chapter 12

15.5K 554 5
                                    

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم
.
.
.

' jika dia memang takdirmu yang tertulis di lauhul mahfudz, dia tidak akan melewatimu. Terkadang apa yang menurut kita baik, belum tentu menurut Allah juga baik '

- Xavia Alber -
.

.

Seketika ruangan itu terasa dingin seperti tak berpenghuni. keluarga ndalem terlihat sedang menyidang Xavia karena ketahuan kabur. apalagi sekarang ini Gus Varo juga sudah ikut andil dalam persidangan sesaat setelah Gus Arsha memanggil nya seusai sholat tahajud.

" Jadi benar apa kata Gus Arsha tadi jika kamu berusaha kabur? "

" Maaf Gus, " ucap Xavia menunduk takut.

" Apa alasan kamu untuk kabur dari sini? " sahut Gus Varo dengan nada bicaranya yang terdengar sangat tegas.

" Saya tidak bisa mengatakan alasannya, " cicit gadis itu.

" Nak, katakan kepada ummah apa alasan kamu. nanti kita cari jalan keluarnya sama-sama, " sahut Ning Kirana.

Xavia tetap diam tak bergeming seperti ada sesuatu yang disembunyikan nya tanpa harus orang lain mengetahuinya.

" Nak, " panggil Ning Kirana lagi sambil memegang tangan Xavia yang dimana dibalas rintihan pelan olehnya.

" Apa kamu baik-baik saja? ada yang sakit? " tanya Ning Kirana memancarkan kekhawatiran.

" Tidak ummah, " jawab Xavia.

Karena tidak percaya dengan perkataan Xavia, langsung saja Ning Kirana melihat pergelangan tangan Xavia dan alangkah terkejutnya dia melihat memar biru ditangan Xavia.

" Astagfirullah, ini kenapa nak? " ujar Ning Kirana terkejut.

" Ada apa ummah? "

" Lihat, kenapa pergelangan tangan Xavia memar seperti ini? " tunjuk Ning Kirana kepada semua orang yang ada disana.

" Tangan Xavia baik-baik saja ummah, hanya sedikit jatuh, " elak Xavia memberikan alasan.

" Kamu yakin jatuh tapi sampai menimbulkan memar seperti itu? " tanya Gus Mahen mengintrogasi.

" Na'am Gus, " cicit Xavia pelan.

" kalau begitu biar ummah obati terlebih dahulu "

" Tidak perlu ummah, Xavia bisa melakukan itu sendiri, " tolak Xavia.

" Ayah kamu harus tahu mengenai hal ini nak, " sahut kyai Alif.

" Apa? jangan kyai! ini hanya luka kecil, " ujar Xavia menggelengkan kepalanya.

" Tapi mengenai masalah kamu yang ingin kabur, ayah kamu harus tahu, " sahut Gus Varo cepat.

" Jangan Gus! nanti daddy akan memarahi Xavia. bukannya Gus itu tampan, berakhlak mulia dan tidak sombong, " puji Xavia diakhir kalimat nya.

" Tidak mempan kamu memuji saya seperti itu, " ucap Gus Varo cuek.

" Tapi telinga Gus merah, " ucap Xavia menunjuk kearah telinga Gus Varo.

" Apa? tidak ada, " elak Gus Varo sembari menutupi telinganya.

" Gus Varo salah tingkah dipuji Xavia, bukan? " goda Xavia menaik turunkan alisnya.

" Xavia, diam kamu! " tegur Gus Varo yang merasa sedikit malu kepada keluarga ndalem.

" Gus Varo kapan mengucap qobiltu dihadapan penghulu? "

Guliran Tasbih Aldevaro [Segera Terbit]Onde as histórias ganham vida. Descobre agora