Part 23 : Sinar bulan

Mulai dari awal
                                    

"Udah duduk sendiri, Alya gak bisa dihubungi" keluh Aesa sejak duduk di salah satu meja kantin sambil menunggu Indah membawa makanan pesanan mereka.

"Minimal bantu lah, Al, walau dari jauh".

"Apa sih, Es?" sahut Indah yang baru saja datang di meja mereka.

"Gak apa-apa" Aesa langsung menyeruput es jeruk yang segar, "Gimana Bagas? Udah di-print?".

"Udah" jawab Indah.

Tangan Aesa menyenggol kecil lengan Indah tanpa lepas pandangan dari sesuatu yang ada di belakang gadis itu, "Mas Bayu, Ndah".

Indah berdecak, "Gak ah, aku gak mau urusan lagi sama pacarnya".

"Besok kan kita libur nih, ke pasar yuk!" ajak Aesa, "Bahan di rumah udah mau habis".

"Yuk! Ibu juga minta beliin ikan sih" Indah menerima ajakan Aesa.

Kalau diingat-ingat lagi, Indah tidak pernah sedekat ini dengan orang baru. Tetapi karena dimatanya Aesa adalah gadis kota keren yang menyenangkan, Indah jadi ingin mengenalnya.

Indah senang karena memiliki teman dekat yang rumahnya juga berdekatan dengannya. Aesa sendiri juga senang bisa cepat akrab dengan Indah, seorang gadis desa sederhana yang ramah dan hampir tidak pernah memarahinya.

Saat ini Aesa berada di taman belakang sekolah, berpisah dengan Indah yang langsung kembali ke kelas. Sambil menunggu bel berbunyi, Aesa menyibukkan diri dengan merangkai lagi bunga ilalang menjadi sebuah mahkota.

Gadis itu melihat ke sekitar, pelan-pelan ia memanggil Chandra untuk datang.

"Saya di sini!".

Mata Aesa menyipit melihat sosok laki-laki berada di atas pohon mangga tengah duduk dengan kaki yang mengayun.

Gadis itu tersenyum kemudian mengangkat mahkota bunga ilalang itu seolah meminta Chandra untuk datang dan memakainya.

Dengan cepat Chandra melesat dan sampai di depan Aesa, si cantik kemudian memakaikan mahkota rangkaiannya sendiri itu di kepala Chandra.

"Suka?" tanyanya. Chandra mengangguk kecil, "Yang kemarin masih saya simpan, sekarang saya punya dua".

"Lo simpen di mana sih? Sobekan foto juga" tanya Aesa heran yang kadang membuatnya berpikir bahwa Chandra mempunyai markas rahasia.

Sosok itu hanya tersenyum sampai matanya menyipit, "Belum saatnya kamu tau" ujarnya.

Aesa memberi tamparan kecil pada pipi kanan Chandra guna menyalurkan kekesalannya, "Sok misterius banget sih" cibir gadis itu.

"Kamu gak masuk kelas?" Chandra bertanya mengalihkan topik pembicaraan mereka.

"Nanti, belum bel" jawab Aesa, "Lagian juga gak boleh masuk, cuma duduk-duduk aja di luar".

"Daripada satu jam gue di luar kayak orang linglung, mending di sini ada yang nemenin" lanjut Aesa.

"Siapa?" Chandra menghilang saat itu juga setelah bertanya membuat Aesa kebingungan.

"Chandra! Gak lucu tau!" gadis itu merengek kesal.

Sosok itu muncul kembali sambil tertawa memegangi perutnya, tawa Chandra terdengar renyah dan ramah menyapa telinga membuat Aesa berusaha menahan senyumnya.

"Maaf ya" ujar Chandra dengan sisa tawanya.

Aesa memasang wajah merajuk, "Gak mau temenan lagi" ucapnya ketus.

Tanpa diduga Chandra meraih tangan Aesa membuat si empu lantas menoleh kearahnya, mata sayu yang Chandra miliki menatap dalam netra cantik Aesa tak lupa senyum tipis dari sosok itu.

My Lovely Ghost | SELESAITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang