010

31 12 1
                                    

Setelah selesai membayar taksi yang ditumpanginya, Ayana langsung berlari masuk kerumah sakit. Tadi mamahnya chat kalau Kayla jatuh dari tangga di sekolahnya.

"Mah gimana keadaan Kayla?" Tanya Ayana dengan tatapan cemas.

Plak

Prita menampar pipi Ayana. "Kamu nggak waras atau gimana? Kayla sedang berjuang didalam sana, sementara kamu asik bernyanyi nggak jelas di kafe, gila kamu!"

Prita menunjukkan ponselnya yang menampilkan video Ayana sedang bernyanyi di kafe, ia mendapatkan video tersebut dari postingan seseorang di aplikasi Instagram.

Plak

Prita kembali menampar pipi Ayana. Banyak pengunjung rumah sakit yang berlalu lalang disana, dan menatap Ayana dengan tatapan iba.

"Maaf mah, aku nggak tau," lirih Ayana.

"Kalau bisa ditukar, saya lebih pilih kamu yang berada didalam sana, bukan Kayla!"

Dokter yang memeriksa Kayla keluar dari ruangan tersebut.

"Gimana keadaan putri saya dok?" Tanya Prita dengan khawatir.

"Saat ini putri anda mengalami gegar otak ringan, akibat benturan keras di kepalanya," setelah menjawab pertanyaan Prita, dokter tersebut pergi berlalu.

"Puas kamu Ayana?!" Kemarahan Prita menggebu-gebu.

"Maaf mah," sungguh malangnya nasib Ayana, meminta maaf atas kesalahan yang tidak ia perbuat sama sekali.
-
-
-
-
-
Ayana melihat kebawah banyak sekali kendaraan yang berlalu lalang, saat ini dirinya sedang berada di rofftop rumah sakit, Prita tidak mengizinkan dirinya untuk masuk ke ruang rawat Kayla.

"Kalau gue mati sekarang, apakah dunia akan ikut bersedih?" lirihnya.

Ayana menghembuskan nafasnya pelan. "Kak Andito... lo dimana? Gue butuh lo,"

Biasanya disaat-saat dirinya terpuruk Andito selalu datang dan menghiburnya, namun kali ini Ayana tidak tau kemana pria itu pergi.
-
-
-
-
-
Andito terus saja mendorong kursi roda yang diduduki Rini, untuk menuju ke taman yang ada di rumah sakit.

"Bunganya indah yah Dit," ujar Rini memandang bunga yang ada di taman.

Andito menganggukkan kepalanya. "Kalau lo sembuh gue bakal beliin bunga itu untuk lo,"

Rini memanyunkan bibirnya. "Nggak adil,"

"Kenapa?" Tanya Andito.

"Banyak manusia di bumi ini, tapi kenapa harus gue yang menderita penyakit ini," jawabnya.

"Jangan ngomong gitu, disini yang sakit bukan cuman lo, lo liat," Andito menunjuk seorang anak kecil perempuan yang berada di kursi roda yang bisa dibilang keadaannya lebih parah dari Rini namun masih menampilkan senyum lebarnya.

"Dia masih bisa tersenyum dengan keadaan dia yang lebih parah dari lo," ujar Andito.

Rini menganggukkan kepalanya. "Lo bener, gue harus banyakin bersyukur, jangan pernah pergi dari gue ya Andito," ujarnya sambil tersenyum lirih.

Andito menatap mata Rini dan mengusap air mata Rini yang ada di pipinya. "Jangan nangis ya, apapun keadaannya gue akan selalu ada di samping lo," ujarnya.
-
-
-
-
-
Rini mendorong kursi roda, dan menghampiri gadis yang masih berseragam SMA yang kini sedang duduk di kursi yang ada di taman dengan pandangan kosong.

"Hay," sapa Rini.

Ayana menatap Rini, ia merasa tidak asing dengan perempuan di depannya, tapi ia terlalu malas untuk mengingatnya.

"Jangan berlarut-larut dalam kesedihan, nggak baik," ujar Rini.

Ayana tersenyum tipis. "Kakak hebat ya, masih bisa tersenyum dengan keadaan kakak yang sekarang," ujar Ayana.

Rini menganggukkan kepalanya. "Aku selalu diajarin buat bersyukur dengan apapun yang terjadi terhadap diriku," ujarnya.

"Kata dokter umurku nggak akan lama, tapi aku nggak mau kalau harus ninggalin mamah aku dan cowok yang aku sayang,"

"Umur nggak ada yang tau kak, aku doain Kakak supaya cepat sembuh dan hidup bahagia dengan mamah kakak dan cowok yang kakak sayang,"

"Makasih ya, kamu gadis baik semoga kebahagiaan selalu menjadi milikmu," ujar Rini.

"Disini kamu rupanya, cepat ikut saya!" Prita menarik tangan Ayana dan pergi berlalu dari taman tersebut.

Setelah kepergian Ayana dan Prita, Andito menghampiri Rini dengan tangan yang sudah membawa bubur.

"Gue cari lo kemana-mana juga,"

Rini tersenyum. "Hehe maaf," ujarnya.

Andito menganggukkan kepalanya. "Yaudah sekarang makan ya," dengan telaten Andito menyuapi bubur ke mulut Rini.

Hay Hay Hay semoga like yaa sama cerita yang aku buat, dan semuanya murni hasil pemikiran saya sendiri, tanpa menjiplak karya siapapun 🤗

Setetes Kebahagiaan (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang