Chapter 3

161 22 0
                                    




"Kenapa belum pulang?"
"Kau lembur?"
Seokjin kembali duduk di hadapan Namjoon setelah mengeringkan air di wajahnya.

Namjoon menggeleng dan meraih kedua tangannya

"Aku ke rumah Park Jae Beom lagi tadi sore"

"Pembunuh istrinya itu?"

Namjoon mengangguk.

"Disana aku melihat foto-foto mereka..."

"Dia menggendong istrinya di punggungnya, ada juga foto mereka di taman ria sedang menikmati es krim sambil bercanda dan foto mereka sedang berciuman yang diambil sendiri...."

"Dan tiba-tiba aku merindukanmu..."

Seokjin memiringkan kepala dan mengernyitkan dahi.
"Ternyata bukan aku saja yang aneh disini"

"Jinnie-ahhhhh......aku seriusss"

Seokjin terbahak lalu mendekatkan wajahnya. Dikecup lembutlah bibir Namjoon yang mengerucut.

"Aku juga merindukanmu Namjoonie...."
"Kita sudah jarang sekali bertemu ya..."

"Tidak seperti waktu aku masih jadi partnermu..."

"Apakah aku harus kembali...."

"Tidak!"
"Aku tidak mau..."

Namjoon menarik seragam putih yang menutupi lengan Seokjin dan memperlihatkan banyak bekas luka sayatan.

"Aku hampir kehilanganmu sayang...." Ia menunduk.

"Maaf.....aku terlalu naif..."



"Namjoonie...."
"Wanita itu datang kemarin....."

Namjoon mendongak kaget.

"Kau tidak apa-apa?" Ia menggenggam kedua bahu Seokjin panik.

Seokjin menggeleng.

"Ia hanya berdiri di samping jasad suaminya"
"Lalu pergi dan tidak mengatakan apa-apa..."

Namjoon menghela napas lega.

"Mungkin kita harus mengambil cuti kapan-kapan" Ia terkekeh.

"Mungkin...." Seokjin ikut tersenyum.

Ada sesuatu di pikirannya. Wajah wanita itu sedih sekali.

Tidak sesuai dengan apa yang Namjoon ceritakan dari foto-fotonya.

"Jungkook..."
"Maaf kau harus berbohong pada Namjoon"
Seokjin menoleh pada partner baru Namjoon yang sedang menyetir.

Rasa penasaran membuatnya diam-diam mencari Jungkook dan memintanya mengantarkan ke rumah Park Jae Beom pagi-pagi sekali.

"Kau mau apa disana Seokjin?"
"Jangan sampai mengacaukan tempat kejadian"

"Janji...aku tidak akan menyentuh apapun"
"Aku hanya penasaran...wanita itu datang dua hari yang lalu"

"Da-datang?!"
"M-maksudmu?" Jungkook membelalak sambil terus berfokus pada jalan di depannya.

"Namjoon tidak cerita padamu?" Seokjin ikut membulatkan matanya.



"Astaga.....kau bisa melihat dan berbicara dengan mereka Seokjin?" Jungkook mengusap wajahnya kasar.

"Hanya jika aku menginginkannya...." Ia menunduk.

"Apakah tidak menakutkan?"

Seokjin tertawa.

"Beberapa diantara mereka menakutkan..."
"Tapi begitu mereka sudah merasa tenang...mereka kembali menjadi wujud aslinya"

"Dan itu yang membuatku menyukai pekerjaanku"

Jungkook bergidik sambil menatapnya bingung.


Pita polisi disingkap. Mereka pun masuk ke dalam rumah itu.

Seokjin menatap pigura foto yang Namjoon ceritakan.

Ia mendekatkan jemarinya tapi tidak sampai menyentuh kaca yang melapisi foto pasangan suami istri yang romantis itu.

Jungkook hanya memperhatikan di belakangnya.



"Jungkook...."

"Aku ingin keluar..." Seokjin memegangi dadanya.

Tiba-tiba napasnya sesak. Ia berjalan terhuyung menuju pintu kemudian berlutut di tengah ruangan dan menangis pilu.

"Seokjin!"
"Hey....kau kenapa?"

"Wanita itu....sedih...."
"Sedih sekali...." Ia terisak keras.

Jungkook segera menarik dan membawanya keluar rumah. Seokjin mengais udara sebanyak mungkin dan mengusap air matanya.

"Maaf....." Ia lalu berjalan cepat menuju mobil.

Jungkook yang masih ternganga di depan pintu itu hanya mengikuti langkah besarnya dengan kedua mata yang membulat.

I Am YouWhere stories live. Discover now