MIMPI

966 53 0
                                    

Cr

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Cr. Pinterest search

"Sialan, kenapa aku bisa berada di sini lagi?" Dunk bertanya dengan wajah yang sudah bisa menjelaskan seberapa jengahnya dia dengan apa yang sedang dilihatnya.

Sebuah ruangan mirip aula besar dengan jendela-jendea tinggi dan tirai-tirai berkilauan. Lantai yang dia tapaki, seperti sebelum-sebelumnya, adalah hamparan marmer halus dengan warna putih gading. Sebagain besar lantai itu dilapisi karpet bulu yang tebal dan halus. Dinding bebatuan dengan lapisan halus yang diisi hiasan dari permata. Setiap kali Dunk mendongak, dia akan menyaksikan kubah raksasa yang memamerkan sebuah keajaiban. Banyak bintang dengan susunan yang tertata rapi di sana, menyanyikan pemandangan malam yang abadi.

Dunk mencubit lengannya sendiri. Dia mendengar dari Pond, sahabatnya dari jurusan teknik medis itu bahwa mencubit diri sendiri bisa memastikan apakah seseorang seseorang sedang bermimpi atau tidak. Dunk sudah mencobanya sampai lengannya memerah tapi dia tidak terbangun dari mimpinya, malah mengaduh sendiri karena merasa kesakitan.

"Kalau terasa sakit, berarti ini nyata? Tapi aku sedang bermimpi!" Dunk meletakkan kedua tangannya di atas kepala, lantas mengacak rambut kecokelatannya yang sudah mulai memanjang.

Semester ini dia sangat sibuk. Jangankan pergi ke salon untuk bertemu penata rambut dan memotong pendek rambutnya, untuk makan saja kadang dia harus diteriaki terlebih dahulu.

Dunk memutar tubuhnya. Dia sudah hapal garis besar ruangan itu. Ini kali ketiga dia memimpikan dirinya berada di ruangan luas yang aneh dengan ranjang besar di ujungnya. Dia bisa melihat setiap sudut dengan jelas, seolah matanya tidak pernah butuh bantuan kaca mata minus tiga. Belum lagi, angin yang bergerak masuk dari jendela-jendela besar itu juga bisa memberikan sensasi dingin yang sejuk di kulitnya.

Dia yakin dirinya sedang bermimpi meski setiap kali dia mencoba membuktikannya, dia justru menemukan bahwa dirinya seolah tidak sedang bermimpi.

Dunk akhirnya memilih untuk duduk saja di lantai, tepat di tempatnya berdiri dan menemukan dirinya berada di ruangan itu tadi. Dia masih berpikir bahwa dirinya tengah bermimpi, tapi juga mempertanyakan mengapa dia memimpikan ruangan mewah itu tiga kali dalam minggu ini. Dunk mencoba mengira-ngira di mana dia pernah melihat ruangan seperti itu sehingga dia bisa memimpikannya.

Dia sama sekali tidak menonton film yang bergenre fantasi atau berlatar masa kerajaan belakangan ini. Terakhir kali dia pergi ke bioskop adalah dua bulan yang lalu, saat diundang ke acara tayang perdana dari film yang pemeran utamanya adalah rekan seagensinya. Dia juga tidak menonton series apapun. Terakhir dia menontonnya, adalah saat teman-teman sekelasnya mengadakan nonton bareng di kelas. Itu pun, mereka menonton film bertema horor sekolahan.

"Baiklah, biar aku tunggu saja. Mimpi sebelumnya hanya berlangsung sebentar." Dunk menenangkan dirinya sendiri, setidaknya agar kepalanya yang baru saja bekerja keras untuk mengerjakan soal ujian tidak semakin kepanasan.

7 ConcubineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang