lima.

693 80 2
                                    

Cemas. Satu kata untuk menjelaskan isi perasaan Renjun saat ini. Berlari menyelusuri koridor rumah sakit, mengabaikan panggilan staff disana yang meneriaki agar dirinya tidak berlari. Juga helm yang setia di kepala, karena lupa untuk dilepas.

Renjun buru-buru datang kesini saat dirinya dikabarkan bahwa Jaemin masuk rumah sakit akibat kecelakaan. Dan tepat saat itu Jaemin balik arah pulang dari rumah Renjun. Dan kenapa mesti Renjun yang ditelepon oleh operator rumah sakit? Karena nomor dirinya adalah riwayat terakhir yang Jaemin hubungi. Dengan itu Renjun merasa bersalah, dan hatinya kini berdetak lebih kencang.

Renjun terdiam didepan pintu berwarna putih yang tepat dihadapan nya. Menarik napasnya dalam-dalam mencoba menetralkan denyut jantung nya. Perlahan tangan itu terangkat dan meraih gagang pintu sebelum menarik tuasnya dan masuk ke dalam.

"Jaemin."

Wajah Renjun kali ini tampak terkejut, dan matanya yang berair tertahan. Terkejut apa yang sekarang ia dapati, didepannya sekarang. Jika kalian kira yang Renjun lihat saat ini adalah Jaemin yang terbaring lemah dengan seluruh perban yang melilit tubuh itu, jawaban kalian benar.

Benar-benar salah, malahan Renjun mendapati justru Jaemin yang sedang memakan buah-buahan diatas bangsal rumah sakit. Jaemin yang mendengar suara pintu terbuka menoleh ke arah Renjun, dengan pipi masih sibuk mengunyah Apel.

Pikiran Renjun kembali dibuat bingung, apa benar jika lelaki dihadapannya kini terlibat dalam kecelakan? Lihat saja sekarang! Pria itu tampak sehat bugar dan tengah sibuk mengunyah-ngunyah lalu tersenyum kepada Renjun, senyum Jaemin begitu menyebalkan saat itu!

Jika saja bukan karena rasa bersalah dan rasa kemanusiaan yang Renjun miliki, mungkin saja kedua sepatu yang Renjun pakai sekarang sudah menimpuk kepala dan otak lembek milik Jaemin.

"Saya kira kamu sudah tidak peduli lagi sama saya Renjun."

"Jaemin- gue.. gue minta maaf."

"Saya gak apa-apa Renjun, cuman cedera ringan di bagian lengan saja. Loh-loh kok kamu malah nangis begini-"

Renjun tiba-tiba saja menangis sebelum Jaemin menuntaskan kalimat nya. Jaemin terkejut dengan itu. Kenapa malah Renjun menangis dihadapan nya sekarang? Bahkan isakan-isakan yang keluar dari ranum itu kini terdengar makin kencang.

"Jaemin, gue takut. Gue minta maaf."

Runtuh. Pertahanan Renjun runtuh, air mata yang ia tahan di pelupuk matanya sekarang tidak dapat ditampung lagi, dan mengalir begitu saja. Itu membuat Jaemin iba.

"Hei udah, ini bukan salah kamu kok. Ini salah saya karena teledor sampai-sampai keserempet pengendara lain." Tangan Jaemin kini terulur diangkat untuk meraih tangan Renjun, lalu ia usap lembut. Berharap Renjun akan sedikit tenang.

"Jangan nangis, saya merasa saya yang jahatin kamu Renjun, sudah ya?"

Tak aneh jika Renjun jatuh hati kepada kedua netra hitam pekat itu. Ucapan Jaemin begitu lembut dan tenang didengar di telinga, juga sekarang pandangan lembut itu seolah menguliknya berharap jika Renjun menatapnya Renjun akan berhenti menangis.

"Gue cuman takut, lo kenapa-kenapa Na."

Kedua alis Renjun mengerut mendapati jawaban dari Jaemin. Yang tertawa terbahak-bahak. Hei Renjun menangis karena nya!

"Kok lo malah ketawa sih?!"

"Hahahaha abis wajah kamu lucu banget tadi Renjun. Saya gak kuat, hidung kamu merah banget! terus ingus kamu sampai beleberan kemana-mana. Hahahaha!!"

DUGH!?

"Aw! Kenapa malah sayanya dipukul?!"

"Ya abis Lo rese banget anjing." Tak aneh jika si marga Huang mengumpati Jaemin dengan sumpah serapah dan juga bahasa binatang keluar dari ranum Renjun, rasanya Jaemin ingin memangut ranum merah muda dan juga mungil milik Renjun.

YOU CAN BE HAPPY [ JAEMREN ] ✓Hikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin