confes tragis [36]

141 31 6
                                    

Jantungnya berdegub tak beraturan, setelah tragedi kemarin nyali Syifa seolah bangkit setelah hibernasi sekian lama. Ia yang berani mengatakan hak milik atas nama Samudra dan berani mengusir Laras.

Seperti yang Samudra katakan saat mereka berada di pantai kala itu, lelaki itu akan melakukan prom-proposal untuknya. Kalian bisa mencari ditoktik, karena katanya Samudra juga terinspirasi dari situ.

Ia baru saja menyelesaikan pertemuan ekskul sastra, dan kini Samudra meminta Syifa datang seorang diri ke lapangan upacara.

Ia kira akan sepi, namun ternyata cukup banyak orang. Syifa hanya berharap Samudra tidak akan melakukan tindak melakukan di tengah keramaian seperti ini, namun usut punya usut secara tidak sadar Samudra sudah merencanakan ini semua dengan matang.

Terlebih bagian setiap orang yang Syifa temui akan memberikan sebuah bunga mawar. Masih dengan keterkejutannya Syifa kembali melanjutkan perjalanannya dengan banyaknya bunga dipelukan.

Syifa berjalan perlahan-lahan menuju lapangan upacara, hatinya berdebar tak karuan. Ia merasa seperti berada di dalam mimpi yang indah namun mencekam. Setiap langkah yang ia ambil semakin mempercepat denyut jantungnya. Bunga-bunga mawar yang ia peluk erat-erat memberikan kehangatan pada hatinya yang sedang berbunga-bunga.

Saat Syifa tiba di tengah lapangan, matanya terbelalak kaget. Di hadapannya terhampar sebuah panggung kecil yang dihiasi dengan balon-balon warna-warni dan hiasan bunga yang indah. Orang-orang di sekitarnya mulai membentuk lingkaran, memberikan ruang bagi Syifa dan Samudra untuk beraksi di atas panggung.

Samudra, mengenakan setelan jas hitam yang memikat, melangkah ke arah Syifa dengan senyum lebar di wajahnya. Dia mengulurkan tangannya, menggenggam tangan Syifa dengan lembut. Syifa merasa hangatnya sentuhan itu merasuk ke dalam hatinya, menghapus semua keraguan yang ada.

"Malam ini, gue mau mengucapkan sesuatu yang udah lama Lo tunggu tunggu," kata Samudra dengan suara yang penuh perasaan. "Syifa, dari pertama kita bertemu, gue tahu kalau lo adalah gadis yang istimewa. Lo udah ngasih warna baru dalam hidup gue, ngebuat gue ngerasa hidup kembali setelah sekian lama cuma bermain cinta. Gue gak bisa ngebayangin hidup gue tanpa kehadiran lo."

Syifa terdiam, tak mampu menahan kebahagiaan yang meluap-luap di dalam hatinya. Tatapannya terpaku pada wajah Samudra yang penuh cinta.

"Dan, gue akhirnya memutuskan buat melakukan sesuatu yang belum pernah gue lakukan sebelumnya," kata Samudra sambil membuka sebuah kotak kecil yang dipegangnya. Di dalamnya terdapat sebuah cincin perak yang berkilauan. "Syifa, Lo mau kan jadi milik nya Samudra? Cuma yes or yes? Maukah lo menjadi yang teristimewa dalam hidup gue?"

Syifa merasa air matanya menggenang. Ia tak dapat menahan kebahagiaan dan rasa syukur yang memenuhi hatinya. Dalam sekejap, semua rasa takut dan keraguan tentang masa depan mereka lenyap begitu saja. Ia melepaskan tangan Samudra untuk mengambil napas dalam-dalam.

"Setelah mengecewakan aku sebelumnya sekarang kamu kayak gini. Dalam hidup, aku gak pernah berharap untuk menemukan seseorang yang begitu menyayangiku sepenuh hati kayak yang kamu lakukan, Samudra," ujar Syifa dengan suara yang tergetar oleh emosi.

"Aku bersedia jadi milik Samudra. Aku bersedia menghadapi segala lika-liku yang akan kita temui. Sekalipun kamu akan menyakiti aku ribuan kali."

Samudra tersenyum bahagia, dan tangannya dengan lembut menyisir rambut Syifa. "Terima kas-"

Samudra terputus dalam kalimatnya saat sorot matanya teralih ke arah yang lain. Syifa mengikuti pandangannya dan terperanjat melihat sesosok lelaki yang berdiri di kejauhan, mengamati mereka dengan pandangan penuh kecemburuan.

