chapter 8

16.6K 543 0
                                    

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم
.
.
.
.
.

Singapura

Disebuah gedung tinggi tepatnya di ruangan bernuansa modern terlihat tiga orang yaitu atasan dan dua bawahan sedang membicarakan sesuatu yang terlihat amat serius.

" Bagaimana hasilnya? " tanya pria itu menuntut jawaban dari bawahan yang diperintahkan olehnya.

" Sesuai apa yang anda pikirkan tuan, dia memang saudari anda, " jawab bawahan pria itu.

" Jadi tebakan ku benar? "

" Iya tuan, dari informasi yang saya dapat, dia telah menikah dua puluh dua tahun yang lalu. dan jika dilihat dari gerak-gerik nya saya rasa dia sama sekali tidak mengenal anda, " jelas sang bawahan.

" Tentu saja, mustahil dia mengenaliku karena aku terpisah dengan dia saat aku berumur tujuh tahun, " balas pria itu menyetujui perkataan yang dilontarkan oleh pria didepannya.

"  Bukankah itu berarti sudah puluhan tahun yang lalu? bagaimana anda bisa mengenali dia? maaf jika saya lancang bertanya tuan, " ujar pria itu sedikit ragu.

" Namanya, aku sangat mengingat orang-orang terdekat ku walaupun sudah bertahun-tahun lamanya "

" Dari informasi yang tertera, mereka dikaruniai tiga orang anak. tetapi anak pertama mereka sudah tiada. umur masing-masing anak mereka hanya berjarak dua tahun, " jelas bawahan pria itu dengan memberikan sebuah map berisi informasi yang dibutuhkan oleh pria tersebut.

" Tiada? karena apa? " tanya sang atasan penasaran.

" Hilang karena sebuah kesalahan dalam kasus penculikan "

" Maksudmu? " tanya pria itu lagi.

" Iya tuan. saya dengar anda ada meeting untuk peluncuran produk terbaru hari ini. jadi saya akan menjelaskan lebih lanjut kepada anda nanti, " sela salahsatu pria mengalihkan pembicaraan mereka.

" Kenapa jadi kau yang mengaturku? " ucap sang atasan sembari menatap tajam kearah nya.

" Aku membayar mu bukan untuk memberi informasi dengan setengah-setengah. kau berniat mempermainkan ku hm? " lanjut pria itu mulai tersulut emosi.

" Tidak tuan, maafkan saya, " sesal sang bawahan.

Melihat situasi yang berubah menjadi tajam, salahsatu pria yang menjabat sebagai sekretaris segera saja memisahkan mereka agar tidak terjadi hal yang tidak diinginkan. karena ia sendiri sudah tau bagaimana tabiat atasannya itu.

" Tuan, dia tidak berniat mempermainkan anda. memang sekarang anda sudah ditunggu di ruangan meeting. maafkan saya karena mengizinkan dia datang diwaktu yang tidak tepat, " jelas sekretaris pria itu.

" Ck, kau tunggulah disini! " titah sang atasan berdecak sembari menunjuk salah satu bawahannya.

" Siap tuan, " patuhnya.

•••

" Xavia, ulangi apa yang telah saya jelaskan barusan, " tegur Gus Varo menyadarkan gadis itu dari lamunannya.

" Apa Gus? " tanya Xavia sedikit gugup karena kepergok oleh pria tersebut.

" Apa yang kamu pikirkan? sikap kamu sangat mencerminkan kepribadian kamu yang tidak menghormati guru, " jelas Gus Varo.

" Saya tidak bisa fokus Gus "

" Keluar dan hafalkan nadhom alfiyah! setorkan ke saya sehabis sholat isya'! " ujar Gus Varo tak mau dibantah.

Guliran Tasbih Aldevaro [Segera Terbit]Место, где живут истории. Откройте их для себя