Chapter 20

182 23 5
                                    




Wajahnya mulai memutih.

Taehyung terus menekan dada Seokjin dengan kedua tangannya.

"Please.....please......"
Namjoon mengacak rambutnya kasar sambil berjalan mondar mandir tak karuan.



BIIIPPPPPP



Mesin pacu jantung itu mulai mengisi.

Disusul dengan lampu-lampu yang menyala.

Taehyung mengambil alat itu dan meletakkannya di atas dada Seokjin.
Tubuhnya tersentak beberapa kali.

Masker oksigen terus terpasang dengan selang yang tersambung pada tabungnya.


Yoongi, Jungkook dan Hoseok berlarian menghampiri Namjoon yang masih bergerak tak beraturan di depan ruang tempat Taehyung bekerja.

"Penyihir itu sudah mati..."
Ucapan Jungkook terputus saat ia melihat wajah pucat Seokjin yang belum juga sadar.

Namjoon mengepalkan tangannya di bawah bibir.


"Namjoon...."
"Seokjin?"
Yoongi menatapnya panik.




"Hey.....apa yang kau lakukan disini huh?"
Seokjin terkejut ketika suara yang ia kenal itu menyapanya.

"Apakah ini surga?" Ia bertanya dengan polos.

Lee Sora terbahak. "Bukan bodoh...."
"Ini adalah jalan menuju takdirmu"

"Aku masih menyimpan dendam pada penyihir itu"
"Itulah sebabnya aku belum pindah dari tempat ini"
"Hmmm....mungkin tidak dalam waktu lama" Ia tersenyum.

"Penyihir itu sudah mati Sora-ssi..."

Ia mengangguk. "Berarti aku bisa pergi dengan tenang...."

"Kau juga Seokjin...."
"Kembalilah....tugasmu sudah selesai"

"A-aku...." Seokjin menatap kedua tangannya yang mulai transparan.
Sesaat kepalanya terasa ringan.

"Seokjin......"
"Terimakasih......"
"Dan......."





BIP BIP BIP



Namjoon mendongak ketika mesin itu mengeluarkan bunyi stabil.

Taehyung melepas masker oksigen bersamaan dengan Seokjin yang tersedak.


Namjoon bersandar dan merosot pada dinding di belakangnya.
Ia terisak sambil menutupi wajahnya.

Jungkook segera menghampiri dan memeluknya.




"Namjoonie......"
Suara serak yang lemah itu membuat Namjoon yang tengah sibuk dengan ponselnya menoleh.

"Hey....." Ia bergegas menghampiri dan menggenggam tangannya.

"Bagaimana keadaanmu?"


"Perutku sakit" Ia mengerucutkan bibirnya.

"I know....Tae memompa perutmu"
Namjoon meringis sambil mengecup tangannya yang bebas dari selang infus.

"Sudah selesaikah semuanya?"

Namjoon mengangguk.

"Hoseok sudah membakar habis jasadnya dan Yoongi menyegel abunya"



"Aku bertemu Lee Sora..."
Seokjin memiringkan tubuhnya menghadap Namjoon.

"Ia sudah tenang sekarang..."
"Ia mengatakan sesuatu.....tapi aku lupa"

Namjoon tersenyum pahit dan menatap lekat kedua matanya.

"Jangan lakukan hal ini lagi.....kumohon...."

"Aku akan berhati-hati Namjoonie...."
"Maaf aku terus menerus membuatmu khawatir..."

"Jangan tinggalkan aku karena ini...." Ia memiringkan kepalanya. Air matanya mengalir.


"Bodoh....." Namjoon mendengus kesal.

"Aku akan tinggal bersamamu selamanya sampai-sampai kau tidak akan punya kesempatan untuk melakukan hal bodoh lagi"

"Kau akan berbagi segalanya selama sisa hidupmu denganku"

"Barang-barang di apartemenmu hingga masalah supernaturalmu itu"

"Kau akan terus di sampingku....suka atau tidak"


"N-Namjoonie?"


"Kau milikku dan hanya milikku..."
"Aku milikmu dan hanya milikmu..." Ia menyematkan cincin berwarna perak itu di jari manis Seokjin.

"Namjoonie........" Seokjin tertawa dalam tangisnya.


"Whoa...whoa.....sudah sudah cukup adegan pornonya"

Yoongi dan yang lainnya berhamburan masuk ketika Namjoon mulai mendorong tubuh Seokjin dengan ciumannya.

"Ckk...." Namjoon melirik kesal.

Seokjin menyeka air matanya lalu tertawa dan menyambut pelukan Jimin.

Pelukan hangat yang terasa lama sekali tidak ia rasakan.


"Aku senang semuanya sudah berakhir..." Jungkook menghela napas lega.

"Generator itu menyala pada saat yang tepat" Taehyung tersenyum lebar pada Hoseok.

Ia yang mengerahkan pasukan kepolisannya untuk berjaga-jaga seandainya rencana tidak berjalan mulus seperti kemarin.

"Kuharap kita akan lebih berhati-hati untuk kedepannya"

"Aku tidak tahu apa jadinya jika aku kehilangan orang yang sangat kucintai seperti itu"
Yoongi merangkul pinggang Jimin erat.

Seokjin mentap wajahnya di kaca. Ia pun tidak lagi bekerja di kamar jenazah.

Seminggu ini ia nikmati dengan bersantai di apartemennya.

Membuatkan sarapan, melakukan pekerjaan rumah tangga dan menyiapkan makan malam selama menunggu tunangannya pulang.

Ia menyalakan keran air dan mencuci tangannya.

Udara di sekitarnya tiba-tiba berubah menjadi dingin. Bulu kuduknya meremang.

"Dan......."

"Berhati-hatilah saat kau pulang..."

"Mereka yang belum tenang bisa ikut denganmu kembali ke dunia...."


Seokjin tersentak ketika melihat bayangannya di kaca tersenyum.



- End -

I Am YouWhere stories live. Discover now