School

3.5K 229 0
                                    

Remaja itu meringkuk di lantai kamar mandi yg dingin dan lembab. Suaranya telah habis bahkan hanya untuk sekedar mengerang. Ia merutuk dalam hati, sebab tubuhnya ternyata cukup kuat untuk tetap tersadar.

Yang mana itu lebih menyiksa. Netranya samar masih mampu melihat 4 atau 5 orang yg belum selesai menginjaknya. Seluruh tubuh remuk redam. Tulang terasa patah dimana mana.

Darah bahkan telah mengering di sudut bibir dan hidung. Mata sebelah kiri bahkan sudah tidak bisa melihat lagi akibat bengkak.

Lantas mengapa para manusia ini masih tertawa tawa dan belum puas juga. Haruskah sampai pemuda itu mati?

Tidak. Mereka tak menginginkan mainan mereka tiada. Sebab hari hari berikutnya akan sangat merepotkan untuk mencari mainan baru.

" Sudah cukup untuk hari ini. Jangan sampai dia tewas" perintah dari si pengendali.

" Dasar banci. Cuihh"

" See you next time, bitch!! Hahaha,,"

Dengan menyeret kakinya yg memar. Dia berhasil bersandar di tembok tempat di belakangnya. Nafasnya memburu, darah rasanya terkumpul di tenggorokan.

Bau anyir darah membuatnya mual. Tangannya mengusap poni yg hampir menutupi mata bulat itu. Rambut cokelat itu hampir seluruhnya basah.

" Sialan!! Bajingan gila"

Lee Taeyong. Pemuda yg hampir seminggu ini menjadi bahan bully di kelas barunya. Dia hanya bisa mengumpat dan merutuki nasibnya yg tak bisa melawan.

Lihat saja tubuh ramping itu. Lengannya bahkan tak menunjukkan adanya otot. Taeyong benci terlahir seperti ini. Lemah.

Ditindas seperti ini bukanlah sekali dua kali ia rasakan. Bahkan ini baru seminggu setelah kenaikan kelas, dan si keparat baru, muncul untuk bersenang senang dengan tubuhnya.

Beruntungnya ia tidak diperkosa. Banyak yg mengatainya banci ataupun penyuka sesama jenis. Hanya karena tubuhnya yg memang teramat feminim.

Taeyong berusaha berdiri berkali kali namun selalu gagal akibat rasa nyeri di kaki tidak berhenti.

Satu siswa memasuki kamar mandi. Terlihat terkejut mendapati Taeyong yg bersandar di ujung ruangan. Namun setelah bersitatap dengan pemilik mata bulat itu. Bukannya segera membantu, siswa itu buru2 mengalihkan pandangan.

Dia dengan cepat menyelesaikan urusannya. Pergi meninggalkan Taeyong yg masih berusaha berdiri.

Taeyong tersenyum sinis," Dasar pengecut"

Taeyong memang dari awal seorang yg penyendiri. beberapa orang mencoba berteman dengannya, tapi Taeyong bukanlah manusia yg suka bersosialisasi.

Hidupnya adalah kamar dan buku. Sumpah, jika ia tak dipaksa bibi Anne untuk sekolah. Sudah pasti ia tak akan pernah mendapati perlakuan buruk ini sepanjang hidupnya.

Kurang mengenaskan apa lagi dia, orang tuanya pun sudah tiada sebelum ia tau wajahnya. Ia tumbuh bersama bibi Anne, yg ia percaya adalah adik dari sang Ibu.

Sekolah sudah mulai sepi karena sudah waktu jam pulang. Taeyong mengemasi barang2 nya yg sempat tercecer akibat ulah anak2 tadi.

Ketika ia keluar kamar mandi. Langit sore menyambutnya. Dengan kakinya yg pincang, dia paksa berjalan menuju parkiran.

Bergegas dia menaiki sepedanya dan segera pulang.

Taeyong menaiki tangga dengan perlahan lahan

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


Taeyong menaiki tangga dengan perlahan lahan. Dari dalam toko bibi Anne terbelalak dan dengan tergesa keluar toko untuk menghampiri si keponakan.

" Ya Tuhan apa yg terjadi padamu,nak??!! Siapa yg melakukannya?" Teriak Bibi Anne histeris. Bibi menuntun dengan hati hati sambil terus mengomel.

