chapter 14

15K 524 3
                                    

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم
.
.
.
.
.

Waktu terus berjalan, hingga tak terasa mentari sudah mulai menenggelamkan dirinya di pelosok barat dan meninggalkan semburat-semburat jingga yang mewarnai langit senja.

Mengingat kejadian tadi rasanya Xavia ingin saja membalas mereka berdua. tapi apa daya jika ia semakin melawan malahan mereka akan semakin bertindak lebih jauh lagi. Apalagi mengenai ancaman yang mereka sodorkan kepadanya tidak main-main.

Huh, biarlah Xavia serahkan kepada daddy nya nanti. entah apa jadinya jika sang ayah mengetahui kejadian ini. tidak bisa membayangkan akan menjadi apa mereka berdua jika Anthony tahu yang sebenarnya.

" Mbak Xavia darimana saja? sedari tadi terus kita cari "

" Maaf, aku sedang ada urusan tadi, " jawab Xavia sambil menunduk.

" Mbak Xavia tidak apa? kenapa dari tadi menunduk? " tanya Nadin sedikit curiga.

" Aku baik-baik saja, " gumam Xavia dengan nada yang terlihat letih.

" Aku tidak percaya, coba lihat, " ujar Mira beralih ke hadapan Xavia.

" Astagfirullah, kamu kenapa mbak? wajah kamu memar semua. ini kenapa dahi kamu ada bercak darah juga," cecar Nadin dengan teramat panik.

" Mbak, jujur sama kita berdua. wajah kamu kenapa? " tanya Mira memaksa Xavia.

" Tidak apa, aku tadi tidak sengaja terserimpet. akhirnya aku terjedot  batu, " ujar Xavia berbohong enggan mengatakan apa yang terjadi sebenarnya.

" Yang benar? mbak tidak bohong bukan? kenapa bisa? "

" Ini parah sekali mbak, seperti bekas kekerasan, " sambung Nadin.

" Aku baik-baik saja, " ucap Xavia menyela.

" Kalau begitu mbak mandi dulu saja karena sebentar lagi masuk waktu magrib. aku akan membawakan air hangat untuk mengobati luka mbak Xavia,  " jelas Nadin.

" Iya, " jawab Xavia singkat.

•••

" Bagaimana mbak? sudah membaik? " tanya Nadin kepada Xavia.

" Lumayan, " sahut Xavia sedikit mengangguk.

" Lain kali hati-hati mbak, lihat-lihat kalau jalan, " omel Mira.

" Iya tahu, siapa juga yang ingin terkena musibah, " ketus Xavia menatap malas.

" Mbak Xavia, tadi Ning Kirana bertanya mengenai kamu. tumben akhir-akhir ini tidak pergi ke ndalem padahal kamu ada jadwal piket, " sahut Mira.

" Aku lupa. seharusnya tadi aku pergi ke ndalem tapi ternyata dapat musibah, " tutur Xavia.

" Tadi aku sudah mengatakan ke Ning Kirana kalau kamu sedang sakit, " sahut Nadin.

" Omong-omong besok hari minggu, kita mau keluar kemana? "

" Seperti biasa aja, jalan-jalan ke pasar, " ujar Mira menatap kedua gadis itu.

" Kenapa tidak ke mall saja? sekali-kali supaya tidak ke pasar terus. bosan, " ujar Xavia menanggapi.

" Di mall mahal-mahal mbak, memang mbak ada uang banyak? " ucap Nadin yang mendapat pelototan kecil dari Mira.

Guliran Tasbih Aldevaro [Segera Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang