Chapter 8

111 19 0
                                    




"Bagaimana kau masih bisa makan setelah melakukan otopsi..."

Namjoon menusuk-nusuk lembaran salad yang masih belum berkurang dari mangkuknya dan meringis menatap Seokjin yang dengan lahap memasukkan potongan besar steak itu ke dalam mulutnya.

"Mmmm.....setidaknya mereka sudah benar-benar mati Namjoonie..."
"Tidak bergerak lagi..."

"Kadang mereka yang sudah tak bernyawa memiliki wujud yang lebih mengerikan..."

"Lebih mengerikan dari organ tubuh yang terpisah dari tempatnya?" Namjoon mendengus.

"Seorang pria pernah berjalan menghampiriku, meminta tolong dengan ususnya yang terburai"

Seokjin menyuap potongan daging terakhirnya.


"Aaahhh....."
Namjoon yang sudah kehilangan selera makannya mengerang sambil menggeleng.

Ia meletakkan garpunya dan meneguk wine di gelasnya sampai habis.

Seokjin hanya tertawa melihatnya.

"Kau tidak akan menghabiskan saladmu?"

Namjoon menggeleng bersamaan dengan Seokjin yang menarik mangkuk berisi sayuran itu lalu memakannya.


Namjoon melingkarkan tangannya di pinggang Seokjin yang duduk menyandar di dadanya dalam bathtub berisi air hangat.
Mengecup lembut leher jenjang dan mengusap lengannya.

Tangannya beralih pada pergelangan tangan yang terbungkus perban.

Cairan merah tipis mengalir saat Namjoon mengangkatnya.

"Sakit?"

"Pertanyaan bodoh ya...."
Namjoon membenamkan wajahnya di perpotongan leher Seokjin sambil masih menopang tangannya agar tidak terkena air.

"Aku tidak apa-apa Namjoonie...."



"......"




"Namjoonie?"

Ia berbalik.

Wanita berambut hitam panjang itu tersenyum lebar kemudian menarik pergelangan tangan Seokjin yang terluka hingga kulitnya terbelah.




"Seokjin!"

"Sayang bangun!"

Namjoon duduk di atas tubuh Seokjin yang masih tertidur dan menggelengkan kepalanya cepat sambil menjerit-jerit.

Ia menahan kedua lengannya di samping kepalanya. Perban putihnya berubah menjadi merah.

Seokjin bangun dengan keringat yang membasahi dahinya kemudian mengerang kesakitan memegangi pergelangan tangannya.

"Astaga sayang......lukamu berdarah lagi"

Dengan hati-hati Namjoon membuka perban yang penuh darah itu.
Ia meringis ngilu ketika melihat kelima jahitan yang menyatukan kulitnya terbuka.

"Dammit!"
Ia menadahi darah yang mengalir dengan selimut di bawah kakinya kemudian mengambil handuk kecil dan membalut pergelangan tangannya.

Seokjin hanya berbaring lemah dan menatapnya.


Namjoon segera mengambil ponselnya.

"Taehyung!"
"Please datang sekarang ke tempat Seokjin"
"Ia butuh jahitan"

Kim Taehyung, dokter rumah sakit kepolisian yang sedang bebas tugas itu tinggal tidak jauh dari unit apartemen Seokjin.

Tidak sampai lima menit ia datang dengan wajah paniknya.



"Apa yang terjadi?" Taehyung menghampiri Seokjin dan menatap pergelangan tangannya.

Ia membuka balutan handuk itu perlahan.

"Namjoon?" Ia melirik pria di belakangnya curiga.

"Ini....bukan seperti yang kau pikirkan Tae..."
"Akan kujelaskan nanti ya...."

"Sekarang kumohon hentikan pendarahannya"




"Damn....."
Taehyung termenung di samping Namjoon yang sedang memasukkan selimut dan handuk itu ke dalam mesin cuci.

"Aku belum menerima kabar apa-apa dari Yoongi ataupun Jimin"
"Kalian semua baik-baik saja?"

"It all happened so fast Tae..."

"Ada yang tidak beres dengan jasad wanita itu..."

I Am YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang