28

117 10 0
                                    

Happy Reading!

Viola tersenyum kecil ketika melihat pantulan dirinya di cermin. Polesan make up berhasil menutupi wajahnya yang berantakan, terutama pada area mata. Terakhir, ia menyemprotkan parfum pada beberapa bagian tubuh sebagai penyempurna penampilannya.

Seperti yang diucapkan Delon kemarin, sore ini Viola diajak oleh kakak keduanya untuk bertemu dengan rekan kerja. Pertemuan ini tidak begitu formal, oleh sebab itu pertemuannya di luar jam kerja dan di luar kantor. Selain itu, rekan kerja Delon juga merupakan temannya sendiri, makanya ia mengajak Viola agar sang adik bisa menikmati suasana luar tanpa menimbulkan kericuhan.

Selesai dengan penampilan, Viola memutuskan untuk turun ke bawah. Ia akan menunggu Delon di ruang tamu sekaligus berpamitan pada Mama Dita. Berkat dukungan dari Delon, perasaan Viola bisa jauh lebih tenang, laki-laki itu memang selalu berhasil membuatnya bangkit dari keterpurukan, ah Viola tidak bisa membayangkan jika Delon memiliki pasangan nantinya. Bukannya tidak senang, tapi Viola takut jika seandainya pasangan Delon tidak bisa mengerti keadaannya, apalagi Delon selalu memprioritaskan Viola dalam keadaan apapun.

Samar-samar ia mendengar suara obrolan yang berasal dari dapur. Tanpa berpikir panjang ia berjalan ke sana, untuk mencari keberadaan sang Mama. Benar saja, Mama Dita sedang asik mengobrol dengan Mbak Tari sembari mengaduk sesuatu di dalam panci.

"Ma."

Kedua orang yang sedang asik mengobrol kompak menoleh ke arah Viola. Mengetahui jika sang putri yang datang, Mama Dita langsung meninggalkan kegiatannya, ia menghampiri Viola dan mengajak anak gadisnya untuk keluar dari area dapur.

"Kamu kok udah rapi banget, mau ke mana, Sayang?"

"Viola diajak Kak Delon buat pergi ketemu partner kerjanya, Ma," balas Viola.

"Kak Delon sendiri yang ngajak kamu?" tanya Mama Dita.

Viola mengangguk setuju. "Iya. Katanya sih biar dia ada temennya. Tapi Viola nggak bakalan ganggu kok, Vio bakal duduk sendiri."

"Terserah kamu aja. Yang penting kamu pergi ada temennya. Untuk sementara ini, Mama mohon sama kamu, jangan pergi dengan siapapun dulu, kecuali sama Mama atau Kak Delon."

Mimik wajah Viola seketika berubah. "Terus Viola sama Arsen gimana, Ma?"

"Kasih pengertian dulu ke Arsen, dia pasti paham kok. Situasinya belum memungkinkan, Mama takut kalau kejadian kemarin terulang kembali," balas Mama Dita sembari mengusap rambut Viola dengan sayang.

"Iya, deh. Tapi Mama juga harus bantu buat bujuk Bang Ervan, mau sebesar apapun kesalahan Arsen di masa lalu, dia tetap teman terbaik buat Viola," balasnya tidak bersemangat.

"Mama selalu mengupayakan yang terbaik untuk anak-anak Mama."

Membayangkan jauh dari Arsen rasanya sangat sulit, apalagi sejak ia kembali ke Jakarta, Arsen orang pertama yang ia temui. Pasti beberapa hari ke depan hidupnya akan sunyi tanpa kehadiran Arsen. Sebenarnya bertemu dengan Arsen secara diam-diam bisa dilakukan, tapi resikonya sangat besar jika ketahuan. Bukannya luluh, Bang Ervan pasti akan semakin marah dengan hal itu.

Setelahnya Viola memilih untuk beranjak dari ruang makan menuju ruang tengah. Ia menjatuhkan tubuhnya pada sofa sembari mengeluarkan ponsel dari dalam shoulder bag yang ia kenakan saat ini. Baru saja membuka layar ia langsung disuguhkan dengan pesan dari Arsen. Tidak pernah ketinggalan, cowok itu selalu menyelipkan foto dirinya atau kegiatan yang sedang dia lakukan. Arsen selalu melakukan hal itu dengan inisiatifnya sendiri. Ah, Viola sangat beruntung memiliki Arsen yang punya rasa kepekaan tinggi. Tak lupa ia juga memberi tahu kegiatan yang ia lakukan hari ini, termasuk akan pergi bersama Delon.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jul 14, 2023 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

YOU ARE MINEWhere stories live. Discover now