Keinginan

155 16 0
                                    

"Tembakan optikal!" Sang netra kelabu menyerang saat Reverse agak lengah, ia datang bersama para saudaranya yang tersisa dan tanpa banyak adu cekcok mereka kembali berlawan.

"Kalian ingin main keroyokan? Dasar pecundang." Reverse melompat ke belakang untuk menghindari serangan.

Halilintar dan Petir maju dari barisan. Sebagai sesama assassin, ketiganya tak ada yang gentar ataupun mau kalah beradu pedang. Petir menyerang dari sisi kiri sementara Halilintar dari depan. Posisi itu terus berganti mengingat mereka menyerang tanpa pola dan kian terlihat brutal dengan diiringi adu kecepatan yang mengeluarkan kilatan kilatan petir merah dan kuning.

Taufan, Angin, dan Tanah menciptakan tornado berpasir di sekeliling Reverse dan tak lupa membuatkan kubah angin untuk melindungi Halilintar dan Petir. Tak lama, Gempa datang dengan golemnya dan melakukan serangan namun dapat ditangkis oleh Reverse dengan mudah.

Para elemental menyerang secara bergilir, terkadang juga serempak. Tapi hasilnya nihil, Reverse tak kunjung tumbang. Pantas saja Reverse memilih Supra, tubuh dan tenaganya memang lebih kuat dari elemental lain.

"Ck, untuk apa kau kembali?! Jangan kira kami akan tunduk pada mu lagi." Ice memposisikan tubuhnya tegap dan kedua tangan yang memegang busur serta panah, bersiap untuk membidik, walau lengan kirinya terlihat terkena beberapa goresan.

"Haha.. aku tau kalian pasti akan melawan, jadi.." Ia bergerak ke belakang salah satu dari mereka dengan kecepatan cahaya.

"Aaaaa!! Lepaskan!!" Thorn berhasil disergap dari belakang, kedua tangan nya ditahan di belakang punggung.

"Hei—"

"Masih ingin keras kepala?" belum sempat Blaze membentak, Reverse terlebih dulu mendekatkan ujung pedang sabitnya ke leher Thorn. Tentu saja itu mengintimidasi para elemental untuk menyerang.

"SUDAH CUKUP! HENTIKAN ULAHMU!!"

"Kenapa aku harus mendengarkan kalian?"

"Apa maksudmu melakukan ini?! Apa yang kau dapatkan dari semua ini? Kenapa kau sangat menginginkan kekuatan kami?!"

Reverse terdiam sejenak, ia tertegun mendengar pertanyaan kedua yang dilontarkan Gempa. Karena kurang fokus, Thorn berhasil mengambil kesempatan untuk membebaskan diri.

"Damn." umpatnya dalam hati.

"Tidak bisakah kau katakan apa tujuan mu sebenarnya? Kedatangan mu selalu saja membuat kami bingung. Dahulu pun kau hanya mengatakan ingin mengambil alih tubuh BoBoiBoy untuk kehancuran bumi dan alam semesta, nyatanya kau hanya menciptakan kekacauan di Pulau Rintis, tidak lebih."

"Kau tidak perlu tau!" Reverse melibaskan pedangnya berkali-kali pada Solar dengan kasar. Ingin ia luapkan semua kekesalannya pada mereka. Ia sudah cukup tertekan di tempat asalnya, dipaksa melakukan hal yang sama tanpa henti, meskipun itu memang hobinya. Ia seolah hidup hanya untuk terjebak dalam siklus menyebalkan ini.

Dari belakang, Halilintar sudah bersiap dengan pedangnya, ia meluncur dan mengarahkan ujung pedangnya untuk menghunus punggung Reverse atau lebih tepatnya punggung Supra.

Ssseet!!

Sebelum pedang itu menyentuh tubuhnya, Reverse bisa melihat Solar yang terbaring di tanah menodongkan tiga jarinya yang sedikit mengeluarkan asap tipis, seperti habis digunakan untuk menembak.

"Apa yang kau lakukan?" Halilintar geram melihat tindakan Solar yang seakan melindungi musuh mereka.

"Jangan gegabah, Hali." Solar berdiri dan berjalan beberapa langkah mendekati Reverse. Mereka yang ada di sana menjadi cemas, tapi Solar memberi isyarat semuanya akan baik-baik saja.

"Jadi? Apa tujuan mu?"

Solar mengulangi pertanyaan nya beberapa menit yang lalu, kali ini ia berusaha untuk menahan diri, tidak egois. Mungkin saja 'kan, kali ini bisa diselesaikan dengan cara baik-baik? Ayolah, dirinya mulai bosan dengan kekacauan, arena pertempuran, dan.. pertumpahan darah.

"Ketenangan."

.
.
.

"Kedamaian."

.
.
.

"Kehangatan."

"Ha?" mereka dibuat bingung dengan tiga kata yang diucapkan Reverse dengan beberapa detik jeda sebagai jawaban. Bahkan Solar yang biasanya selalu cepat tanggap dan jenius sekalipun tidak dapat memahami pola pikir makhluk dihadapannya yang satu ini.

"Maksudmu.. seperti.. kasih sayang?"

Reverse tidak menjawab, manik merah darah nya menatap lurus ke arah Solar. Dengan sengaja ia menjatuhkan kedua pedangnya. Kepalanya sedikit tertunduk. Baru kali ini ia merasakan hal yang berbeda. Perasaan ini terasa asing. Yang ia tahu hanya ada dua rasa, marah dan benci. Tapi kali ini.. terasa begitu menenangkan. Ada apa ini?

"Hm.. begitulah.." jawaban Reverse terdengar tidak memuaskan, tapi itu sudah cukup bagi seorang Solar, ia memeluk musuhnya itu dengan hati-hati, tidak terlalu erat tapi terasa sangat berarti bagi yang dipeluk.

"Kalau kau butuh teman, seharusnya katakan saja dari awal. Aku tau, sejak dulu kau hanya.. kesepian. Ya 'kan?"

Reverse membiarkan tubuhnya disaluri energi hangat dari Solar. Hangat yang tidak membakar. Dekapan yang tidak menipu. Tapi,

"Kau tidak perlu mengasihani ku. Aku bisa mengurus diriku sendiri." kepercayaan tidak bisa terbentuk begitu saja.

Solar dipaksa mundur beberapa langkah akibat didorong oleh Reverse. Ya, apapun itu, tidak ada yang instan, semua harus melalui proses. Terutama perubahan.

"Aku mengerti.. tidak mungkin kau bisa langsung percaya pada kami begitu saja 'kan?"

"Kami akan menunggu sampai kau bisa terbuka pada kami." Gempa berdiri di samping Solar diikuti oleh yang lainnya.

"Yeah, lumayan kan kalau kau jadi baik, kami jadi punya babu di mansi— adoy!" Blaze si mulut ember akhirnya mendapatkan jitakan penuh kasih sayang dari si manik biru aqua. Pasalnya perkataan Blaze yang dianggap receh oleh si empunya mungkin saja berpotensi menyinggung Reverse yang antara tenang tidak tenang.

"Oy! Kau mau cari ribut ya!"

"Engga tuh, ngapain nyari-nyari kalo ada di depan mata?"

"Maksudnya?"

"Tidur." bukannya menjawab ataupun menggubris pertanyaan Blaze, Ice malah tidur dan menyandarkan kepalanya di pundak Halilintar. Whoah, tidur sambil berdiri ni gess!

"Haha.." di luar dugaan, Reverse yang semula bermuka masam tiba-tiba tertawa kecil. Walau hanya beberapa detik, tapi itu membuat semua yang di sana agak terkejut.

"Kau.. tertawa?" tidak, tidak, ini bukan kali pertama Reverse tertawa, tapi tawanya kali ini berbeda. Bukan tawa sinis, mengerikan, ataupun saiko, tapi tawa ceria.

"Kenapa? Tidak boleh?" senyum nya sedikit luntur. Ya, bangsa reverse sepertinya memang mudah tersinggung. Sekecil apapun itu, bahkan jika emosi mereka sedang tidak stabil, maka tidak akan berakhir baik.

"Ah, boleh kok." ucap Gempa, canggung.

Shiingg!!

Sebuah cahaya melewati samping telinga Reverse dan hampir saja melubangi kepalanya jika tembakan itu tepat sasaran. Ia menoleh ke belakang dan melihat dinding bangunan yang tersisa bahkan sampai hangus akibat panas dari tembakan cahaya mentari ditambah dengan sambaran petir merah disekelilingnya.

Tunggu dulu.. itu kan..

"SUPRA?!"

To Be Continue..

Seutas Benang Emas (Boboiboy Reverse fanfiction)Where stories live. Discover now