23. Bertengkar

498 21 0
                                    

Kini Kay sedang duduk di tepi kasur selepas sholat isya, sedangkan Adam berdiri didekatnya dengan terdiam.

"Kenap kamu bawa dia kesini?" Tanya Adam dingin memulai pembicaraan.

"Kak Reno yang datang sendiri, bukan gue yang nyuruh," jawab Kay santai.

"Apa pantas kamu berduaan dengannya dengan jarak yang begitu dekat?" Tanya Adam mulai meninggikan suaranya sedikit dan terdapat nada marah didalamnya.

"Apa salahnya kalu gue dekat sama temen gue sendiri?" Tanya Kay balik.

"Tapi kalian bukan mahram," jawab Adam.

"Dan dengan kamu membawa dia ke rumah ini pun sudah salah, walaupun sekedar diteras," sambung Adam.

"Masih mending juga gak gue bawa kedalam rumah," kata Kay menantang.

"Tapi dengan posisi seperti itu orang dapat salah paham Kay," kata Adam masih dengan sedikit emosi.

"Salah paham gimana maksud lo?" Tanya Kay sedikit meninggi suaranya.

"Kalian seperti orang yang sedang bermesraan," jawab Adam.

"Udah ya gue gak mau memperpanjang masalah," kata Kay ingin menghentikan pembicaraan ini.

"Setidaknya kamu hargai saya, saya sedang membersihkan namamu dan menjelaskan pada santri wati kalau semua yang ada di poster itu tidak benar, tapi kamu malah berduaan dengannya," ucap Adam masih emosi.

"Karna kejadian tadi sore, gosib Kamu dengan Laki-laki itu tersebar. Dan santri lain tetap menganggap kamu buruk," sambung Adam agak prustasi.

"Gue gak minta lo buat lurusin semuanya, gue juga bisa sendiri," kata Kay.

"Kamu itu istri saya, makanya saya tidak mau nama mu dipandang buruk orang lain," ucap Adam.

"Udah cukup, gue gak mau denger apa-apa lagi dari lo," kata Kay emosi.

"Gue ngerasa kalau lo makin ngekang, gue mau bebas,tapi gara-gara pernikahan sialan ini...... ARGHHHH," kata Kay dan keluar dari kamar begitu saja.

Brakkk

"Saya cemburu Kay, Saya cemburu," lirih Adam dan mendudukkan dirinya dikasur lalu mengacak-acak rambutnya.

Setelah beberapa saag Adampun merenungi semuanya.

"Astagfirullah maaf kan saya Kay," batin Adam dan segera keluar kamar mencari keberadaan Kay.

_____🖋

Disinilah Kay berada, berjongkok dipinggir kolam ikan dekat pohon mangga yang dulu pernah ia naiki untuk kabur.

Ia menangis sesenggukan menatap pantulan dirinya di permukaan air.

"Gue cape, gue mau pulang," lirih Kay.

Tidak beberapa saat Kay lemas dan pingsan.

Hap

Syukur ada yang menangkapnya, jika tidak sudah dipastikan Kay akan masuk kedalan kolam ikan.

Adam merasa tangannya sedikit panas saat menyentuh kulit Kay. Ia pun menaruh belukuk tangannya di dahi kay.

"Astagfirullah, dia demam," monolog Adam khawatir, dan segera mengangkat Kay dan membawanya pergi.

"Loh Kay kenapa Dam?" Tanya Nyai Roro saat berpapasan dengan Adam didapur.

"Demam umi," jawab Adam.

"Ya udah kamu cepat bawa kay kekamar, biar umi siapin kompresnya," ujar Nyai Roro.

"Iya Umi," jawab Adam dan segera menuju kamar.

Setelah memperbaiki posisi selimut Kay, Adam pun menarik kursi dekat meja belajar kesamping Kay lalu duduk.

"Maaf kan saya, ini pasti karna saya yang terlalu keras kepadamu tadi," ucap Adam tulus dan mencium tangan kanan Kay lalu menaruhnya dipipi.

Tok tok tok

"Masik Mi," kata Adam dan menaruh kembali tangan Kay.

"Ini kompres air hangatnya," kata Nyai Roro dan menyerahkan mangkok berisi air hangat.

"Makasih Umi," ucap Adam dan menerimanya.

"Ada apa sama kamu dan Kay?" Tanya Nyai Roro dan mengelus puncak kepala Adam.

"Tidak ada apa-apa Umi, hanya masalah kecil," jawab Adam.

"Nanti kalau ada masalah lagi, bicarakan baik-baik dengan kepala dingin, jangan dengan emosi, karna bisa saja setan akan menjerumuskan kamu dalam perpecahan," kata Nyai Roro menasehati, lalu menarik tangannya.

"Insyaallah Umi," jawab Adam.

"Ya udah Umi keluar dulu, assalamu'alaikum," salam Nyai Roro.

"Wa'alaikumsalam," jawab Adam.

Tidak beberapa lama setelah Nyai Roro pergi kay tiba-tiba mengigau.

"Mah....e e e e Kay mau e e pulang," ucap Kay dalam tidur sambil menggigil.

"Kay e e takut disini sendirian e e e," sambungnya.

"Ustt," Adam bersuara dan menaruh dari telunjuknya didepan bibir Kay yang sedikit bergetar.

"Kamu tidak sendirian, ada saya disini," bisik Adam pelan mencoba menenangkan Kay.

Adam pun berbaring di samping Kay lalu memeluknya.

"Mah....," panggil Kay.

"Usttttt, Saya ada disini untuk mu," ucap Adam dan ikut memejamkan mata.

Garis TakdirWhere stories live. Discover now