Chapter 6

126 19 0
                                    




"Namjoonie...."

"Jinnie? Tumben kau bangun siang?"
"Eoh? Kau menangis?"
Suara di ujung telepon itu terdengar khawatir.

"Temani aku ya..."
"Sekarang...."

"Hey...kau kenapa?"
"Sayang?"

"Entahlah...." Ia tertawa dalam isakannya.
"Aku merindukanmu...."




"Hey....ada apa ini?"

Namjoon terkekeh ketika Seokjin yang masih memakai piyama membukakan pintu dan menghambur ke dalam pelukannya.

Namjoon mendorongnya masuk tanpa melepas pelukannya.

"Sayang lihat aku...." Ia melonggarkan pelukannya dan menunduk menatap wajah sendunya.

"Kau bertemu siapa tadi?" Namjoon mengambil tissue dan mengusap hidung Seokjin yang kembali berdarah.

"Hyeri dan Jae Beom datang kesini..."

Namjoon mengernyit sambil masih membersihkan sisa-sisa darah di hidung dan bibir Seokjin.



"Namjoonie...maaf....."

"Aku memaksa Jungkook untuk menemaniku ke rumah Park Jae Beom kemarin"

Namjoon tersentak kemudian terdiam. Tangannya perlahan menjauh dari wajahnya.

"Kau tahu itu berbahaya?"
"Tidak mengertikah kau jika aku khawatir?" Ia berucap dingin.

"Maaf Namjoonie...." Ia menunduk.

Namjoon membalikkan badannya. Membereskan bekas-bekas tissue di atas meja dan membuangnya.

Ia berdiri menyandar pada dinding di seberang Seokjin, melipat kedua tangan di dada dan menatapnya kesal.

"Kau tidak menyentuh apapun kan?"

Seokjin menggeleng.

"Mereka menyakitimu?"

Lagi-lagi Seokjin menggeleng.

Air matanya perlahan mengalir lalu dengan cepat dihapus dengan kedua tangannya bergantian.

"Hyeri baru menceritakan semuanya tadi..."

"Waktu aku ke rumahnya....aku hanya merasa sedih dan sesak. Aku langsung keluar dari rumah itu sebelum keadaannya bertambah parah"

"Mereka sudah tenang Namjoonie..."
"Jae Beom tidak sengaja membunuhnya dan ia menyesal"

Air matanya tak berhenti mengalir, begitu pula dengan punggung tangannya yang terus menghapus butiran-butiran besar yang tak mau berhenti berjatuhan.

Namjoon menghela napas. Hatinya sakit melihat Seokjin yang rapuh seperti ini.

Ia menghampiri dan menarik kasar tubuh ramping itu ke pelukannya. Memeluknya erat dan membiarkan Seokjin terisak dalam dekapannya. Menciumi kepala, kening dan pipinya.

"Jangan menangis lagi ya...." Namjoon mengusap sisa air mata di pipinya.

"Maaf.....kedatangan mereka berdua sekaligus menguras energiku Namjoonie..."

"Tiba-tiba aku jadi emosional"
Seokjin menghela napas panjang melalui bibirnya setelah ia tenang.

"Kutemani tidur ya..."

"Kau harus bekerja nanti malam kan?"
Namjoon mengusap pipi yang memerah itu dengan ibu jarinya dan menuntunnya kembali ke tempat tidur.



"Namjoonie....."

"Tadi Hyeri bilang dia senang melihat kita bersama..."

"Mengingatkannya pada masa-masa indah mereka katanya..."

Seokjin menautkan jemarinya pada jemari pria di sampingnya.
Menenggelamkan wajahnya yang mulai mengantuk di pelukannya dan tertidur.



'Jungkook'
'Seokjin menceritakan apa yang kalian lakukan kemarin'

'Namjoon maaf...'
'Karena aku juga penasaran dengan kasus itu makanya aku menuruti kemauan Seokjin'
'Tapi kami berhati-hati tidak merusak tempat kejadian'

'Bukan hanya itu Jungkook'
'Seokjin bukan seperti kita'
'Dia......special'

'I know.....ia juga menceritakannya'
'Kasihan Seokjin.....berkat yang ia gunakan untuk menolong itu juga seperti menjadi kutukan untuknya'


Pesan itu tidak lagi dibalas.

Namjoon mengantongi ponselnya dan menatap lekat pria yang masih tertidur pulas di sampingnya.

"Jika aku bisa menampung sebagian saja bebanmu Seokjinnie...."
"Akan kulakukan dengan sepenuh hati...."

"Kau pasti lelah...."
Ia menggeser rambut yang menutupi keningnya lembut.

Suara lenguhan kecil dan pout yang muncul di bibirnya membuat Namjoon tersenyum gemas dan mengecup pelan hidungnya.

I Am YouМесто, где живут истории. Откройте их для себя