18. Rumah Bunda dan Alana

675 32 3
                                    

Tentang Elisa

Happy Reading
.
.

⚠︎Typo bertebaran⚠︎

Matahari sudah mulai nampak. Cahayanya yang terang pun sudah mulai terlihat menghiasi pagi hari. Udara sejuk dan angin sepoi menembus masuk ke dalam celah jendela kamar seorang gadis cantik. Gadis itu Elisa, Elisa ananda Dewantara, si gadis penuh luka di masa lalunya, namun sekarang ia tak lagi merasakan luka itu. Luka yang dulu selalu membuatnya merasa sakit, hingga sulit untuk di sembuhkan.


Kelopak mata dengan bulu mata lentik itu perlahan terbuka, hingga menampakkan manik hitam legam yang indah milik Elisa. Elisa tersenyum melihat pagi hari yang nampak indah itu. Segeralah ia beranjak turun dari tempat tidurnya dan pergi membuka tirai yang menutupi kaca transparan yang besar itu. Ia membiarkan cahaya terang matahari pagi masuk ke dalam kamarnya.

"Pagi yang indah." gumamnya sembari tersenyum simpul.

Elisa pun segera pergi ke kamar mandi untuk segera mandi, karna mengingat kalau hari ini adalah hari di mana ia akan pergi ke rumah wanita yang ia sebut dengan sebutan 'Bunda'. Wanita itu tak lain adalah istri Sarendra. Elisa tentu saja tak tau jika wanita itu bukan lah ibunya, melainkan hanya orang asing yang tak pernah ia lihat seumur hidupnya.


⬤⬤⬤⬤

"Ayah, kita berangkat sekarang kan?" tanya Elisa begitu ia melihat Pria dewasa dengan tampilan casual berdiri di ambang pintu.

"Iya.." jawab Sarendra.

"Kalian mau kemana?" tanya Reffano kebingungan.

"Gue mau ke rumah Bunda sama kak Alana, bareng sama Ayah." jawab Elisa dengan binar di matanya. Nampak jelas, jika gadis itu sangat senang dan sudah tidak sabar.

Reffano dan Raffino yang ada di sana tentu saja kaget, bahkan sangat kaget malah. Reffano pun mengkode Sarendra dengan matanya, seakan bertanya 'kenapa bisa?' tapi Sarendra hanya menjawabnya dengan gelengan pelan.

Reffano pun hanya diam, tak berkata apa pun. Segeralah Reffano menarik adik kembarnya itu pergi dari sana, karna takut jika Raffino mengucapkan kata yang akan membuat semua nya terbongkar. Mengingat kalau mulut Raffino itu sangat lemes.

"Elisa, ayok kita berangkat sekarang." Ajak Sarendra yang langsung di angguki oleh Elisa.

⬤⬤⬤⬤

Beberapa menit perjalanan dengan mobil, akhirnya mereka sampai di tempat tujuan. Bukan rumah mewah bertingkat yang mereka jumpai di sana, bukan juga rumah sederhana, dan juga bukan juga bangunan gedung di sana. Melainkan, sebuah tanah lapang yang luas dengan banyak gundukan tanah serta batu nisan di sana.


Pantas saja mereka berpakaian serba hitam dan membawa payung hitam, ternyata ini lah rumah yang di maksud oleh Sarendra. Tempat mendiang istri dan anaknya beristirahat dengan damai.

Sebelum keluar dari mobil, tak lupa Sarendra mengenakan kacamata hitam. Bukan untuk bergaya atau semacamnya, hanya saja... Ia ingin menutupi matanya yang sudah terdapat gumpalan cairan bening di sana. Ia tak ingin sisi lemahnya di lihat oleh Elisa, putri kesayangannya.

Tentang Elisa 【New Version】Where stories live. Discover now