Lelaki itu adalah Sehan. Mantan sahabat Syifa yang pernah menaruh perasaan padanya. Sehan dengan tatapan tajamnya dan dengan ekspresi penuh penyesalan di wajahnya, ia tak rela melihat Syifa disakiti lebih lagi. Syifa merasakan hawa tegang memenuhi udara, membuatnya cemas dan waspada.

Tanpa mengucapkan sepatah kata pun, Sehan melangkah mendekati panggung dengan langkah yang pasti. Tatapan mereka bertaut dengan tatapan Samudra, menciptakan aura ketegangan di antara mereka. Syifa mencoba memahami apa yang terjadi, namun kekhawatiran tiba-tiba merayap dalam benaknya.

"Sehan?" tanya Samudra dengan suara yang bergetar.

Sehan tertawa sinis, "Jadi kamu berencana melakukan prom-proposal, huh? Apa kamu pikir Syifa akan memilihmu begitu saja?"

Syifa merasa dunianya runtuh. Ia tidak pernah mengira bahwa Sehan akan mengganggu momen bahagianya, setelah sebelumnya ia terus disakiti oleh Samudra. Wajahnya pucat, dan perasaan panik mulai merayap di dalam dirinya. Apa yang akan terjadi selanjutnya?

Samudra menatap Syifa dengan penuh tekad, "gak perlu khawatir. Gue gak bakal biarin mereka ngehancurin momen indah ini."

Lalu, tanpa menunggu sepatah kata pun, Samudra berbalik dan menghadapi Sehan dengan mantap. Tatapannya tajam seperti pedang yang siap menembus segala rintangan.

"Lo sudah berlalu dalam hidupnya, dan sekarang saatnya gue hadir di sampingnya," ucap Samudra dengan penuh keyakinan. "Kalau lo masih merasa memiliki hak di sini, hadapi gue!"

Sehan tersenyum sinis. Ia mengerti bahwa Samudra bukanlah lawan yang bisa diremehkan.

Sehan mengangguk, lalu ia perlahan-lahan menghampiri Syifa. Tatapannya yang menusuk membuat Syifa merasa cemas, namun ia tidak menyerah.

"Syifa," bisik Fauzan dengan suara yang penuh dengan emosi. "Aku tahu aku ini salah tapi aku gak bisa biarin Samudra lebih menyakiti kamu dari sebelumnya, dia udah mempermainkan kamu dan itu bener bener keterlaluan."

"Enough Sehan! Syifa milik gue!" seru Samudra.

Sehan tertawa begitu kencang sembari menyeringai. "Enough lo bilang? Lo bahkan gak ngasih tahu Syifa kalau Lo gak mau ngelamar dia secara sungguh-sungguh."

"Lo gak ngasih tahu Syifa kalau lo bakal LDR sama dia dan kepergian lo nanti setelah lulus. Lo ngebiarin Syifa tanpa tahu apa apa dan cuma menyuguhkan kemesraan lo sama Laras iya?!"

"S-sehan..," lirih Syifa kemudian terjatuh sembari menahan isak tangis. Syifa tak menyangka bahwa Sehan yang akan memberitahu hal buruk seperti ini, bukan Samudra lelaki yang sangat ia percaya.

"Lo juga gak jelasin hubungan lo sama laras, kan? Gue tanya sekali lagi, apa Syifa masih pantes buat lo Samudra?!"

Suara riuh gemuruh memenuhi panggung mereka dengan penonton yang tadinya Samudra minta untuk menonton acara romantis nya namun kini berakhir tragis.

Samudra menunduk dalam, menyembunyikan air matanya yang mengalir. Seketika suasana menjadi hening, hanya suara Sepoi angin disertai Isak tangis Syifa yang semakin menggelegar.

"Salah aku apa Sam? Salah aku apa sama kamu Sehan? Kenapa kamu yang ngasih tahu semuanya dihadapan umum? Dan kenapa kamu ngelakuin ini ke aku Sam?"

"Seharusnya kalau kamu gak serius sama aku putusin aku, jangan buat aku jatuh ke dunia kamu..."

"Memang dasarnya Sooya Asyifa terlalu bodoh ya?" monolog Syifa sembari menahan tangisnya.

To be continue...

Ga jadi au, diusahakan sekarang up terus sampai tamat

Spam next yuk gais

My PlayBOYFRIEND [On GOING]Where stories live. Discover now