024

24 11 0
                                    

Sepulang sekolah Kenan mengantar Ayana untuk membeli obat di rumah sakit.

Kenan terus saja mengoceh karena Ayana yang tidak mau memberitahu dirinya jika obatnya habis. "Lain kali lo kalau butuh sesuatu telepon gue aja, ini kalau gue nggak nebak obat lo habis, pasti lo nggak akan ngomong kan?" Mereka berdua berjalan beriringan di koridor rumah sakit.

Ayana menghentikan langkahnya saat melihat Gita yang sedang duduk di kursi ruang tunggu.

"Kenapa?" Tanya Kenan.

"Lo sendiri aja ya beli obatnya, gue ada urusan sebentar,"

"Ok, jangan kemana-mana gue tunggu lo disini," Ayana menganggukkan kepalanya, setelah itu Kenan pergi berlalu.

"Tante," panggil Ayana, perempuan itu mendongakkan kepalanya. "Bukankah kamu pasien yang kemarin?"

"Iya Tante, dan aku temannya kak Rini, ngomong-ngomong gimana keadaan kak Rini?" Tanya Ayana.

"Dia sekarang lagi koma,"

Ayana hampir terkejut, namun sebisa mungkin iya harus bersikap tenang. "Tante yang sabar ya,"

Gita menganggukkan kepalanya. "Ginjal Rini tuh rusak, sementara di keluarga hanya ada ginjal papahnya yang cocok, tapi papahnya pun tidak perduli akan hal itu,"

"Kak Rini tuh orang baik, aku yakin pasti akan ada pendonor ginjal buat kak Rini,"

"Makasih ya sayang doa nya," ujar Gita.

Ayana melihat dari luar ruangan Rini, dan dia dapat melihat kehadiran Andito disana.

Gita yang menyadari nya pun lantas menyuruh Ayana untuk masuk. "masuk aja, kalau mau melihat Rini," pintahnya.

Ayana menggelengkan kepalanya. "Tidak usah Tante, say--"

"Ayana gue udah selesai beli obatnya, ayok pulang," setelah berpamitan dengan Gita Ayana langsung pulang bersama Kenan.

"Lo kenal sama ibu-ibu tadi?" Tanya Kenan, seraya memberikan helm ke Ayana.

Ayana memakai helm tersebut. "Anak dia lagi koma dan membutuhkan pendonor ginjal, ngomong-ngomong menurut lo gimana kalau gue donorin ginjal gue ke dia?"

"Lo gila Ay! Keadaan lo aja kaya gini, udah jangan berfikir yang nggak-nggak,"
-
-
-
-
-
Motor yang dikendarai Kenan sudah sampai di halaman rumah Ayana.

"Inget kalau lo butuh sesuatu telepon gue aja," ujar Kenan, saat melihat Ayana turun dari motornya. "Dan hilangin pikiran lo yang katanya lo mau donorin ginjal lo,"

Ayana berdecak kesal. "Lo bawel,"

Kenan menggenggam kedua tangan Ayana. "Pliss Ay, gue tuh khawatir sama lo, gue nggak mau terjadi sesuatu sama lo,"

"Iya Kenan.." ujar Ayana seraya menarik tangannya dari genggaman Kenan.

"Sorry kalau gue agak sedikit lebay, gue kaya gitu karena gue sayang sama lo Ay dan gue nggak mau terjadi sesuatu sama lo," setelah berkata seperti itu Kenan mendekati Ayana, tatapannya tertuju ke bibir Ayana, ia menempelkan bibirnya ke bibir Ayana, perlahan namun pasti Kenan mencium dan sedikit melumat bibir Ayana, Ayana hanya diam mematung, ia masih terkejut dengan perlakuan Kenan, Ayana menepuk pundak Kenan, Kenan pun langsung menghentikan aksinya, ia menatap ayana. "Maaf," hanya kata itu yang bisa ia ucapkan kepada Ayana. Setelah itu Kenan langsung pergi dengan motornya.

Ayana masih terpaku akibat ciuman yang diberikan Kenan dan itu adalah ciuman pertama yang Ayana rasakan dan ia masih memikirkan perkataan Kenan, ini bukan kali pertamanya Kenan mengungkapkan perasaan nya, ia pikir Kenan hanya main-main dengan ucapannya, tapi Ayana belum sepenuhnya menaruh perasaan lebih ke Kenan.

"Gue penyakitan Kenan, lo pantes dapetin jauh yang lebih baik dari gue," lirih Ayana.
-
-
-
-
-
"Ayana itu batu mah, untung aja Kenan air jadi bisa lah buat Ayana sedikit luluh," ujar Kenan.

Sherin terkekeh mendengar perkataan putra semata wayangnya. "Jadi ceritanya putra mamah ini lagi mencoba buat Ayana jatuh cinta ke kamu?" Tanyanya.

"Ini karena mamah juga sih yang nyuruh Kenan buat jagain Ayana, kan jadinya lama-lama Kenan jadi baper sendiri," jawabnya.

"Nggak papa lagipula kalau kamu sama Ayana, mamah setuju tuh, tetap lindungin Ayana ya apapun yang terjadi," Kenan menganggukkan kepalanya.
-
-
-
-
-
Baru saja Ayana memasuki rumahnya, ia melihat Kayla yang sedang menarik koper.

"Lo mau kemana Kay?" tanya Ayana.

"Dua Minggu lagi kan gue ada olimpiade di Singapura, jadi sekarang gue harus nginep di hotel Singapura untuk seleksi sekaligus latihan,"

Ayana menganggukkan kepalanya. "Mamah gimana?" tanyanya.

"Mamah tetap dirumah,"

Ayana menundukkan kepalanya, jujur saja ia takut Kayla pergi, karena pasti mamahnya bakalan semena-mena terhadapnya.

Kayla menyadari raut wajah Ayana. "Lo tenang aja, gue jamin mamah nggak nyiksa lo, soalnya katanya selama gue pergi mamah bakalan tinggal di apartemen,"

Akhirnya Kayla bernafas lega.

Prita keluar dari kamarnya dan menghampiri keduanya. "Sayang mamah tunggu di mobil ya," ujarnya seraya mengelus rambut Kayla, setelah itu ia pergi keluar rumah.

"Doain gue menang ya Ay entar piala nya gue kasih ke lo deh sebagai ulang tahun kita," Kayla memeluk Ayana, dan Ayana pun membalas pelukannya.

"Berarti nanti saat acara perpisahan sekolah gue, lo nggak ada disini ya? Padahal gue jadi vokalis loh," ujar Ayana seraya melepas pelukannya.

Kayla menganggukkan kepalanya. "Lo videoin aja ya, ntar kirim ke gue, gue kangen sama suara emas lo," Ayana tersenyum sambil menganggukkan kepalanya.

Hay Hay Hay semoga like yaa sama cerita yang aku buat, dan semuanya murni hasil pemikiran saya sendiri, tanpa menjiplak karya siapapun 🤗

Setetes Kebahagiaan (End)Where stories live. Discover now