maaf? [32]

134 38 7
                                    

"Kunci kesetiaan berada dikomunikasi."

Kalimat itu seolah menjadi prinsip yang siap Samudra pegang teguh. Ia mencoba memberanikan diri untuk mengajak Syifa setidaknya makan malam bersama.

Tentu dengan bantuan Mommy yang mendekor dan menyiapkan salah satu cabang restorannya untuk Samudra dan Syifa.

Samudra tampak lebih tampan malam ini, dengan surai hitam yang tersisir rapi ke belakang. Jas berwarna navy dan dalaman kemeja putih pendek. Maniknya terus melirik arloji bermerk rolex tersebut.

Bibir bawahnya ia gigit hingga menimbulkan bercak merah, mencoba mengalihkan kegugupannya dengan melihat sekitar.

Tiga puluh menit setelahnya Syifa datang dengan dress navy yang selaras dengan warna kemejanya. Gadis itu duduk sebelum Samudra sempat menarikan kursi untuknya.

Hening. Satu kata yang dapat menggambarkan suasana satu ini. Hanya suara jam yang bertalu dan suara alat makan seperti garpu dan pisau.

Tak sengaja, iris mereka bertemu. Samudra refleks menarik senyum simpul, ia rindu mengamati gadisnya itu. Ia rindu berada dalam satu waktu, ia rindu segalanya tentang Syifa.

Berbeda dengan Samudra yang asik mengamatinya, Syifa segera membuang muka, merasa risih dengan tindakan Samudra. Jari lentik itu mengambil sebuah sapu tangan untuk membersihkan noda noda kecil pada mulut.

Mengeluarkan handsanitizer dari tas DIOR miliknya, Syifa beranjak dari duduknya kemudian hendak berlalu pergi sebelum tangannya dicekal oleh Samudra.

"Lo..., kenapa pergi?" tanya Samudra terbata bata.

Syifa menggeleng secara anggun, kemudian tersenyum simpul. "Aku udah cukup menghargai kerja keras Mommy yang nyiapin semua ini, sekarang aku ada janji sama Sehan. Aku duluan ya?"

Hendak melepaskan cekalan tangannya namun Samudra segera menarik tangan Syifa hingga tubuh gadis itu terhuyung dan jatuh ke dalam pangkuannya. "Lo gak boleh pergi," lirih Samudra dengan suara seraknya.

Hati Syifa terenyuh, ia hampir saja luluh karena merasa tidak tega membiarkan Samudra menangis. Biarlah orang berkata apa, tapi Syifa sudah membulatkan tekatnya untuk balas dendam.

Jari lentik itu dengan lihai menyusuri rahang tegas milik Samudra, Syifa mendekatkan wajah mereka kemudian secepat kilat bibir mereka bersentuhan. Hanya dalam waktu satu detik Samudra dibuat mematung.

"Aku cuma mau ngehilangin bekasan Laras. Lucu ya? Katanya aku punya kamu, tapi first kiss kamu malah buat Laras," bisik Syifa seraya turun dari pangkuan Samudra.

Ia berdiri, menepuk nepuk dressnya yang terasa kotor. "Kamu gak boleh larang aku pergi, karena kita bukan siapa siapa. Pacar aja bukan kok ngatur?" sarkas Syifa.

Kaki jenjangnya itu melangkah hendak mencapai pintu, namun sebelum itu Syifa membalikkan badan. "Aku mau ke kebun binatang, mungkin sekalian camping di sana lihat bintang sama Sehan. Fyi aja sih, duluan ya Sam!"

Selepasnya Syifa pergi tertelan pintu. Benar benar menghilang dari pandangan Samudra.

Sakit yang tak berdarah, Samudra memegangi dadanya yang terasa nyeri. Mengapa harus bersama Sehan? Seharusnya hanya Samudra yang boleh menghabiskan waktu bersama Syifa, hanya Samudra yang merasakan momen bahagia, seharusnya...tapi mengapa kini gadisnya itu bersama lelaki lain?

"ARGHHHHH!" pekik Samudra seraya menendang meja makan di depannya.

Ia menarik taplak meja berwarna merah maroon itu yang jelas membuat semua makanan diatas meja jatuh berserakan. Banyak piring dan gelas yang pecah. Lilin yang tadinya berada di atas meja kini padam karena tersiram air.

My PlayBOYFRIEND [On GOING]Where stories live. Discover now