27. Sakit lagi

Começar do início
                                    

Kay pun mulai mencuci berasnya hingga bersih lalu menaruhnya didalam Rice Cooker setelah diberi air yang cukup.

"Ada yang bisa Kay bantu lagi?" Tanya Kay pada Nyai Roro yang sedang menggoreng ikan.

"Ini kamu tumis sayurnya ya!" Pinta Nyai Roro dan menyerahkan beberapa jenis sayur yang telah dipotong kecil-kecil.

"Iya Umi," jawab Kay dan menerimanya lalu mulai menumis sayur.

Tidak memerlukan banyak waktu akhirnya semua masakan telah jadi, dan kini keduanya tengah menyusun semua masakan di meja makan.

"Kamu tolong panggil Adam sama Abi, Umi mau ambil air dulu didapur," pinta Nyai Roro.

"Iya Umi," jawab Kay lalu menaiki tangga.

Tok tok tok

Ceklek

"Ada apa Kay?" Tanya Kiai Jaya setelah membuka pintu lalu menutupnya kembali.

"Sarapan Bi, udah ditunggu Umi di meja makan," jawab Kay sopan dan memberi jalan kepada Kiai Jaya.

"Terima kasih," ucap Kiai.

"Sama-sama," jawab Kay. Lalu Kiai Jaya pun pergi.

Kay pun melangkah menuju kamarnya.

Ceklek

Kay membuka pintu pelan.

" M-mas sarapan, udah ditunggu Umi sama Abi," kata Kay mencoba memanggil Adam dengan sebutan Mas walau kaku.

"Iya," jawab Adam masih membenarkan baju Kokonya, membelakangi Kay.

"Aku boleh gak izin gak masuk sekolah dulu untuk hari ini?" Tanya Kay hati-hati.

"Kenapa?" Tanya Adam dan membalikkan badannya menghadap Kay.

"Mau Cek Up ke dokter," jawab Kay.

"Mau aku antar?" Tawar Adam.

"Gak usah aku naik taksi online aja," jawab Kay cepat.

"Beneran?" Yanya Adam memastikan.

"Iya beneran," jawab Kay meyakinkan.

"Oke, aku izinkan," jawab Adam.

"Makasih, yuk turun," ucap Kay dan berjalan lebih dulu.

_____🖋

Setelah menunggu beberapa saat diteras akhirnya sebuah taksi berwarna biru langit datang.

"Dengan Mbak Kayra?" Tanya supir taksi dari dalam mobil.

"Iya," jawab Kay lalu masuk.

"Kita ke Rumah Sakit Mutiara Bunda," ucap Kay pada sang supir setelah menutup pintu mobil.

"Baik Mbak," jawab Supir itu dan mulai menjalankan mobilnya.

Perlu waktu hampir satu jam menuju Rumah Sakit tersebut karna letaknya yang berada di tengah kota, sedangkan pesantren milik Kiai Jaya berada dipinggiran kota Jakarta.

Setelah membayar ongkos Kay pun mulai memasuki Rumah Sakit itu, dan langsung menuju ruangan Dokter Laura karna telah membuat janji dengannya.

"Assalamu'alaikum," salam Kay setelah memasuki ruangan.

"Wa'alaikumsalam kay," jawab Dokter muda dengan rambut sebahu yang sedikit bergelombang.

"Silahkan duduk," sambung dokter Laura.

"Ada yang bisa saya bantu?" Tanya dokter Laura setelah Kay duduk.

"Saya mau tanya dok, kenapa ya akhir-akhir ini saya sering sekali sakit kepala dari pada sebelumnya dan mata saya juga kadang-kadang ikut sakit?" Tanya Kay serius.

"Apa kamu masih rutin mengonsumsi obatnya?" Tanya dokter Laura.

"Iya dok saya masih rutin Kok," jawab Kay.

"Apa sebelumnya kepala kamu pernah terbentur lagi?" Tanya dokter Laura.

"Iya pernah, tapi itu kejadiannya sudah beberapa bulan yang lalu dok, kenapa baru sekarang sakitnya sering muncul?" Ucap kay.

"Itu memang biasa terjadi pada pasien seperti kamu Kay, mari kita keruang pemeriksaan," ucap dokter Laura dan berjalan lebih dulu, Kay pun mengikutinya.

Setelah beberapa pemeriksaan menggunakan beberapa macam alat, dokter Laura pun menyerahkan surat hasil Lab tentang penyakitnya.

"Kondisi saraf mata kamu semakin parah, hindari terjadinya benturan yang keras dikepala dan cahaya yang terlalu terang karna itu bisa memperburuk keadaan kamu bahkan berakhir fatal seperti kebutaan," jelas Dokter Laura.

"Dan saya telah membuatkan resep obat yang baru," sambung dokter Laura sambil menyerahkan secarik kertas.

"Makasih dok, Assalamu'alaikum," ucap Kay lalu pergi.

Setelah membeli obat yang telah dituliskan oleh dokter Laura, kini Kay menaiki sebuah taksi menuju pulang.

Air mata Kay mulai berjatuhan membasahi pipi, ia menatap kosong keramaian kota Jakarta yang dilewati.

"Aku takut," batin Kay lirih.

"Gimana nasib aku kalau itu semua terjadi?, apa mereka semua masih mau nerima aku setelah tau penyakit ini?" Batin Kay bertanya-tanya.

"Gak, mereka gak boleh tau," batin Kay sambil menggeleng kan kepalanya.

"Maafin aku mah, pah gak ngasih tau kalian tentang ini," batin Kay lagi.

"Aku harus bisa nutupin ini semua," sambungnya lalu menghapus jejak air mata.

Garis TakdirOnde histórias criam vida. Descubra agora