Indah kembali dengan riang gembira, mereka pulang bersama. Sampai di rumah, Aesa merapikan tempat tidur sedangkan Indah pergi ke kamar mandi terlebih dahulu.

"Hai".

"Akh!" pekik Aesa terkejut karena bisikan tiba-tiba tepat di telinganya.

Gadis itu berdecak saat mengetahui pelakunya berdiri di belakangnya sambil tersenyum teduh.

"Ngapain lo ke sini?" tanya Aesa cuek berusaha mengabaikan Chandra dengan kembali menata sprei.

"Gaya bicara kamu berbeda" ucap Chandra tanpa menjawab pertanyaan Aesa, "Saya cuma ingin melihat kamu".

Aesa berbalik mengangkat wajahnya guna menatap Chandra yang lebih tinggi darinya, "Pergi, anggep aja kita gak pernah kenal".

Chandra menggeleng, "Saya gak akan pergi".

"PEMBOHONG!" sahut Aesa marah.

Chandra terdiam dibuatnya, teriakan Aesa bukan hanya memekakkan telinganya tapi juga menggores hati hingga terasa nyeri.

"Saya pergi" ucap Chandra, "Temui saya di danau kalau kamu ingin bertemu".

Angin kencang tiba-tiba muncul dengan singkat membawa serta bayangan Chandra hilang bersama.

Gadis itu menyingkirkan helaian rambut yang menyapa wajahnya dengan kesal, ia jatuh duduk di tepi ranjang sambil meraup seluruh surainya ke belakang.

"Aesa" panggil seseorang dari ambang pintu pelan.

Si empu menoleh, "Masuk aja, Ndah" ucapnya.

Indah masuk ke dalam kamar dengan ragu, "Dia udah gak di sini kan?" matanya melihat sekeliling kamar.

Aesa terkikik, "Iya, gak ada".

"Aku jadi merinding, Es" ujar Indah sembari duduk di samping Aesa, "Tidur duluan ya".

"Ya udah, sana" balas Aesa, "Nanti aku tinggal, biar di kamar sendiri".

Indah merengek, "Kan ngantuk, Es!".

"Emang kamu belum ngantuk?" tanyanya.

Aesa menggeleng, "Perasaanku gak enak".

"Tadi aku gak sengaja denger kamu berantem" ucap Indah, "Keliatannya emang kayak ngomong sendiri sih".

"Aku marahin dia tadi" balas Aesa.

"Dia ngomong apa?" tanya Indah, "Gimana sih rupanya? Serem ya, Es? Kok kamu gak takut? Kalau aku mungkin udah pingsan".

"Gak serem tuh, cuma pucet" jawab Aesa, "Dia gak ngomong apa-apa, tadi kesel aja aku liat mukanya".

"Kata Ibu, dia baik" sahut Indah, "Kalau bisa, balas kebaikan dia juga, Es".

"Kalau bisa.." gumam Aesa sambil memikirkannya.

Remang cahaya lampu kamar seakan lelah bersinar dan hampir mati, di malam yang larut ini Aesa masih terjaga menatap lampu yang tengah berjuang menyinari ruangan itu dari balik kelambu tempat tidurnya.

Gangguan tidur Aesa kembali hadir membuatnya sulit untuk menutup mata, dilihatnya Indah sudah nyenyak.

Gadis itu melakukan semua hal dengan teratur sehingga saat merasa lelah membuatnya mudah terlelap.

Aesa berusaha tidur seperti Indah, ia memeluk gulingnya menghadap lemari membuat tangannya menggantung di tepi ranjang.

Ia menutup mata berharap segera terlelap dan pergi menyusul Indah ke alam mimpi.

Sejuk terasa membelai dari angin sepoi yang masuk melalui celah ventilasi jendela paling atas yang hanya tertutup kain layaknya gorden kecil.

Bayangan hitam kembali muncul seperti biasa, berubah menjadi sosok Chandra yang kemudian duduk di lantai.

My Lovely Ghost | SELESAIWhere stories live. Discover now