07. Surat dan Perubahannya

3 0 0
                                    

Rana, Kutagara telah menyambutku

Hoppla! Dieses Bild entspricht nicht unseren inhaltlichen Richtlinien. Um mit dem Veröffentlichen fortfahren zu können, entferne es bitte oder lade ein anderes Bild hoch.

Rana, Kutagara telah menyambutku.

Perjalanan jauh dan melelahkan, membuatku merindukan waktu kita berkuda berdua.

Bapak dan ibu memelukku saat ku datang. Sangat aneh buka? Tetapi aku senang.

Aku membaca buku yang menarik. Bacalah juga, aku menunggu ulasanmu.

-Dasa-

Sepucuk surat dan sebuah buku dikirimkan dari Kertanegara. Rana yang telah menantikannya menjadi sangat bahagia. Senyumnya terukir manis. Buku yang dikirimkan Dasa dibacanya dengan semangat.

Dasa, selamat datang kembali di rumahmu.

Aku harap kau baik-baik saja.

Seleramu luar biasa. Buku itu sangat menarik.

Aku terkejut bahwa Kertanegara mengijinkannya dicetak.

Bukankah kasta hal yang sensitif?

Apakah Sang Hyang Prabu tidak melarangnya?

Rana dan Dasa secara berkala saling memberi kabar. Mereka mengungkapkan rindu dan berbagi pendapat. Di tengah kesibukkan keduanya, mereka menyempatkan diri untuk menulis. Dasa dan Rana menceritakan kejadian-kejadian yang menarik yang mereka alami. Dasa di sana yang sedang sangat sibuk dengan segala urusannya. Sedangkan Rana yang kembali ke rutinitasnya. Keduanya dihadapkan dengan perubahan.

***

"Bagaimanapun juga, dia adalah seorang putri, Mas."

"Aku tau, tetapi mengembalikan semua gelarnya tidak mudah. Para Pamangku tidak akan menyetujuinya. Kau tau itu."

"Tapi, dia keponakanmu. Kau ingat bagaimana penderitaan Gayatri, Wijaya? Adikmu itu telah diperlakukan tidak adil dan sekarang anaknya? Kau telah berjanji melindunginya."

"Keberadaan anaknya akan ditentang. Kau tau bagaimana orang-orang sensitif dengan hal itu. Bagaimanapun juga Gayatri dan Dhatama telah melakukan kesalahan. Mengembalikan hak anak itu tidak akan disetujui.'

"Setidaknya, biarkan dia tinggal di sini. Kita telah berjanji untuk menjaganya, Mas. Kau tidak melupakan janji itu kan?"

"Aku mengingatnya. Tapi aku memikirkan kestabilan negara ini, Sulastri."

"Ku harap kau tak menjadi arogan, Tanuwijaya. Apabila kau memang tak dapat melakukannya. Aku yang akan bicara kepada Para Pamangku. Ratu ini mempunyai hak untuk melindungi anak itu. Aku akan membawanya ke Keraton Widyawati atas namaku."

"Aku akan berbicara kepada Para Pamangku."

***

Rana duduk berdiam di dalam kamarnya. Tinta dan bulu pena menemaninya menulis. Dia baru saja menanggapi cerita Dasa tentang sistem pasukan di Kertanegara. Menurut Rana, fasilitas yang diberikan memang luar biasa. Tapi bagaimana bisa, para prajurit tidak dibebaskan mengakses perpustakaan. Sangat tidak adil.

RaganaWo Geschichten leben. Entdecke jetzt