chapter 1: Park boy

34 4 2
                                    


Berisik.

Berisik dan sangat menjengkelkan.

Sejujurnya, dia seharusnya sudah mengira bakal begini. Bagaimanapun juga sekarang gadis bernama milena tersebut berada di taman. dia benar benar mengira kalau tidak akan ada anak anak yang bermain di jam ini.

sial, aku belum mau pulang kerumah. perjalanan kesana membutuhkan 20 menit berjalan kaki dan aku merasa malas untuk melakukan.

aku meringis ketika salah satu anak mulai berteriak, mengejek salah satu gadis yang terlihat hampir menangis.

Dengan cepat, aku melangkahkan kakiku pergi dari situ dan mengeraskan volume headphoneku. mungkin itu akan berdampak buruk bagi telingaku, tapi setidaknya aku tidak dapat mendengar teriakan mereka.

Bukannya aku membenci anak-anak, hanya saja aku merasa sangat tidak nyaman di sekitar mereka. Mereka selalu berisik dan blak-blakan, tidak peduli jika mereka menyakiti perasaan orang lain atau tidak. kebanyakan dari mereka tidak memiliki sopan santun sama sekali. untuk anak anak yang lebih sopan masih bisa ditoleransi tapi aku sangat tidak suka anak-anak yang benar-benar nakal...

Dengan anak seumurannya saja tidak tahan, gimana bisa aku tahan dengan seseorang yang lebih muda?

Aku menghembuskan nafas dan Berjalan tanpa tujuan, mencoba memikirkan apa yang harus dilakukan sekarang. sambil memutar mutar lengan tas tote bag-ku yang hanya berisi 3 buku, aku memikirkan kemana sekarang aku harus pergi. padahal aku tadinya mau ke di taman, untuk mencari udara segar sebelum—yah keributan itu.

aku bergeser ke arah trotoar saat ada motor yang tiba tiba berjalan kencang di sampingku. mendengus kesal, aku dapat melihat bahwa motor itu masuk ke sebuah cafe baru di sekitar sini. apa mungkin aku baca di kafe saja kali ya? Tapi gak mungkin aku duduk disana tanpa membeli apapun, aku tidak membawa uang banyak saat keluar tadi.kafe itu juga terlihat ramai jadi mungkin gak bakal terlalu nyaman...

Oh iya.

kalau gak salah ada taman kecil lain di dekatnya, gak jauh dari tempatnya. disana juga biasanya gk terlalu rame karena ada taman lain yang lebih besar dan bagus, jadi mungkin taman itu bakal jadi tempat yang tepat.

yep, aku bisa melakukan itu.

aku mulai menyenandungkan lagu yang menyala di headphoneku sambil berjalan sedikit melompat-lompat. Mood-ku mulai membaik kembali.

Setelah beberapa lama, aku akhirnya sampai di taman kecil itu. aku tersenyum kecil saat melihat taman itu sepi tanpa pengunjung. hanya ada beberapa jajanan di pinggiran taman tersebut, tapi didalamnya tidak ada seorangpun.

Aku berjalan melewati pagar taman tersebut dan melihat sekeliling mencoba menemukan tempat yang sempurna.. mataku tertarik pada dinding besar di bagian samping taman. tembok itu sepertinya bagian dari jembatan jalan tol ke atas. Ada beberapa pohon di sekitarnya yang membuat udara menjadi sejuk dan tidak terlalu panas. mengingat-ngingat bahwa aku sekarang berada di kota terpadat dengan banyak gedung tinggi, di jakarta selatan.

Masalahnya, seseorang sudah ada di sana.

Seorang anak laki-laki, mungkin seusiaku atau lebih tua, duduk di rerumputan, bersandar di dinding tersebut sambil membaca buku.

Dia terlihat seperti orang asing, mungkin ras campuran. Rambut coklatnya yang panjang terselip rapi, dan kulit sawo matangnya. Berbeda dengan orang-orang di sekitarnya, Dia mengenakan beberapa pakaian sederhana yang terlihat cukup mahal dan juga sepatu brand terkenal yang ku yakin harganya sangat mahal. Dia sepertinya berasal dari bagian kota yang lebih kaya. Mungkin, seperti senayan.

we make it through togetherWhere stories live. Discover now