Delapan

175 13 0
                                    

"Lo mendiamkan Bang Fatih karena dia enggak langsung mengabari lo?"

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Lo mendiamkan Bang Fatih karena dia enggak langsung mengabari lo?"

Pergerakan tanganku yang sedang mengaduk-aduk bubur terhenti. Hari ini Mbok Sum tidak masuk karena suaminya sedang sakit. Awalnya, bunda yang akan membuatkan. Tetapi, kucegah. Bagaimanapun juga aku masih menjadi istri Mas Fatih. Tidak baik rasanya jika bersikap tak peduli.

Sebagai jawaban, aku menggeleng. Memang bukan sepenuhnya karena Mas Fatih tidak segera mengabariku.

"Yang gue tahu dia cuma enggak mau lo khawatir. Bukan berarti gue bela dia. Kadang dia memang keras kepala. Gue saja susah menghadapi kalau dia sudah begitu."

Aku tahu. Masalahnya, kenapa harus Syifa yang menyuapi Mas Fatih? Mas Fatih juga kenapa mau-mau saja?

"Sorry, bukan maksud gue ikut campur masalah kalian berdua."

"Iya enggak apa-apa." Aku diam sesaat. Melihat Ghazi selesai menuangkan airnya, membuatku bertidak.

"Boleh tanya sesuatu?"

Kening Ghazi sempurna tertekuk. "Boleh. Kok gue jadi deg-degan. kayaknya serius, ya?"

"Bisa jadi," jawabku cepat sambil menimbang-nimbang kata mana yang pas diutarakan. "Selama ini lo merasa ada yang aneh enggak sama Mas Fatih dan Syifa?"

Raut kebingunan terlihat jelas di wajah Ghazi.

Cepat-cepat aku menjelaskan. "Maksud gue hubungan mereka enggak lebih dari kakak adik biasa, kan?"

Ghazi malah tersenyum. "Lo cemburu lihat kedekatan mereka?"

Jelas. Dia malah tanya. Aku pura-pura fokus menuangkan bubur ke mangkuk.

"Enggak perlu dijawab, gue tahu jawabannya."

Dasar!

"Sepenglihatan gue dari dulu juga mereka biasa-biasa saja. Enggak ada gerak-gerik yang mencurigakan. Kalau mereka ada apa-apa, enggak mungkin, kan, Bang Fatih mengenalkan Dokter Radit sama Syifa sampai akhirnya mereka berdua menikah?"

Aku mengangguk agak ragu. Belum sepenuhnya setuju. Ada banyak kemungkinan yang bermunculan di kepalaku. Salah satunya bisa saja dulu Syifa merasa tidak memiliki rasa apa-apa pada Mas Fatih. Lalu, sekarang dia baru menyadari. Begitu juga Mas Fatih.

Atau sejak dulu Syifa terlalu takut jika perasaanya tak terbalas, hingga memutuskan menutupnya rapat-rapat?

Sayangnya, aku tidak menangkap tanda-tanda Ghazi berbohong. Mungkin memang Ghazi tidak melihat kedekatan Mas Fatih dan Syifa yang akhir-akhir ini mulai tampak. Sebagai anak konseling, Ghazi memang cukup pandai dalam bersikap.

"Lo enggak usah khawatir gitu. InsyaAllah, Bang Fatih setia sehidup sesurga sama lo. Enggak mungkin dia tega mengkhianati lo. Kalau sampai itu terjadi, gue enggak bakal tinggal diam."

Tersadar akan kalimat terakhirnya yang membuat keningku mengerut, seketika Ghazi melarat ucapannya. "Maksud gue, gue enggak akan membiarkan lo disakiti sama Bang Fatih. Itu berarti sama saja dia menyakiti bunda."

Cinta ShanumWhere stories live. Discover now