15. Ngidam

636 96 6
                                    

Kabar kehamilan Mutia sudah sampai ke telinga keluarga besar Arya. Mama, Papa dan kedua adik Arya bahkan sampai pergi ke Bandung hanya untuk bertemu dengan Mutia.

Arya sendiri sampai menggelengkan kepalanya, karena merasa percuma, toh besok sore dia dan Mutia akan kembali ke Jakarta.

Keluarganya itu memang terlalu antusias sampai membuat Arya sendiri heran.

"Teteh mau apa? Mau mama buatin rujak?" Tanya mama.

Padahal kondisi mama sendiri baru saja sampai di Bandung, dan kini tengah duduk santai di halaman belakang bersama dengan Ibu dan kelima saudara iparnya.

"Iya tuh udah lama kita gak ngerujak?" Timpal teh Windu.

"Gimana neng mau?" Kali ini ibu yang bertanya.

"Boleh." Jawab Mutia dengan senyuman di bibir. "Tapi mau mangga sama pepaya muda." Lanjutnya yang langsung di turuti oleh mama dan juga ibu.

Ibu bahkan sampai meminta bang Joni untuk memetik mangga muda yang ada di atas pohon. Begitu pula dengan dirinya yang menjadi korban mama untuk mengambil pepaya muda.

Dengan di bantu oleh Eru, dirinya perlahan naik ke atas pohon pepaya yang lumayan tinggi.

"Kang cepetan elah, berat nih." Keluh Eru karena dirinya masih berada di atas bahu Eru, masih belum naik ke atas pohon.

"Bentar, takut." Ucapnya yang memang merasa takut.

Kan gak lucu, belum apa-apa sudah jatuh.

"Ah awas! Biar Eru aja yang naik!" Ketus Eru sembari menunduk kan tubuhnya sehingga membuat dia buru-buru turun dari bahu Eru.

"Gini akang kalau naik pohon." Eru tanpa bantuan bahunya langsung naik ke atas pohon pepaya dengan sangat cepat.

Dirinya sampai melongo melihat kelancaran Eru dalam menaiki pohon.

"Gak sia-sia lama tinggal di rumah Emak sama Abah di Pangalengan." Puji dirinya kepada Eru.

Eru mendengus. "Tinggal di kampung gak menjadikan orang jadi pandai naik pohon, Akang!" Ucapnya.

Dirinya terkekeh.

"Butuh berapa buah?" Tanya Eru.

"Gede-gede gak? Kalau gede-gede 1 aja lah, takut mubazir kalau gak habis." Jawabnya yang di balas anggukan kepala oleh Eru.

Eru kemudian memetik satu buah pepaya muda berukuran besar dan melemparkan nya ke bawah tanah.

Dia kemudian mengambil buah nya dan langsung menyerahkan pepaya muda nya kepada mama yang sudah masuk kedalam rumah untuk membuat rujak ulek.

"Satu cukup kan ma?" Tanyanya.

Mama hanya menoleh sekilas dan mengangguk.

"Ya siniin pepaya nya mau teteh kupasin." Ucap teh Zoya yang langsung di turuti olehnya.

Dia menggeleng saat melihat istrinya yang malah asyik memakan kacang goreng, tanpa menghiraukan sekitar yang sibuk mengupas dan mmeotong buah, membuat bumbu rujak, sampai sibuk membuat minuman segar.

"Sibuk banget, neng." Goda dirinya seraya mencolek pelan dagu Mutia.

Mutia terkekeh kecil. "Habisnya mau bantuin di larang sama mama, ya udah mendingan ngemil aja." Ucapnya yang kini tangan Mutia mulai meraih toples berisi keripik pisang.

"Masih mual?" Tanyanya.

Mutia mengangguk. "Dikit, tapi udah agak enakan di banding tadi pagi." Jawabnya.

"Yang sabar ya sayang.. proses ini gak akan lama." Ucapnya yang di balas anggukan kepala oleh Mutia.

"Iya Arya benar, teteh aja ngidam cuman sampai bulan ke-3 habis itu normal lagi aja. Malahan mau nya makan terus, makan apapun jadi terasa makin enak." Timpal teh Risa yang memang sedari tadi duduk di samping Mutia.

Takdir Cinta ✔ Jaemin X KarinaWhere stories live. Discover now