu hanya terdiam menatap dingin Elisa.

***

Di saat yang sama, Dinda dan Habibah terkejut bukan main mengetahui berita akan kehamilan sahabatnya tersebar di sosmed.

“Hah yang benar saja? Kenapa bisa tersebar?” Heran Habibah yang baru membuka ponselnya.

“Kita harus temuin Anisha, aku takut dia kenapa-napa.” ucap Dinda diangguki Habibah.

Tak lama kemudian, mereka menemukan sahabatnya yang baru keluar dari ruangan kesehatan itu.

“Anisha!” ucapnya langsung memeluk gadis itu.

“Nis, kamu baik-baik aja, kan? Kandungan kamu gimana?” tanya Dinda membuat Anisha, Fano dan Elisa terdiam.

Kenapa Dinda bertanya seperti itu? Tidak mungkin dia juga percaya kan dengan gosip itu?

Gadis itu tersenyum sambil memegang pundak kanan Dinda. “Apa sih yang kamu ucapkan? Kamu percaya gosip itu? Sudahlah aku baik-baik saja.”

“Tapi Nis–” ucapan Dinda terhenti karena di potong Elisa.

“Nis, sekarang kamu sudah tidak ada matkul, kan?” tanyanya mengalihkan topik.

“Iya.”

“Bagus, aku juga sudah selesai tinggal kelas online saja. Untuk sementara kamu menginap di rumahku saja, ya?” Elisa tampak berharap dengan ajakannya.

Awalnya Anisha ingin menolak tapi melihat kondisinya ini, ia pun memutuskan menurutinya. “Baiklah....”

“Elisa, jaga Anisha.” ucap Fano kemudian pergi meninggalkan mereka berempat.

“Kalau begitu kami pamit dulu, ya. Bye!” kata Elisa melangkah pergi bersama Anisha.

“Kenapa Anisha menepis kenyataan itu? Bukannya benar dia hamil?” tanya Dinda pada Habibah.

“Kata Fathan gitu.” Balasnya.

Bila ditanya sedih, sakit, malu? Oh tentu semuanya bercampur menjadi satu di hati Anisha. Sepanjang jalan gadis itu menangis di hatinya memikirkan konsekuensi kedepannya bila pihak sekolah mengetahuinya.

“Nisha, tenangkan dirimu. Kasihan janin diperutmu.” tegur Elisa lembut.

“Aku sudah berusaha tenang, tapi tidak bisa. Aku takut bila di DO dan aku masuk Universitas itu karena beasiswa. Bagaimana bila beasiswa ku ikut dicabut juga?” balas Anisha khawatir.

Dalam Dekapan Luka Where stories live. Discover now