" Dimana saja yg sakit yongie? Sebentar biar bibi ambilkan obat"

Taeyong sudah duduk di salah satu kursi pelanggan. Beberapa pengunjung meliriknya sekilas, menampilkan wajah prihatin umumnya.

Bibi kembali dengan sekotak obat2 an. Dengan telaten mengobati memar di kaki dan wajah.

" Mata kiri mu bisa melihat nak?"

" Tidak bisa"

" Bibi antarkan dulu ke kamar ya, setelah ini bibi bawakan kompres"

" Tidak perlu diantar bi, ambilkan saja kompresnya nanti"

" Tapi,

" Bibi tetap harus menjaga toko kan?"

" Sudah tak apa, aku bahkan selamat bersepeda dari sekolah sampai rumah" Taeyong mencoba menenangkan sekali lagi.

Akhirnya bibi anne membiarkan Taeyong keluar dari toko dan menaiki tangga menuju kamarnya.

.
.
.

Satu bulan telah berlalu. Para penindas itu masih sering menyiksa Taeyong, meskipun tidak sesering dulu.

Kini ia sedang duduk bersila di antara rak2 buku perpustakaan. Melahap buku tebal bersampul kuno itu. Sudah setengah jam berlalu dan Taeyong sudah sampai di halaman 156. Hampir setengah dari buku.

Dia sepenuhnya masuk dalam cerita. Mengabaikan dimana dia berada. Mengabaikan di zaman apa dia. Dan tak peduli jika waktu terus berjalan.

" Tidak. Bukan dia pembunuhnya bodoh!!!"

" Shella si jalang satu itu benar2 licik"

" Bodoh!! Apa yg kau pikirkan??"

Gumaman atau sesekali pekikan itu keluar sendiri dari mulut Taeyong tanpa sadar. Saking asiknya terbawa dalam cerita.

" Hey kamu! Sudah waktunya jam pelajaran. Cepat masuk kelas!" Peringatan guru penjaga perpustakaan membuat Taeyong terlonjak.

" Oh maaf Bu"

" Jadi pinjam atau tidak?"

" Ini Bu" ucap Taeyong sembari menyerahkan buku yg sedari tadi ia baca.

" Kembalikan 3 hari lagi ya"

.
.
.

Hari ini Taeyong sengaja tidak membawa sepedanya. Karena ingin membaca buku tadi sembari menikmati perjalanan menuju rumah.

Taeyong sudah biasa membaca sambil berjalan. Makanya dia tidak khawatir akan menabrak orang ataupun pohon selama perjalanan.

Di halaman 200 buku itu, konflik mulai mereda. Beberapa tokoh mulai terungkap. Saat membuka ke halaman 201, adegan selanjutnya bukanlah kelanjutan dari cerita.

Melainkan buku itu telah terampas dari tangan Taeyong. Rasa terkejutnya membuat Taeyong segera sadar ke dunia nyata.

" Apa yg sedang kau baca?"

" Kembalikan!" Taeyong berusaha menjangkau buku itu, namun akibat perbedaan tinggi badan mereka. membuat dia kewalahan.

" Lembah Vampire?"

" Kau percaya dengan hal2 begini. Dasar udik"

" Kemarikan!"

" Kau mau ini? Ayo lompatlah lebih tinggi"

Meski sedang berebut buku. Sempat terlintas di pikiran Taeyong mengapa Ian alias si penindas ini sendirian. Dimana kawananya?

" Kenapa berhenti? Lelah?" Tanya Ian ketika Taeyong tak lagi melompat.

Taeyong segera menendang tulang kering Ian sekeras tenaga. Seketika dia mengaduh sembari memegangi kakinya.

Taeyong merampas buku itu dan berlari dari sana sekencang yg ia bisa. Tak ia sangka, para anak buah Ian bermunculan.

" TANGKAP TIKUS ITU SIALAN!! Cepat!!"

Taeyong semakin panik, otak bodohnya tiba tiba menyuruhnya untuk masuk ke hutan.

Hutan yg entah sejak kapan ada di dekat sekolahnya. Yg pasti Taeyong harus menyelamatkan diri. Meskipun keluar mulut harimau, masuk mulut buaya.

TBC.

Jumat,7 April 2023
02.04

Dark Elf [JAEYONG]Where stories live. Discover now