003

40 18 3
                                    

"serius demi apa? Kenan ngajak lo duet?" Tanya Sesil, seraya membulatkan matanya.

"Awww!" Rintih Sesil saat Ayana mencubit pinggangnya.

"Jangan keras-keras lo tau sendiri kan penggemar Kenan di kelas kita bejibun," bisik Ayana.

Sesil menganggukkan kepalanya. "Yaudah nanti istirahat gue anterin lo ke ruang musik," Ayana pun menganggukkan kepalanya.

"Ngomong-ngomong tau darimana ya dia, kalo suara gue tuh bagus," ujar Ayana.

Sesil menoyor pelan kepala Ayana. "Feed ig lo kan isinya lo sedang nyanyi semua,"

Ayana tersenyum kuda. "Iya juga ya, Ig gue kan udah saling mengikuti sama goldenboys,"
-
-
-
-
-
"Mana Ken kata lo tuh cewek bakalan kesini?" Tanya Nino yang saat ini sedang memetik senar gitar nya.

"Bentar lagi juga dia kesini sabar dulu bisa kan?" Nino tersenyum kikuk saat Kenan menatap tajam dirinya.

"Ini stik drum gue kemana sih?" Tanya Reza, yang sedari tadi mondar-mandir.

"Tadi gue pakai buat main bisbol sama kakek gue," jawab Nino.

"Anj--"

"Becanda doang elah," Nino langsung memotong perkataan Reza.

"Kakek lo udah meninggal woy!" Ujar Kenan dengan hebohnya.

"Lah iya gue lupa," Nino menepuk jidatnya.

"Setres!" Cibir Reza dan Kenan secara bersamaan.

Ceklek

Ketiga pria tersebut beralih menatap pintu saat pintu terbuka dan menampilkan dua orang wanita.

"Datang juga," gumam Kenan, seraya menatap kearah pintu yang terbuka.

Ayana menggigit bibir bawahnya. "Ini seriusan?" Tanyanya ragu.

Sementara Sesil tersenyum tipis saat melihat Reza yang menatapnya, ia berdecak pelan saat melihat Reza berlalu mondar-mandir mencari stik drum nya.

"Akhirnya ketemu juga," ujar Reza seraya mengambil stik drum tersebut.

"Lo bisa nyanyi lagu apa?" Tanya Kenan.

Reza menghampiri mereka berempat. "Dia yang mau lo ajak duet?" Tanyanya seraya menunjuk Ayana, Kenan menganggukkan kepalanya sebagai jawaban pertanyaan Reza.

"Coba deh lo nyanyi lagu dear diary, entar gue yang akan mainin gitarnya," pintah Nino.

Ayana pun mulai bernyanyi sambil ditemani petikan gitar oleh Nino.

Mereka berempat sangat menikmati suara Ayana yang begitu merdu.

"Oh bahagia.. saat engkau menggenggam kedua tanganku,"

Ayana telah selesai bernyanyi ia pun menghampiri Kenan. "Gimana suara gue?"

"Fiks deh besok lo bisa langsung latihan sama kita bertiga," ujar Nino.

"Keren kan suara sahabat gue?" Tanya Sesil ke Kenan, namun matanya tertuju ke Reza.

"Ok besok lo kesini lagi," pintah Kenan.

"Gue boleh ikut nemenin nggak?" Tanya Sesil.

"Bilang aja lo mau modus sama Reza ya kan?" Tanya Nino. Karena sedari tadi Sesil terus saja memperhatikan Reza, dan Nino menyadari hal tersebut.

"Eh enggak ko, ayok Ay ke kantin, laper nih perut gue," tanpa berpamitan Sesil langsung menarik tangan Ayana untuk keluar dari ruang musik.
-
-
-
-
-
"Jadi gitu kak, besok gue bisa langsung latihan sama mereka," seperti biasa, Ayana selalu menceritakan hal yang menurut dia menarik untuk diceritakan.

"Owh yaudah semangat yah emang gue akui sih suara lo tuh emang bagus," ujar Andito.

"Ini baksonya silahkan dimakan," ujar sang pedagang bakso.

Saat ini Ayana dan Andito sedang memakan bakso di pinggir jalan, setelah menjemput Ayana, Andito mengajak Ayana untuk makan bakso.

"Emang suara gue mah bagus ka, beda sama lo," Ayana tersenyum smirk.

"Nyesel gue muji lo,"

"Setelah ini anterin gue ambil motor di bengkel yah,"

"Iya bawel banget lo," Andito mencubit gemas pipi Ayana.

Mereka berdua pun menikmati makanan mereka masing-masing.
-
-
-
-
-
"Makasih ya kak untuk hari ini nya, lo udah bayarin gue makan bakso, terus bayarin servis motor gue,"

"Iya sama-sama, udah sana masuk,"

Ayana pun memasuki rumahnya, disana sudah ada dua mobil Ferarri hitam terpakir, ia tahu betul itu mobil mamahnya, tapi mobil yang satu lagi ia tidak tau itu mobil siapa, malas untuk berfikir akhirnya Ayana pun turun dari motor matic nya dan memasuki rumah.

"Wah jeng Ayana tambah cantik aja yah,"

"Iya loh bahkan Kayla kalah,"

Ayana menatap mamah dan kedua sahabatnya dengan tatapan sulit diartikan.

"Iya cantik, tapi bodohnya itu loh nggak ketulungan," Ayana menundukkan kepalanya saat mendengar ucapan mamahnya.

"Eh Prita nggak boleh ngomong kaya gitu loh," ujar Siska teman Prita.

"Iya semua anak tuh punya kelebihannya masing-masing," sambung Sherin, yang juga teman Prita.

Ayana memutuskan untuk keluar dari rumahnya, ia tidak mau mendengar mamahnya yang menghinanya.

"Tuh liat sendiri kan bad attitude banget, pasti mau nongkrong-nongkrong nggak jelas tuh anak,"

"Yang sabar jeng, namanya juga anak muda," ujar Rani.

"Dia mah anak nggak tau diuntung,"

Samar-samar Ayana masih mendengar perkataan mamahnya, Ayana langsung melajukan motornya keluar dari rumahnya.

Hay Hay Hay semoga like yaa sama cerita yang aku buat, dan semuanya murni hasil pemikiran saya sendiri, tanpa menjiplak karya siapapun 🤗

Setetes Kebahagiaan (End)Where stories live. Discover now