Tiga

194 9 0
                                    

"Kenapa Mas Fatih mau menikahi Syifa?"

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Kenapa Mas Fatih mau menikahi Syifa?"

Mas Fatih yang baru saja berjalan beberapa langkah dari kamar mandi, seketika mematung. Tangannya yang juga sibuk menggulung lengan kemeja ikut terhenti.

Sudah kepalang tanggung. Aku tidak bisa terus terjebak dalam situasi membingungkan ini tanpa ada penjelasan dari Mas Fatih.

"Apa mas lupa pada permintaan Shanum sebelum kita menikah? Shanum enggak siap dan enggak akan pernah siap dipoligami. Dan mas sudah berjanji tidak akan menduakan Shanum. Jika pun itu terjadi, kita harus berpisah."

Aku memalingkan wajah. Berat rasanya mengatakan kalimat terkahir. Jauh dari lubuk hati yang paling dalam, aku tidak pernah mau dan tidak pernah membayangkan berpisah dari Mas Fatih. Dia satu-satunya lelaki yang membuatku berani bertanya pada papa dan mama apakah aku sudah diizinkan untuk menikah. Ya, dia lelaki yang sebelas bulan lalu menjabat tangan papa. Sejak detik itu pula, sepenuhnya kuserahkan cinta ini hanya untuknya. Muhammad Fatih Al Haidar.

Mengingat itu air mataku bercucuran tanpa bisa dicegah.

"Dik." Mas Fatih mendekat. Memilih posisi jongkok. Sementara aku masih pada posisi awal. Duduk di pinggir tempat tidur.

"Jawab, Mas!" Aku menatapnya tak gentar. Jangan sampai aku telihat lemah.

Ya Allah, maaf jika aku sudah berani meninggikan suara kepada suami sendiri.

Gurat kesedihan tergambar jelas di wajah Mas Fatih. "Mas belum bisa bercerita soal alasan kenapa mas harus menikahi Syifa."

"Kenapa begitu?" tanyaku berusaha meredam emosi.

Mas Fatih menghela napas berat. "Belum saatnya adik tahu."

Sayangnya, jawaban Mas Fatih membuat dadaku kembali panas. "Lalu kapan mas mau memberitahu? Aku enggak bisa hidup tenang sebelum mas mengambil sikap tegas."

"Jika waktunya sudah tepat. Mas akan menceritakan semuanya pada adik."

Aku menggeleng tegas. Mas Fatih benar-benar sudah berubah. Atau jangan-jangan seperti ini lah Mas Fatih yang sebenarnya?

"Pilih aku atau Syifa?" tanyaku pasrah.

Mas Fatih diam. Menunduk.

"Mas tidak bisa," jawabnya mantap.

Aku tertegun beberapa saat. "Tidak bisa apa maksud Mas?"

"Mas tidak bisa untuk tidak menikahi Syifa."

Tanganku refleks menbekap mulut. Menahan tangis. Ya Allah kenapa Mas Fatih menjadi seperti ini?

"Jadi, mas lebih memilih Syifa?" Suaraku nyaris menghilang saat mengatakan nama perempuan seusiaku itu.

Mas Fatih menggeleng. "Mas tidak bisa berpisah dari adik. Tapi, mas juga tidak bisa untuk tidak menikahi Syifa."

Kedua tanganku refleks menutup wajah. Cukup. Aku tidak sanggup lagi mendengar ucapan Mas Fatih. Dadaku terasa semakin sesak.

Cinta ShanumWhere stories live. Discover now