Bitch [17]

292 80 26
                                    

Maaf judulnya agak b.ahaya, yok emosi yok!

Note :
Anw ini author up 3 chapter sekaligus dari 17-19

Happy reading!


Jengah mendengar omelan dari Bu Ririn kini Samudra memutuskan untuk menghampiri Syifa pada kelasnya. Salahkan motornya tadi yang mogok ditengah jalan membuatnya harus terlambat, sedangkan gadis itu sendiri selalu berangkat bersama Mommy.

Mencoba mengintip Syifa dari jendela kelas, sayangnya Samudra tak mendapati gadisnya itu, hanya tas yang ditinggal. Sebelum kehilangan akal karena panik Samudra memutuskan untuk menghubungi Rizky.

Rizky

Oit cewek gue di mana?

Syifa tadi izin ke toilet tapi udah 10 menit
Ga balik balik

Oh, oke

Tangan kekar itu segera memasukkan ponsel pada saku seragamnya kemudian berlari kencang untuk menuju toilet perempuan, firasatnya tidak enak apalagi semenjak kejadian ia menolak Ayu mentah mentah dihadapan Bunanya.

Saat sudah sampai ditoilet perempuan Samudra seketika menjadi ragu, ia memikirkan citranya nanti bila masuk ke sini untuk kedua kalinya. Tetapi keraguannya kini pupus setelah mendengar jeritan yang ia kenali dari dalam.

Pintu kamar mandi itu terkunci dari dalam membuatnya harus mendobrak. "Satu, dua, tiga!" batin Samudra.

BRAKKK!

Dua gadis meresahakan itu terbelalak terkejut saat mendapati dirinya mendobrak kamar mandi perempuan. "SAM! AKU KAGET TAHU GAK?!" hardik Laras dramatis.

Bukannya menanggapi ucapan Laras Samudra justru menatap nanar bilik dengan kotoran air pel yang membasahi pintunya. "Kok kayak ada yang ngomong ya? Horor gila!" ucap Samudra yang membuat Laras mendengus kesal.

"Sooya Asyifa, lo di dalam 'kan? Mundur gue mau dobrak." Seperkian detik setelah Samudra mendobrak pintu blik itu tampak seorang Sooya Asyifa tengah terisak dengan tubuhnya yang bergemetar.

Tak memedulikan pintu yang telah ia dobrak sampai patah kini Samudra membawa gadis itu ke dalam gendongannya, dan menghampiri kedua bitch yang telah membully gadisnya.

"Ucapin salam perpisahan sama teman teman lo di sini," desis Samudra dengan lirikan tajam kemudian beranjak pergi.

Lelaki itu dengan tergopoh gopoh membawa Syifa ke ruangan bimbingan konseling, alasannya mudah Syifa harus berani menjelaskan apa yang sudah terjadi.

"Samudra! S-syifa..kenapa?" tanya Bu Ririn menatapnya nanar.

"Kenapa kamu bawa Syifa ke sini? Harusnya ke UKS! Otak kamu dimana hm?" desis Bu Ririn.

Samudra meletakkan gadis itu agar duduk sendiri pada sofa konseling. "Maaf ya Bu kalau mengotori, jadi alasan saya bawa Syifa ke sini karena saya ingin dia menjelaskan tragedi pembullyan yang baru saja terjadi."

Mendengar ucapannya Bu Ririn terperanjat terkejut, beliau tidak menyangka bahwa akan separah ini. "Syifa kamu bisa mendengar ibu?" gadis itu hanya mengangguk dengan badan yang bergemetar hebat karena kedinginan.

My PlayBOYFRIEND [On GOING]Where stories live. Discover now