Tidur Yang Panjang

213 20 4
                                    

Saat ini mereka tengah berkumpul di ruang tengah dan masih dalam keadaan yang sama, duka nan hampa.

Hening. Mungkin hanya itulah yang ada di tengah-tengah mereka sekarang. Sedari mereka tiba di rumah, tidak satupun dari mereka yang berkeinginan untuk membuka percakapan. Ya.. sepertinya mereka masih sibuk dengan perasaan masing-masing.

Melupakan segala yang telah mereka lewati semalam tentu bukanlah hal yang mudah. Rasa trauma, tertekan, kehilangan tentu masih menjadi bayang-bayang mereka.

"Hey, Blaze, apa kau mau mencoba game Papa Zola yang terbaru? Aku baru saja membelinya minggu lalu." ucap Taufan memecah keheningan. Namun Blaze hanya terdiam seolah tak mendengarkannya.

Disisi lain, Ice, mungkin ini adalah kali pertama ia terlepas dari bantal paus nya, namun tragedi semalam takkan pernah lepas dari memorinya,

"Payah.. " gumamnya kala mengingat tindakan Rev yang mengorbankan dirinya.

"Kenapa kau tidak minta bantuan pada kami saja!" batinnya.

"Hey! Untuk apa kalian seperti ini? Kalian percaya kalau Rev melihat kita? Jika kalian percaya tolong jangan bersedih! Kalian mau pengorbanan Rev jadi sia-sia karena sikap kita yang begini?" ucap Taufan lantang, terdapat jeda sebelum dia melanjutkan kalimatnya,

"Dia, begitu agar kita bahagia dan damai. Kita harus menghargai pengorbanannya."

"Bodoh! Jika saja waktu itu dia tidak menghentikan caraku, mungkin sekarang dia masih disini!" Solar tidak mengalihkan pandangannya.

"Memangnya apa yang kau rencanakan sebelum Rev?"

"Jangan dengarkan dia! Dia pun sama mengorbankan dirinya jika Rev tidak mencegahnya." Thorn menatap Taufan sekilas lalu beralih menatap Solar.

"Dan.. mungkin jika hal itu terjadi, saat ini akan jauh lebih hancur." sambungnya.

"Bukan seperti itu. Aku hanya mengorbankan energiku, bukan jiwaku seperti dia! Jika saja aku melakukan itu pun aku tidak akan pergi, hanya perlu waktu untuk memulihkan tenaga. Aku memang bodoh membiarkan dia melawan bangsa reverse sendirian." Solar mencoba untuk tetap membendung air matanya yang meronta-ronta ingin keluar.

"Harusnya aku-"

Tok tok tok

Suara ketukan pintu menghentikan kalimat Solar. Gempa beranjak dari tempat duduknya untuk membukakan pintu.

"Gempa," terlihatlah Fang yang dipapah oleh Kaizo, sepertinya dia masih kelelahan akibat pertarungan tadi malam.

"Maafkan aku." dengan gerakan lemah, ia berlutut di hadapan Gempa. Kaizo mencoba menahannya tapi ia mengerti, Fang merasa bersalah atas kepergian dia.

"Fang? Untuk apa minta maaf?" Gempa lantas menyamakan posisinya dengan Fang dan menarik lengannya agar berdiri.

"Andai aku tidak kalah dari para reverse sialan itu.."

"Tak perlu minta maaf Fang, ini bukan salahmu. Ah iya silahkan masuk." sudah sepatutnya sebagai tuan rumah ia mempersilakan tamunya untuk masuk.

Thorn yang duduk di sofa sebelah Solar beranjak, dan mempersilahkan Fang untuk duduk disana, sementara Kaizo menolak untuk duduk dan memilih berdiri didekat Fang.

"Em, kalian mau minum apa?" tanya Gempa, kaku.

"Tidak, kami datang hanya untuk menyerahkan ini." Fang memberikan selembar kertas yang terlipat agak berantakan kepada Solar.

Untuk beberapa saat Solar hanya memandangi kertas itu dengan tatapan kosong, hingga Taufan membuyarkan lamunannya dan menyuruhnya untuk segera membuka kertas itu.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Oct 13, 2023 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Seutas Benang Emas (Boboiboy Reverse fanfiction)Where stories live. Discover now