P R O L O G

2K 84 13
                                    

Tentang Elisa

Happy Reading


Seorang gadis dengan rambut panjang yang tergerai dan nampak begitu berantakan sedang menangis karna ia tengah di seret oleh seorang pria paruh baya dengan kasar menuruni tangga. Wajah nya saat ini sudah penuh akan luka memar akibat tamparan yang keras.

"Papa, ampun Pa, aku beneran ga sengaja, Pa. " Ucapnya yang masih terus di seret oleh pria itu yang ternyata adalah Ayahnya yang bernama Wijaya Megantara.

"Ga sengaja lo bilang? Kita semua liat lo dorong Axel dari atas tangga, Elisa!" sentak seorang pemuda seumuran dengan gadis itu yang ternyata adalah Elisa. Dia adalah kakak kedua Elisa yang bernama Elio Davies megantara.

"Ga kak, aku ga ada niat buat dorong dia, dia yang yang mau nge dorong aku. Aku cuma mau ngebela di-"

Plak!

Ucapan Elisa terpotong saat satu tamparan mendarat mulus di pipi kanannya yang sudah memar akibat tamparan. Sedangkan sang pelaku yang menampar Elisa, ia menatap nyalang ke arah Elisa.

"Jangan mengelak kamu, Elisa! Semuanya sudah jelas di mata kami!" Sarkas seorang wanita paruh baya yang wajah nya sangat mirip dengan Elisa. Ah ralat, bukan sangat mirip tapi cukup mirip, karna mata dan hidung mereka yang nampak sama. Dia adalah ibu Elisa yang bernama Devia Megantara.

"Aku ga ngelak Ma, aku beneran, " Ucap nya memohon. Ia melihat ke arah gadis dengan rambut sebahu yang juga ikut menangis di sana sambil terus di pegang agar bisa berdiri oleh seorang pemuda yang nampak sedikit lebih tua daripada Elisa. Dia adalah kakak tertua Elisa yang bernama Jovian Agasta Megantara. Sedangkan seorang gadis yang ia pegang adalah saudara angkat mereka yang bernama Axelia Damian Megantara.

Elisa terus menatap Axel dengan tatapan yang memohon. Memohon agar Axel mau menjelaskan yang sebenarnya ke pada mereka. Meski sebenarnya itu sangatlah mustahil.

"Axel, aku mohon sama kamu, tolong jelasin ke mereka yang sebenarnya, Axel, " Ucapnya memohon.

Bukannya menjelaskan, gadis itu malah semakin menangis dan menatap takut ke arah Elisa.

"A-aku.. Aku salah apa sama kamu El, kenapa ka-kamu dengan tega dorong aku..." Ucap Axel lirih dengan raut wajahnya yang di buat se menyedihkan mungkin.

"Lo denger kan? Axel aja takut sama lo, Elisa! Dia ada salah apa sampai lo tega buat dia celaka!" Sentak Jovian.

"Aku ga sal-"

"CUKUP!"

Semuanya diam, tak ada yang bersuara lagi saat suara menggelegar milik Wijaya terdengar. Laki-laki itu menatap Elisa dengan tatapan penuh kebencian nya.

"Keluar dari rumah ini. Dan mulai sekarang kamu sudah bukan bagian dari keluarga Megantara! " Ucap Wijaya dengan nada dingin namun tegas.

Mata Elisa membelalak kaget mendengar kalimat yang di ucapkan Ayahnya. Ia tak pernah menyangka kalau ia akan di usir dari rumah oleh orangtuanya hanya demi Axel yang sama sekali tak ada hubungan darah dengan mereka.

"Dan mulai sekarang juga, lo bukan adek gue lagi!" Ucap Jovian dan juga Elio.

Elisa ingin menangis sekarang, namun dengan susah payah ia menahannya. Ia tidak boleh menangis sekarang. Ia tak akan menangis akan hal ini, ia sudah tak boleg mengeluarkan air mata lagi. Percuma ia menangis meminta permohonan maaf, tapi kalau akhirnya ia akan tetap tak di anggap di dalam keluarga kandungnya sendiri. Gadis itu menatap datar semua anggota keluarganya.

"Baik, gue akan keluar dari rumah ini. Jangan pernah cari gue lagi, karna bahkan jika kalian menemukan gue, gue sudah bukan Elisa yang kalian kenal, " Ucap Elisa. Meski jujur, hatinya sangat sakit akan semua ini.

Sejak kedatangan gadis licik itu, hidup nya hanya di penuhi dengan bentakan dan pukulan. Ia yang selalu di fitnah, di sakiti fisik maupun psikis. Ia benci semuanya, ia benci perlakuan keluarganya, ia benci dengan gadis licik itu.

"Ada apa dengan tatapan itu? Apa kalian berharap gue akan berlutut di depan kalian untuk memohon?" Tanya Elisa terkekeh sinis.

"Tentu tidak! Gue juga manusia yang punya batas kesabaran dan juga rasa lelah. Gue juga cape hidup kayak gini, gue benci kalian semua! Gue benci gadis licik itu!" Ujar Elisa dengan penuh kebencian menatap nyalang ke arah Axel yang masih menangis di dalam pelukan Jovian.

"JAGA UCAPAN KAMU ELISA!" sentak Wijaya dengan penuh amarah.

"Keluar dari rumah ini, dan jangan pernah kembali!" itu suara Devia.

Hati Elisa sakit, sangat lah sakit. Orangtua mana yang tega mengusir bahkan tak menganggap anak kandung mereka demi orang asing yang yang masuk dan merusak kebahagiaan keluarga mereka.

Tanpa berkata apa pun lagi, Elisa segera keluar dari rumah besar tingkat tiga itu. Tak ada yang mencegahnya, bahkan semua pekerja di rumah nya-ralat, semua pekerja di rumah itu hanya diam menatap kepergian Nona kesayangan mereka tanpa bisa mencegahnya.

Sedangkan Axel, gadis itu diam diam tersenyum di dalam pelukan Jovian. Ia tersenyum bangga karena akhirnya ia bisa mengeluarkan Elisa dari rumah dan mengambil alih Kakak juga orangtua Elisa, yang memang sudah dari dulu Axel idam-idam kan.

Saat Elisa sudah keluar dari ambang pintu, barulah Devia terduduk lemas dan tak kuasa menahan tangisnya. Karena bagaimana pun, Elisa tetap lah anaknya, dia yang melahirkannya. Tapi karna sikap gadis itu yang menurutnya sudah sangat keterlaluan, ia akhirnya memutuskan untuk memberikan pelajaran dan mengusir nya dari rumah.

Satu hal yang harus kalian tau. Cara Devia itu sangat lah salah, secara terang terangan Devia telah melukai hati putrinya sendiri. Mereka memang tak pantas untuk di sebut sebagai keluarga, mereka bodoh! Sangat bodoh karna lebih memilih orang asing ke banding anak mereka sendiri.

Senin/20/02/2023

Segini dulu untuk prolog nya yah guys. Jangan lupa vote sama comment nya.

Follow wattpad ini langsung di follback. Follow juga instagram @avocadowp_

See yah guys

Tentang Elisa 【New Version】Where stories live. Discover now