16 - DUA ATAP RUMAH

77 12 0
                                    

~ Perasaan adalah hal yang tidak bisa dikendalikan. Jadi, beginilah caraku mencintai ~

•••

Alarm rutin tiap pagi kembali berdering, membangunkan pemilik kamar yang masih enggan beranjak dari kasur sempitnya itu.

"Satu, dua, tiga," hitungnya perlahan. Setelah selesai, ia langsung duduk di tempat tidur guna mengumpulkan kesadarannya kembali.

Setelah selesai dengan segala persiapannya, Yasmine mengambil sebungkus roti dan tumbler minum untuk dibawa sebagai bekal sarapannya pagi ini.

Ia selalu menjadi orang rumah yang pertama kali beraktivitas di pagi hari, karena sang bunda dan ayah bekerja lebih siang.

Saat membuka pintu, pandangan Yasmine tertuju pada bucket bunga mawar yang terletak di atas meja. Ia mengambil bunga tersebut lalu membawanya masuk.

Keluar dari gang sempit itu, Yasmine menunggu jemputan Bang Mamat---ojek langganannya.

Dari trotoar tempatnya berdiri, Yasmine memperhatikan sekitar lalu tersenyum tipis. Rutinitas tiap pagi yang melelahkan.

"Apa Jeremy marah karena hal itu?" batin Yasmine merasa bersalah. Terbukti dari bucket bunga yang tidak dikirimkan pria itu secara langsung.

Setelah perjalanan selama 10 menit tanpa macet, Yasmine tiba di sekolah bergengsi tempatnya bekerja. Beberapa orang siswa menyapanya dengan sopan, selebihnya tidak.

Langkah Yasmine terhenti saat melihat mobil berwarna kuning yang baru saja melewatinya, mobil itu kemudian berhenti di parkiran. Tujuh orang gadis cantik dengan seragam ketat dan minim keluar dari benda beroda tersebut.

"Kelas mereka memang berbeda," gumam Yasmine maklum. Ia melanjutkan langkahnya menuju ruang guru.

Namun, saat di perjalanan Yasmine dicegat oleh Digo.

"Bu, saya mau bicara sebentar boleh?"

Yasmine bengong sebentar, lalu mengangguk setuju.

"Ibu sudah punya pacar belum?"

Mendengar pertanyaan lancang itu, kedua bola mata Yasmine melotot.

"Pertanyaan apa itu?!" tegur Yasmine.

Melihat respon tidak biasa Yasmine, Digo sudah dapat menyimpulkan bahwa gurunya itu masih berstatus lajang.

"Bu Yasmine kenal Regan, kan? Ibu udah ketemu dia?"

Yasmine mengangguk. Berkat Regan pula, Yasmine mengetahui bahwa siswanya itu adalah adik dari sahabatnya.

"Iya, kakak kamu sahabat Ibu di SMA dulu."

"Kalian serasi! Semangat, Bu!" kata Regan memberi semangat, lalu meninggalkan Yasmine pergi lebih dulu.

Memandangi punggung Digo yang menjauh, Yasmine hanya bisa mengelus dada. Ada-ada saja kelakuan anak muda zaman sekarang.

•••

"Yasmine," panggil seseorang yang keluar dari dalam mobilnya yang sedang terparkir di pinggir jalan.

"Regan kamu ngapain ada di sini?" tanya Yasmine, tidak menyangka Regan menemuinya kembali setelah sekolah dibubarkan.

"Nih." Regan menyodorkan totebag kertas tanpa merk.

"Apa ini?" tanya Yasmine ragu untuk menerima pemberian Regan.

"Buat lo."

"Dalam rangka apa?"

"Banyak tanya banget lo, Ya. Udah kayak Dora!" protes Regan.

"Kalau gitu makasih, Gan."

Regan tersenyum lalu mengusap rambut Yasmine atau lebih tepat memberantakannya. Dulu, gadis itu akan membalas dengan menggigit tangan Regan.

My Favorite Girl, Mine!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang