025

24 8 0
                                    

Seminggu berlalu, setelah Kayla pergi untuk olimpiade dan Prita pun tidak pernah pulang kerumahnya hanya sekedar menjenguk Ayana, namun Ayana sedikit bersyukur akan hal itu, yah walaupun ada rasa rindu untuk ibunya.

Saat sedang sibuk melamun ia terkejut saat benda dingin menempel di pipinya.

"Jangan melamun," ujar Kenan setelah itu memberikan air mineral dingin ke Ayana.

Ayana langsung menerimanya dan meminumnya. "Makasih," ujarnya.

"Nggak terasa ya Minggu depan udah lulus aja, ngomong-ngomong grogi nggak tuh nanti nyanyi depan banyak orang?" Tanya Kenan.

Ayana menganggukkan kepalanya. "Siapa sih yang nggak grogi,"

"Ntar kalau lo lulus, gue ajak lo jalan-jalan, makan angin kita," ujar Kenan seraya terkekeh.

"Kalau nilai gue nggak sempurna gimana Ken?" Tanya Ayana.

"Yang penting kan lulus aja dulu Ay, soal nilai mah belakangan dah," Kenan mengelus rambut Ayana.
-
-
-
-
-
"Darimana lo Za?" Tanya Nino saat melihat Reza baru memasuki ruang musik.

"Toilet," jawabnya singkat.

Mereka berempat pun memulai latihannya.
Setelah selesai latihan, Kenan mengantar Ayana untuk kontrol ke rumah sakit.

"Ayana? Kenapa disini? Lo sakit?" Tanya Andito yang melihat keberadaan Ayana dan Kenan di koridor rumah sakit.

"Peduli apa lo sama gue kak?" Bukannya menjawab pertanyaan Andito, Ayana malah balik bertanya kemudian menarik tangan Kenan untuk pergi.

Sesampainya di ruangan khusus spesialis jantung, Ayana langsung masuk ke ruangan tersebut, sedangkan Kenan langsung mendudukkan tubuhnya di kursi tunggu.

"Ayana sakit apa?" Tanya Andito, yang tadi diam-diam mengikuti Ayana dan Kenan.

Kenan langsung berdiri dari tempat duduknya. "Peduli apa lo?" Kenan menatap sinis Andito.

Andito menahan emosinya. "Gue tanya sekali lagi Ayana sakit apa?"

"Bukan urusan lo,"

Andito mencengkram kerah seragam sekolah Kenan. "Jawab,"

Ceklek

Ayana membuka pintu, ia terkejut melihat Andito yang sedang mencengkram kerah seragam Kenan, ia buru-buru menghampiri mereka dan menarik tangan Andito. "Lo apaan sih kak?!" Tanyanya seraya menatap Andito tajam.

Andito menatap lirih Ayana, tatapan yang Ayana berikan, sungguh membuat hati nya tergores. "Ay lo kenapa?" Tanya Andito lembut.

"Udahlah kak, jangan ganggu gue lagi, gue capek," lirih Ayana, setelah itu ia pergi berlalu sambil menggandeng tangan Kenan.
-
-
-
"Tante kenapa?" Tanya Andito tergesa-gesa.

Gita tidak menjawab pertanyaan Andito, pikirannya terus memikirkan keadaan putri nya yang sedang berjuang melawan maut.

Sampai akhirnya dokter keluar dari ruangan Rini.

"Putri saya baik-baik aja kan dok?" Tanya Gita tidak sabaran.

Dokter tersebut menghela nafasnya. "Maaf kami tidak bisa menyelamatkan putri anda, ginjalnya sudah benar-benar rusak," jawab dokter tersebut.

"Riniiiii!!!" Gita langsung berlari memasuki ruangan tersebut.

Andito masih mematung di tempatnya, ia masih tidak menyangka Rini pergi secepat itu.

Dokter tersebut menghampiri Andito. "Ini ada titipan dari pasien sebelum dia menghembuskan nafas terakhirnya, tadi pasien sempat sadar dan menuliskan ini untuk anda," ujar dokter menyerahkan kertas tersebut, setelah itu ia pergi berlalu.

Andito membuka dan membaca surat tersebut.

Dear Andito.
Maaf yah aku tidak bisa melawan penyakit ku ini, jangan sedih yah atas kepergian ku dan berbahagialah dengan wanita pilihanmu, aku juga sudah tahu ko siapa Ayana, kemarin aku sadar dan Sesil sudah menceritakan semuanya tentang Ayana dan kamu, aku sayang kamu Andito tapi kayaknya takdir tidak mengizinkan kita bersama, i love you Andito.

Andito meneteskan air matanya. "I love you to Rini,"  setelah itu ia memasuki ruangan Rini.

"Tante sedih karena Rini tidak bisa melawan penyakitnya, tapi Tante sedikit senang karena Rini tidak merasakan rasa sakitnya," lirih Gita, setelah itu ia keluar dan membiarkan Andito mendekati Rini.

Andito menggenggam tangan Rini. "Lo akan tetap ada di dalam hati gue Rin," lirih Andito.

Hay Hay Hay semoga like yaa sama cerita yang aku buat, dan semuanya murni hasil pemikiran saya sendiri, tanpa menjiplak karya siapapun 🤗

Setetes Kebahagiaan (End)Where stories live. Discover now